MALANG – Tagline dari Malang untuk Indonesia dan Dunia, terus digenjot agar tidak hanya sebuah tagline. Salah satunya, terwujud melalui komitmen Kota Malang untuk menjadi trendsetter perkembangan batik. Gagasan itu disampaikan oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Malang Widayati Sutiaji.
Dijelaskan Widayati, batik merupakan salah satu produk yang dihasilkan para UMKM yang sangat luar biasa peminatnya. Sebab itu, diperlukan penguatan branding yang lebih fokus dan menggeliat bukan hanya pemulihan.
“Kita berusaha untuk menjadi trendsetter perkembangan batik, maka penguatan branding harus mulai digeliatkan dari sekarang di masa pandemi, tidak hanya recovery (pemulihan) tapi benar-benar action,” ujarnya.
Terlebih, branding Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM) adalah sokoguru dari perekonomian. “Pemerintahan hadir melalui Dekranasda untuk membuat kegiatan-kegiatan agar bagaimana UMKM dan IKM di Kota Malang ini terus eksis,” jelasnya.
Salah satu bentuk kegiatan yang digalakkan, ialah Malang Batik Festival yang baru gelar pada Rabu (30/3) di Gedung Kartini, Kota Malang. Kegiatan ini nampak istimewa lantaran mengusung tiga kolaborasi dan mengangkat tema ‘Batik Malangan’. Kolaborasi tersebut antar pengrajin batik, desainer serta kepala Perangkat Daerah (PD) Kota Malang.
“Jadi brand pengrajin batik dan desainernya akan terangkat. Karena yang memperagakan busana adalah para kepala perangkat daerah. Setidaknya mereka (perangkat daerah) memiliki followers yang cukup banyak. Harapannya, batik malang tak hanya dilirik oleh lokal, tapi juga daerah lain, bahkan internasional,” papar dia.
Di samping itu, Deskranasda, tambah Widayati, juga kerap memebrikan pelatihan kepada UMKM dan IKM Kota Malang. Mulai dari packaging hingga pemasaran.
Pihaknya juga mendorong para UMKM dan IKM untuk aktif mengikuti pameran di berbagai daerah. Diantaranya, Malang City Expo yang digelar 4 hari sejak 28-31 Maret 2022 di Gedung Kartini hingga ke Incraft 2022 di Jakarta.
Ia menegaskan, upaya itu bukan semata dilatarbelakangi kebanggaan dengan produk yang banyak diminati sampai terjual ludes, namun lebih kepada penguatan buyer. Sebab, usai pameran para UMKM maupun IKM akan kembali berproduksi, sehingga harus memiliki pangsa pasar yang jelas dan tidak hanya lokal.
“Ada salah satu artis kawakan yang kelihatannya sederhana ternyata batik kita yang harganya Rp 7 juta juga ikut diambil. Apalagi kipas kita dari Samtana itu terlihat juga ludes terjual, harganya Rp 400 ribu keatas tapi peminatnya seperti dari bupati wakil Bupati sampai Sekda ya Borong. Alhamdulillah artinya produk Kota Malang itu luar biasa peminatnya,” tandas Wiwid, sapaan akrabnya.
Di sisi lain, Deskranasda Kota Malang juga akan lebih mengoptimalkan dana yang diperoleh dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) serta support Corporate Social Responsibility (CSR). “Kami bersama tim dari Deskranasda mencari CSR dari Bank Jatim, yang selalu supoirt kami dan juga ada Sampoerna. Maka, ada dana dari APBD atau tidak pun, Deskranasda harus tetap eksis,” tegasnya.
Reporter: Feni Yusnia
editor:jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id