RENGAT — Saya tiba di wilayah Rengat, Ibu Kota Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, pada Minggu malam, 8 Mei 2022. Saya tidak meneruskan perjalanan ke Pekanbaru karena sudah mengantuk. Sebenarnya, jarak dari Rengat ke Pekanbaru tinggal 200 kilometer lagi. Atau kira-kira setara jarak dari Kota Malang ke Madiun. Masalahnya, jalan lintas timur Sumatera (Jalintimsum) dari Rengat ke Pekanbaru berkelok-kelok dan naik turun, diapit perkebunan kelapa sawit di kiri dan kanan.
Begitu pula rute yang saya tempuh dari Kota Jambi ke Rengat sejauh 278,5 kilometer atau berdurasi 6 jam waktu tempuh. Maka, saya putuskan menginap di Rengat karena memang saya sudah amat mengantuk.

Saya berencana melihat suasana Kota Rengat sehabis salat subuh dan sarapan pagi sebelum melanjutkan perjalanan ke Pekanbaru.
Tak banyak informasi penginapan di Rengat yang tertera di Google. Hanya ada satu penginapan yang lumayan bagus, yaitu Hotel Irma Bunda. Hotel kecil ini berada di wilayah Kelurahan Pematang Reba, Kecamatan Rengat Barat. Tapi lokasinya sangat strategis di tepi Jalintimsum, bersebelahan dengan kantor PLN dan berhadapan dengan kantor Bupati Indragiri Hulu, juga dekat Simpang Tugu Patin.
Harga sewa kamar di Hotel Irma Bunda tak mahal-mahal amat, paling mahal pun tak sampai Rp 400 ribu semalam. Saya pilih kamar termurah, Rp 100 ribu, yang berada di lantai dua. Ternyata kamarnya besar dengan kasur untuk dua orang, lengkap dengan kamar mandi dalam, kipas angin, dan lemari kayu kecil.
Sebelum masuk hotel, seorang anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pekanbaru yang tinggal di Rengat, Yuswanto, datang menjumpai saya. Ia tahu keberadaan saya dari Ketua AJI Pekanbaru Firman Agus. Namun, kami cuma berbincang kurang dari 15 menit lantaran Yuswanto sedang tak enak badan dan harus banyak beristirahat di rumah. Maka, untuk sementara, kami berpisah dulu.
Setelah itu saya balik ke Hotel Irma Bunda. Sehabis mandi, saya bermaksud rebahan 15-30 menit dan ingin keluar cari makan malam. Rupanya saya ketiduran dan terbangun saat pintu kamar ditekuk beberapa kali oleh petugas hotel. Rupanya ada seorang kenalan yang mencari saya.
Saya turun ke lantai satu dan ada Kasmedi, wartawan Riau Pos yang menunggu. Rupanya, Kasmedi mendatangi saya atas permintaan Firman Agus.

Setelah berkenalan sebentar, Kasmedi mengajak saya makan lalapan warung tenda ala Lamongan di Simpang Patin.
Kami cepat akrab, bagai kawan yang lama tak bersua. Kurang dari satu jam obrolan kami sudahi. Kasmedi mengantar saya ke hotel.
Walau cuma Rp 100.000 harga sewa kamarnya, tapi pengelola hotel menyediakan sarapan soto, segelas air mineral, juga kopi dan teh manis.
Semua tamu dapat menu yang sama. Tinggal pilih saja. Saat sarapan, banyak tamu hotel berpakaian batik turut sarapan. Mereka peserta sebuah kegiatan yang diadakan di aula pertemuan hotel.
Saya sudah siap berangkat menuju Pekanbaru. Tapi saya tunda sebentar karena Yuswanto datang ke hotel. Saya diajak ke sebuah warung kopi dekat Tugu Patin, persis di sebelah pos polisi. Dari sinilah saya tahu ternyata Yuswanto aslinya berasal dari Kota Medan dan malah tempat tinggalnya di Kelurahan Sei Sikambing C-II, Kecamatan Medan Helvetia, masih dekat dengan tempat tinggal saya di masa bocah kecil.
Mumpung masih di Rengat, saya sempatkan menjumpai aparat kepolisian yang bertugas di Pos Pelayanan Tugu Patin Operasi Ketupat Lancang Kuning 2022 Kepolisian Resor Indragiri Hulu.
Lewat Yuswanto, saya diperkenalkan dengan Inspektur Polisi Satu (Iptu) Edi Dalianto, Kepala Unit Lalu Lintas Kepolisian Sektor Rengat Barat.

Menurut Edi, hingga hari kelima arus balik lebaran arus lalu lintas dari arah Pekanbaru maupun Jambi ramai lancar. Banyak mobil pribadi berkonvoi melintasi Simpang Tugu Patin. Bus umum dan truk pun sudah berseliweran di depan pos. Saya sempat melihat dua anggota Polsek Rengat Barat melakukan siaran langsung arus balik lebaran. Live report ini dilakukan dua kali dalam sehari selama masa arus mudik dan arus balik lebaran, tiap pukul 10.00 dan pukul 5 sore WIB.
“Alhamdulillah, arus lalu lintas ramai lancar. Mayoritas yang lewat di pagi dan siang hari pemudik bersepeda motor seperti Anda ini. Alhamdulillah lagi, angka kecelakaan pun nihil,” kata Edi kepada saya.
Sebenarnya, kata Edi, Jalintimsum Rengat biasa diramaikan kendaraan besar dan kecil karena merupakan perlintasan utama baik dari arah Jambi maupun Pekanbaru.
Sama seperti lebaran, kendaraan pribadi, truk dan bus biasanya banyak melintas saat sore dan malam hari.
Karena itu, Edi menyarankan para pengendara dari arah Jambi untuk beristirahat saja di Rengat. Saran ini lebih ditujukan kepada pengendara yang baru pertama kali melintasi Jalintimsum Rengat.
Untuk memulihkan stamina, Edi merekomendasikan para pria pengendara, misalnya, untuk mencicipi teh telur tapai yang banyak dijual di sejumlah kedai kopi tepi jalan. Seperti namanya, minuman ini berbahan baku teh panas yang dicampur telur ayam kampung atau bebek ditambah tapai atau tape. Semua bahan diblender, diberi susu atau madu. Cara pembuatannya mirip cara membuat minuman STMJ (susu telur madu jahe) di Jawa Timur. Pilihan telur ayam kampung atau bebek disesuaikan dengan selera pembeli.
Para pengendara yang beristirahat di siang hari pun bisa membeli oleh-oleh berupa dodol kedondong dan kue bawang. Ada satu lagi kudapan khas Rengat, yakni bolu baghondam alias bolu berendam.
Yuswanto menambahkan, bolu berendam dulu jadi makanan para raja. Bolu ini berwarna kuning dan berbentuk bunga. Dinamakan bolu berendam karena penyajiannya direndam lebih dulu dan disajikan dengan kuah larutan gula bercita rasa manis dan lembut.
Selain itu, pembuatan bolu berendam berbeda dari bolu kebanyakan. Jika pembuatan bolu tepung menggunakan gula dan telur dengan komposisi yang harus pas dan tepat, maka pembuatan bolu berendam cuma memerlukan sedikit tepung dan adonan gula, tapi bahan telurnya lebih dominan.
Satu hal yang perlu diperhatikan, pembuatan bolu berendam tak boleh pakai pengaduk atau mixer listrik, melainkan harus diaduk dengan cara manual. Pakai pengaduk listrik adonan telurnya memang mengembang, tapi teksturnya jadi bantat.
“Masalahnya, bolu berendam hanya bisa dijumpai pas Ramadan atau lebaran saja. Bolu berendam juga biasanya ada di pesta-pesta pernikahan. Jadi bolu berendam tidak dijual sembarangan di warung-warung. Sedangkan toko oleh-oleh di sini masih belum ada,” kata Yuswanto.
Ajun Inspektur Polisi Satu Dodi Jamal menambahkan, para pengendara juga bisa membeli keripik pisang sebagai bekal camilan sepanjang perjalanan maupun dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Reporter: Abdi Purmono
editor: jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id