Tugumalang.id – Pembangunan patung ikonik di desa wisata Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, oleh Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu rupanya pernah menuai protes warga setempat. Kini, persoalan itu sudah klir. Pihak Disparta akan mengubah desain bentuknya.
Warga setempat memprotes desain patung ikonik yang ada di Jalan Pronoyudo, tepat di depan Kantor Kelurahan Dadaprejo tersebut. Gara-garanya, bentuk patung manusia ini terlalu menonjolkan bagian vital payudara.
Mereka menilai bagian yang ditonjolkan itu terlalu vulgar. Terlebih, patung ini didirikan di kawasan lingkungan masjid dan juga pondok pesantren. Mereka khawatir dari bangunan patung ini nantinya justru terkesan tidak mendidik.
Kepala Disparta Kota Batu, Arief As Shidiq membenarkan hal itu. Namun, persoalan itu sudah menemukan jalan keluar. Pihaknya sepakat untuk mengubah desain patung tersebut.
Arief menjelaskan, gagasan desain patung ikonik ini awalnya memang dilahirkan dari warga sendiri. Bukan dari Pemkot Batu dalam hal ini Disparta Kota Batu. Bahkan, seniman patungnya juga adalah orang Desa Dadaprejo itu sendiri.
”Usai mendengar itu, kami saling bicara dan soal itu sudah klir, sudah tidak ada masalah. Nanti desain patungnya akan diubah,” katanya.
Nantinya, desain patung ikonik desa ini akan diganti dengan menghilangkan unsur bentuk manusianya. Nanti yang dipajang sebagai ikon hanya dalam bentuk gerabah bergambar batik dan bunga anggrek, dua komoditas ini adalah potensi unggulan khas desa.
”Artinya, jika ada koreksi itu wajar dan justru adalah bentuk dari sinergitas warga bersama membangun desa. Saya kira tidak masalah, karena ini semua juga demi percepatan pembangunan desa wisata,” kata dia.
Arief menambahkan, 19 desa di kota apel ini juga telah memiliki ikon masing-masing, sebagai branding masing-masing desa wisata menyongsong pembukaan kembali tempat wisata pasca PPKM nanti.
Terpisah, Lurah Dadaprejo, Rizal Firdaus juga membenarkan bahwa desain patung ikonik itu sempat menuai protes oleh tokoh agama setempat. Mulanya, patung itu berbentuk perempuan dengan memegang anggrek di tangannya.
”Ternyata itu dianggap vulgar. Akhirnya dari sejumlah masukan yang diterima, akhirnya nanti patung itu diubah dan tidak berbentuk manusia. Saat ini, masih proses rehab,” jawabnya.
Desa Dadaprejo sendiri dibranding dengan nama Wisata Edukasi. Terdapat tiga potensi lokal unggulan di sana, yakni Kampung Anggrek, Seni Kriya Gerabah, dan Batik Tulis Anggrek.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti