Tugumalang.id – Warga Jawa Timur patut berbangga dengan prestasi atlet yang bertanding di PON XX Papua. Raihan 110 medali emas, 89 perak, dan 88 perunggu, menempatkan Provinsi Jawa Timur di peringkat tiga klasemen perolehan medali. Salah satu medali emas diperoleh tiga srikandi cabang olahraga basket 5×5 dari Kota Malang. Mereka adalah Amelia Ryan Ayu Ardhany, Adelaide Callista Wongsohardjo, dan Faizzatus Shoimah.
Tiga srikandi tersebut merupakan pebasket muda putri Kota Malang. Sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), masing-masing dari mereka sudah mendulang banyak medali dari kejuaraan bergengsi. Seperti menjadi peringkat enam dunia basketball 3×3 U18 Worldcup. Namun prestasi dan capaian sebelumnya, tidak serta-merta menjadikan ketiganya unggulan di PON XX Papua. Tidak hanya itu, perjuangan mereka sudah dimulai sebelum masuk lapangan pertandingan.
“Kamikan datangnya dua hari lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Ya akhirnya bingung cari tempat, jadi kepikirankan, padahal harus fokus tanding,” kata Amelia.
Amelia, Adel, dan Faiza saat itu bingung harus bagaimana. Akhirnya official mencarikan mereka penginapan. Ketiganyapun menginap di rumah warga sekitar. Untungnya, kata Amelia, warga menerima dengan senang hati.
“Jadi selama dua hari itu kami menginap di rumah warga,” kata dara yang pernah meraih medali emas Indonesia International Junior Basketball itu.
Beruntung, kata Amelia, dirinya tidak kesulitan untuk beradaptasi dengan cuaca karena terbiasa dengan cuaca sehari-hari saat kuliah di kampusnya, di Surabaya. Cuaca di Papua menurutnya hampir sama dengan di daerah ibu kota Provinsi Jawa Timur tersebut.
Nah, setelah dua malam menginap di rumah warga, tim basket 3×3 putri Jatim tersebut pindah menginap di hotel yang ditentukan panitia.
Namun masalah kembali terjadi saat mereka harus fokus mempersiapkan pertandingan. Masalahnya, keterbatasan lapangan basket memaksa tiga srikandi tersebut menjalani latihan di lapangan basket sekolah setempat.
“Di sana tempat latihan itu terbatas, GOR tidak boleh buat latihan. Untungnya kami bisa latihan di lapangan di sekolah-sekolah sekitar,” imbuh Adel.
Meski bisa latihan di lapangan sekolah, namun ada saja kendala yang dihadapi. Adel dan kawan-kawan yang mendapatkan jadwal di sore hari, terpaksa berbagi waktu dengan hujan. Mereka baru bisa latihan setelah hujan reda. Papua, kata dia, sedang musim hujan, yang hujan saat itu sering turun di sore hari. “Jadi kalau mau latihan, kami ngepel lapangan dulu,” tuturnya.
Meski begitu, kendala-kendala yang terjadi tersebut mereka hadapi bersama. Utamanya terkait minimnya waktu latihan. Faiza mengatakan, timnya kemudian berinisiatif menambah jam latihan, di luar waktu yang ditentukan. Bahkan, mereka bertiga latihan di halaman hotel tempat menginap. Hal itu mereka lakukan untuk menjaga performa tetap stabil.
“Kami tambah jam latihan, karena kalau diam saja kami takut performa turun. Jadi tetap latihan sendiri. Kadang di halaman hotel, bahkan di dalam kamar,” ucapnya.
Kesungguhan itulah, kata Faiza, yang mengantarkan mereka meraih medali emas, mengalahkan Provinsi Bali di babak final. Selain dukungan dari berbagai pihak, keluarga, teman, Pemerintah Kota Malang, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan masyarakat. Faiza bersama Adel dan Amelia, mengaku bangga bisa membawa harum nama Kota Malang di kancah nasional. “Tentu saya senang sekali dan bersyukur, persiapan kami selama ini tidak sia-sia,” terangnya.
Wali Kota Malang, Drs H. Sutiaji turut bangga dengan kerja keras dan pantang menyerah atlet Kota Malang di lapangan. Oleh karena itu, para atlet Kota Malang banyak yang meraih medali di PON XX Papua.
“Kami sudah memberikan apresiasi kepada para atlet kita yang berprestasi di PON XX Papua. Semoga pada PON atau Sea Games selanjutnya Kota Malang bisa lebih banyak menyumbangkan emas untuk Kota Malang,” harapnya.(ads)
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti