Tugumalang.id – Harus ada visi besar yang harus ditunaikan dalam hidup. Itulah rumus hidup Dharmaji Suardika, salah satu pendiri Pemimpin.id, sebuah organisasi sosial yang fokus pada ekosistem kepemimpinan. Aji, demikian dia akrab disapa, merasa ada satu hal yang kurang banyak jadi pembahasan di Indonesia, yakni soal kepemimpinan.
“Padahal, di negara maju, kepemimpinan menjadi hal sangat penting yang perlu diketahui, makanya kami bergerak, tiga tahun lalu membangun Pemimpin.id,” kata Aji, saat menemui tim Tugu Media Group, di kantornya, di Jakarta, pada Jumat (4/8/2022).
Hadir dalam pertemuan itu CEO Tugu Media Group, Irham Thoriq; General Manager tugumalang.id, Fajrus Sidiq; General Manager tugujatim.id, Bayu Eka; dan Wartawan tugumalang.id, M Sholeh.
Berangkat dari keresahan atas lemahnya pola pikir kepemimpinan bangsa Indonesia, Aji tergerak mendirikan rumah para pemimpin. Ada beberapa pendiri, selain Aji, di antaranya ada nama CEO PT Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat.
Pemimpin.id sebagai startup dengan misi mulia membangun ekosistem kepemimpinan Indonesia yang lebih baik lewat berbagai kegiatan edukatif, pendidikan dan penyebaran informasi. “Dalam penyebaran informasi dengan media sosial misalnya, tahun ini kita ingin dalam tahun ini ada satu juta orang penerima dampak,” kata Aji.
Terinspirasi dari Rumah Peneleh
Pemimpin.id terinspirasi oleh Rumah Peneleh, tempat para pemimpin besar bangsa Indonesia bertumbuhkembang yang dibangun HOS Tjokroaminoto, Bapak Bangsa Indonesia. Soekarno, Musso, Tan Malaka hingga Kartosoewirjo adalah sebagian kecil tokoh berpengaruh bangsa Indonesia yang bertumbuh kembang di Rumah Peneleh.
Pergerakan Pemimpin.id untuk membangun kepemimpinan bangsa dilakukan dengan membuka akses ilmu pengetahuan kepemimpinan, menyinergikan kelompok pemimpin dari berbagai bidang keilmuan, hingga menciptakan laboratorium kepemimpinan Indonesia.
Tentu tak mudah bagi Aji untuk mewujudkan itu semua. Pemuda asal kota pahlawan, Surabaya, itu membentuk Pemimpin.id dengan konsep berkelanjutan dengan langkah yang nyata berpilar learning, media, dan community.
Mimpi besar dan mulia dari Aji untuk memajukan bangsa dengan menciptakan rumah para pemimpin muda tak lepas dari dorongan orang tuanya. Alumnus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu memegang erat pesan ayahnya untuk menjadi pemuda yang mampu menciptakan perubahan demi kemaslahatan bangsa dan negara.
Tekad Aji semakin terbentuk usai mengenyam pendidikan di Jerman. Dia kemudian memandang pola pikir orang Jerman mulai dari tukan pipa hingga founder perusahaan raksasa memiliki jiwa kepemimpinan visioner.
“Dengan kuliah di Jerman, pikiran saya menjadi terbuka, ternyata ada negara maju, yang semua penduduknya sangat profesional, jadi di sana tidak ada orang nongkrong tanpa tujuan yang tidak jelas, semua orang bekerja secara efektif,” kata Aji.
Singkat cerita, usai lulus kuliah Master di Jerman, Aji yang kemudian bekerja di perusahaan multi nasional Siemens, perusahaan raksasa di Jerman pada 2014. Di tempat ini, dia mendapatkan gemblengan tentang nilai nilai kepemimpinan yang ideal dan visioner.
Asal muasal Aji kerja di Siemens, berawal ketika dia bertemu dengan CEO Siemens Indonesia. Ketika itu, dia mendapatkan informasi bahwa, belum pernah ada warga Indonesia yang menjadi CEO Siemens Indonesia. Ketika dia bertanya, dia mendapati jawaban yang mengagetkan.
“Waktu itu dia bilang, orang Indonesia pada umumnya belum punya budaya kerja profesional yang ketika bekerja mengutamakan produk berkualitas, jadi tidak hanya asal selesai,” katanya.
Karena tantangan itulah, dia bekerja di Siemens Indonesia dan banyak belajar soal profesionalisme di perusahaan itu.”Ketika saya bekerja lembur, saya justru dimarahin, karena dinilai kerjaan saya gak efektif,” katanya.
Meski bekerja di perusahaan besar, tentu saja dengan gaji yang besar, tidak membuat dia berpuas diri. Ada yang mengganjal di benaknya yakni soal kualitas manusia Indonesia yang menurutnya perlu dibenahi.
“Misal pemerintah sudah menggarap yang 80 persen, ayo kita berkontribusi untuk yang 20 persen ini, jadi jangan mengkritik, tapi ayo berbuat,” imbuhnya.
Dia akhirnya resign kerja dan pada tahun 2019 lalu Pemimpin.id didedikasikan untuk mewadahi potensi muda di Indonesia agar lebih memiliki jiwa kepemimpinan yang ideal.
“Di Jerman saya mendapat banyak pelajaran bahwa orang Indonesia itu kelebihannya suka menolong. Tapi orang Indonesia tak punya mindset untuk menciptakan produk,” ungkap Aji.
Mimpi Besar Aji
Kini melalui Pemimpin.id, Aji bermimpi untuk bisa membuat generasi muda memiliki jiwa kepemimpinan yang ideal dan visioner. Target kecil yang dia tetapkan, Pemimpin.id harus menyiarkan ilmu kepemimpinan kepada satu juta penerima manfaat.
“Kami ingin membangun ruang tamu yang menjadi tempat tumbuh kembang pendiri bangsa milik HOS Tjokroaminoto sebagai tempat belajar kepemimpinan untuk seluruh masyatakat Indonesia,” ucapnya.
“Kami ingin membentuk ekosistem kepemimpinan yang mampu mendidik, bisa menumbuhkan atau melahirkan lebih banyak pemimpin dan melahirkan pemimpin yang tidak mengkotakkan diri atau tak memandang golongan tertentu,” imbuhnya.
Kini, konten-konten wawasan kepemimpinan dari Pemimpin.id telah digunakan oleh guru di berbagai pelosok negeri. Dia mengaku terenyuh ketika mendapat pesan dari seorang guru dari daerah pelosok di Nusa Tenggara Timur yang berpesan agar Pemimpin.id terus membuat konten wawasan kepemimpinan lantaran guru itu telah menggunakannya untuk mengajar siswa-siswinya.
Dari pesan itu, Aji mendapatkan pencerahan kecil bahwa ada yang akan menangis jika Pemimpin.id dibubarkan. Untuk itu, Aji semakin getol dalam mengembangkan Pemimpin.id dengan mengoptimalkan kinerja tim demi kebaikan generasi bangsa Indonesia.
Bahkan gerakan mulia yang dilakukan Aji telah menarik perhatian generasi kelima dari HOS Tjokroaminoto yakni Adrian Tjokro. Adrian memberikan apresiasi secara langsung kepada Aji yang turut serta berjuang melanjutkan dan mengembangkan pemikiran HOS Tjokroaminoto demi kebaikan bangsa dan negara.
Ada banyak sekali hal berkesan yang dia rasakan selama membangun Pemimpin.id. “Kita pernah menerjemahkan seribu buku, di situ ada ibu-ibu dari luar jawa yang mengaku sudah membaca terjemahan itu, dan menjadikan bahan kita itu sebagai refrensi ketika ngajar,” katanya.
“Ada juga pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang nonton bareng acara kita yakni Lead The Fest, ini momen yang luar biasa sekali bagi kami,” pungkasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti