Tugumalang.id – Tahun 60-70-an, Kota Ngalam ibarate kota horor kanggo grup-grup band nasional. Niame kadit kane mesti kesruh, iso rusak hebak iku alat-alat musik, Lek kadit percoyo nokato Sam Ian Antono gitaris God Bless asli Arema iku. Jaman sakmono Arek-arek Ngalam alig-alig e musik, kanyab grup-grup band beraliran Rock utowo pop Rock lahir ndik Ngalam. Soal konser musik, meh rong wulan pisan mesti onok konser manggene ndik GOR. Pulosari Jalan Kawi nduwur. Saking alig e, lek pas kadit ojir gawe ukut karcis konser, lawetan ujab utowo nalet ndik rasap rombengan Urek-urek. Sing tau ukut utowo lawedan ujab – nalet bekas mesti uhat rasap Urek-urek.
Awal tahun 1970-an, penggemar musik ndik ngalam kadit osi lepas oket perkembangan musik nasional sing pecah idad aud secara ekstrim, antara aliran rock sing rumongso elitis karo aliran dangdut sing dianggep kampungan. God Bless idad ikone aliran rock, Soneta Grup idad ikone aliran dangdut. Saking ekstrime, regegan antara aliran rock karo dangdut waktu itu koyok regegane antara Kecebong karo Kadrun jaman sak iki.
Rhoma Irama sukses nyampur musik rock karo musik melayu idad aliran musik ranya: Rock-Dangdut. Sak durunge, Rhoma Irama iku aliran Rock. Arek-arek Ngalam sing alig musik jaman iku pancen mbois lop, regegan antara aud aliran iki didu sak panggung. Iki Konser paling spektakuler tur paling mbois sak Indonesia waktu iku. God Bless didu sak panggung karo Soneta Grup ndik GOR.Pulosari Jalan Kawi Atas.
Sukses full…!. kadit onok regegan, arek-arek Ngalam osi nrimo aud aliran sing saling regegan iku. Jaman sakmono, ojok ngaku grub band raseb lek gurung sukses niam ndik Ngalam. Onok grup band sing wes top secara nasional, tapi waktu main ndik Ngalam ancur berantakan dibalangi kursi, makane ora heran lek waktu iku sak liyane dikenal barometere musik nasional, Ngalam disebut juga sebagai kota horor bagi grup-grup band nasional. Ojok ngaku grup hebat lek gurung manggung ndik Ngalam.
Makene bener lop opo sing diomongno Sam Hengky Herawan, pendiri Museum Musik Indonesia (MMI) Kota Ngalam iku. Tahun 60-70 joyo-joyone perkembangan musik ndik Ngalam. Sayange Sam Hengky kadit nyebut grup-grup band opo ae sing tahu onok ndik Malang, Ayas mek eling Grup Band Elvira, soale lek ayas kadit halas grup iki lahire ndik Pendopo Singosari diinisiasi oleh Sam Didik kanae Pak Wedono Singosari waktu iku,
Masio Soneta Grup sukses, arek-arek Ngalam perkotaan tetep konsisten ndik jalur musik rock. Mangkane, grup-grup band lokal aliran rock ranya tetep kanyab bermunculan ndik Ngalam, nggeser perkembangane musik-musik tradisional melayu. Koyok sing diomongno Sam Hengky, musik rock ndik Ngalam tetep mendominasi, kanyab lahir band-band musik modern sing awale mek nyanyekno lagu-lagune genaro liyo, berkembang nyiptakno dewe lagu-lagu pop rock. Awal tahun 1970-an sebagian grup-grup band asal Ngalam mulai rekaman ewed masio penyebarae sik terbatas, tapi wanyik-wanyik pelaku musik iku duwe jaringan sampek luar negeri, terutama liwat arek-arek Malang (Arema) sing ndik luar negeri. Genre musik pop-rock tetep mewarnai selera pecinta musik Kota Ngalam.sampek tahun 2000-an, Sayange, gara-gara muncul pagebluk sing jenenge Covid-19 perkembangan musik dadi tehambat. Gelaran konser musik mandek, akibat e kantonge musisi karo pelaku ngamen, dobol ojire nubis.
“Pengaruhe pagebluk iki edeg lop, soale konser musik sing gandeng jembut karo penonton ndik ruang publik wes ora ono meneh”.
Tapi, jarene Sam Hengky, sak iki para musisi berekspresi ndik dunia maya. Wanyik pesen musisi Ngalam ojok kendor. ”Tetep terus berkarya, ojok putus asa soale pagebluk iki mesti onok akhire, makane terus manfaatno tehnologi rek..!”, sarane Sam Hengky Herawan.
Translater:
Demi Lihat Konser Musik, Baju dan Celana Dijual.
MALANG- Pada Tahun 60-70 an, Kota Malang ibaratnya kota menakutkan bagi grup-grup band nasional. Main musiknya tidak enak pasti kesruh dan isa rusak semua itu alat-alat musik. Kalau tidak percaya bertanyalah kepada Mas Ian Antono Gitaris God Bless asli Arek Malang itu. Pada jaman itu, arek-arek Malang gila-gilanya musik, banyak grup grup band beraliran rock dan pop rock berdiri di Malang. Konser musik hampir dua bulan sekali pasti ada konser tempatnya di GOR Pulosari Jalan Kawi atas. Saking gilanya dengan musik, jika tidak punya uang untuk membeli tiket konser, mereka rela menjual baju atau celanya di Pasar Loakan “Urek urek”.. Yang pernah membeli atau jualan baju dan celana bekas pasti tahu Pasar Urek-urek.
