Sekarang sedang viral-viralnya flexing. kalau itu pamer, bisa sama dengan riya. kalau bukan, berarti modus. bisa saja itu teori marketing, bahkan upaya penipuan.
“Pamer adalah ide memuliakan diri yang bodoh.” itu kata Bruce Lee.
Orang kaya, mungkin akan pamer sewajarnya. karena saya lihat rekan yang kaya. rumah elit di tengah kota. mobil mewah. usaha properti dimana-mana. tapi tidak ada pamer-pamernya. tidak ada flexing-flexingnya. makan di warung lesehan pun oke.
Fenomena flexing saat ini sedang disorot. masuk dalam kategori apapun flexing, tetaplah biasa saja. sikap biasa saja sebagai fundamen. agar tidak kagetan. meminjam istilah Om Andi, senior di tugumalang.id; tidak silau. dengan harta atau jabatan.
Tidak kaget karena harta hanya titipan. tidak kaget karena hanya dipamerin. kalau anda mampu beli, misalnya barang mewah. seperti yang sering dipamerin orang kaya. lihat dulu fungsinya. jangan-jangan anda yang belum kaya betul ini, tidak butuh itu.
Sikap tidak kagetan ini menjadi penting. karena belakangan, kita dihadapkan pada kenyataan-kenyataan sosial yang pahit. ya seperti banyaknya ingar-bingar macam ini. emosi masyarakat jadi meluap-luap tidak stabil.
Sudah banyak yang mengibaratkan, orang kaya yang pamer, adalah orang kaya baru. OKB. jangan-jangan, orang itu kaget karena kaya. padahal mungkin belum seberapa.
Saya contohkan ada orang kaya turun temurun. perusahaannya besar. karyawannya puluhan ribu. dua kali saya bertemu. penampakannya sungguh biasa saja. kekayaan diperlihatkan dengan biasa saja. nyaris tidak ada yang menonjol.
Menurut saya, orang ini sudah biasa kaya. jadi biasa saja. yang menonjol hanya kerapian pakaian. kecerdasan gagasan. dan kesopanan tindakan.
Nah, flexing ini, atau pamer, menurut saya tidak hanya dilakukan orang kaya. tapi di bidang lain juga begitu. karena ini bukan hal baru. sudah purba. sama purbanya dengan sejarah manusia ini sendiri.
Misalnya, orang jual obat peninggi badan. gambarnya orang yang posturnya tinggi. jadi brand ambassador. ini kalau teori marketing ya. seperti kata Prof Rhenald Kasali. ya menurut saya masih oke lah. timbang jualan obat pake ayat.
Siapa yang Ingin Kaya?
Rasanya kita tidak perlu buru-buru cepat kaya. kaya dalam hal kelihatan orang. apalagi jika keliru jalannya. bukan tidak mungkin malah terbalik. sudah terlihat kaya tapi hutang dimana-mana.
Saya punya pengalaman pahit seperti itu. dan banyak mahasiswa, di masa saya, yang masih kagetan. ingin cepat kaya dalam sekejap. alih-alih bisa bergaya, hasilnya tak berdaya. bikin panik luar biasa.
Abdillah Toha, menulis tentang Kepanikan Manusia Modern. dia mencontohkan dua orang yang ingin cepat kaya. melakukan cara tidak biasa, yang ujung-ujungnya panik dan sengsara.
Memang menurutnya, kepanikan timbul karena berbagai sebab. salah satunya karena ketidak pastian hari depan. sehingga orang membuat komitmen berlebihan. hingga perbuatan menipu dan curang.
Di tahapan ini, orang kaya yang pamer-pamer, agak jauh dari sifat bijaksana. banyak meme yang menggambarkan peristiwa ini. orang kaya yang tidak bijaksana, suka pamer-pamer, kemudian bangkrut, jadi bahan tertawaan orang.
Orang bijaksana disebutkan, itu orang yang bisa mengendalikan emosinya. begitu juga dengan orang kaya. karena makin tidak stabil emosinya, makin kekanak-kanakan sifatnya. dan namanya anak-anak, tidak mampu membuat keputusan yang sulit.
Kembali pada kaya, tentu kita semua sudah kaya. yang ada dan kita punya, sudah luar biasa. kalau tidak harta, mungkin manfaat. kalaupun mengejar harta, niatkan baik. dan prosesnya pastikan baik.
Tapi dipikir-pikir, kalau cuma pamer sepertinya tak masalah. Dirjen Pajak tau cara menghitungnya. hehe…
Oke selamat hari senin. semangat bekerja!.(*)
Fajrus Sidiq
GM Tugumalang.id