Di awal tahun 1970-an, penggemar musik di Malang tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan musik nasional yang pada waktu itu secara ekstrim terbelah jadi dua antara aliran rock yang merasa elitis dengan aliran dangdut yang dianggap kampungan. God Bless menjadi icon musik rock, sedangkan Soneta Grup jadi iconnya musik dangdut. Saking ekstrimnya, keterbelahan antara mereka yang beraliran musik rock dengan mereka yang beraliran musik dangdut pada saat itu seperti terbelahnya antara kelompok Kecebong dan Kadrun seperti sekarang ini.
Rhoma Irama yang sukses meramu musik rock dengan musik dangdut melahirkan aliran musik baru Rock Dangdut. Seperti ketahui, Rhoma Irama sebelum sukses dengan Grup Sonetanya adalah beraliran musik rock. Arek-arek Malang yang memang gila musik saat itu sangat elegan. Perseteruan dua lairan musik Rock dan musik Dangdut diadu dalam satu panggung diberi titel duel Rock – Dangdut. Ini konser paling spektakuler di Indoensia pada saat itu. Dua aliran musik yang saling bersetru diadu dalam konser satu panggun antara God Bless dengan Soneta Grup di Gor Pulosari Jalan Kawi Atas, Kota Malang.
Sukses full..!, tidak ada gegeran apalagi tawuran, Arek-arek Malang bisa menerima dua aliran yang saling berseteru itu. Pada jaman itu, jangan mengaku grup band besar kalau belum sukses konser di Malang. Ada salah satu grup band nasional yang sudah sangat ngetop tetapi pada saat konser di Malang hancur berantakan karena dilempari kursi oleh penonton. Makanya tidak mengherankan jika pada waktu itu selain dikenal salah satu barometernya musik Indonesia, Kota Malang juga dapat julukan Kota Horor bagi grup-grup band nasional. Jangan mengaku grup band hebat kalau belum manggung di Malang.
Makanya, sangat benar sekali apa yang dikatakan olej Mas Hengky Herawan, pendiri Museum Musik Indonesia (MMI) Kota Malang itu, Pada tahun 60-70 an, jaya-jayanya perkembangan musik di Malang, Sayangnya Mas Hengky tida menyebutkan grup-grup band apa saja yang pernah berdiri dan berjaya di Malang. Saya hanya ingat Grup Band El-Vera, karena kalau saya tidak salah grup ini lahir dari Pendopo Kawedanan Singosari, Kabupaten Malang yang diinisiasi oleh Mas Didik salah seorang putranya Pak Wedono (Pembantu Bupati Malang) di Singosari.
Walaupun Soneta Grup Sukses duel satu panggung dengan God Bless, Arek-arek Malang perkotaan tetap konsisten di jalur musik rock. Sehingga grup-grup baru band lokal beraliran rock tetap banyak bermunculan di Malang menggeser perkembangan musik tradisional atau melayu. Seperti yang dituturkan Mas Hengky, musik rock di Malang tetap mendominasi. Banyak lahir grup-grup musik modern yang pada awalnya menyanyukan lagu-lagu orang lain, dapat berkembang menciptakan sendiri lagu-lagu pop rock. Awal dekade 70-an, sebagian grup-grup band asal Malang mulai masuk dapur rekaman sendiri walaupun penyebarannya masih terbatas, tetap mereka para musisi itu mempunyai jaringan sampaidi Luar Negeri terutama lewat Arek-arek Malang sing menetap di Luar Negeri. Genre musik pop-rock tetap mewarnai selera pecinta musik Kota Malang sampai tahun 2000-an. Sayangnya, gara-gara pandemi Covid-19, perkembangan musik menjadi terhambat, konser-konser musik berhenti, berakibat pada kantong musisi dan pelaku musik kesulitan keuangan karena habis tanpa ada pemasukan baru.
“Pengaruhnya pandemi Covid-19 besar sekali, karena konser musik yang sangat lekat dengan ruang publik sudah tidak ada lagi”, tutur Sam Hengky.
Tetapi, katanya Hengky, sekarang ini para musisi mulai berekspresi didunia-dunia maya. Dia pesan kepada musisi Kota Malang tidak putus asa. “Tetap terus berkarya, jangan putus asa karena pandemi ini pasti ada akhirnya. Karena itu manfaatkan tehnologi untuk terus dan tetap berkarya Rek…!”, tegas Hengky.
Perbendaharaan Kata:
1.Lawetan= jualan, berasal dari kosa kata bahasa Indonesia, Jual dibalik lauj terjadi morfose menjadi Lawej dalam bahasa tutur diucapkan lawet.
- Nalet= celana, dari kosa kata bahasa Indonesia. Semula kata celana dibalik menjadi analec dalam bahasa tutur diucapkan; analet, tapi lebih populer dengan kata nalet..
3.Regeg= geger, dari kosakata bahasa Jawa dibalik menjadi regeg memiliki arti: tengkar, kelahi, perseteruan.
4.Ojir = uang, dari kosakata bentukan “raijo” semula merupakan kata sandi dari komunitas makelar dan mulai dikenal pada awal tahun 1960-an. Makna filosofisnya; raijo/uang adalah simbol kehormatan seseorang yang diukur dengan uang, Bagaimana mementum terbentuknya kosakata raijo ini menjadi bahasa sandi dikalangan komunitas makelar? Pada kesempatan lain akan redaksi paparkan, karena agak sedikit panjang penjelsannya.
5.Pageblug=wabah/pandemi, dari kosakata bahasa Jawa.
6.Lop= pol dari kosakata bahasa Jawa yang berarti ful, amat sangat, mentok.
7.Tail= lihat, dari kosakata bahasa Indonesia Lihat dibalik tahil, dalam bahasa tutur diucapkan tail
Redaktur Ahli Boso Malangan: Wahab Adhinegoro