Tugumalang.id – Membahas cara mengatasi culture shock pasti tak lepas dari bagaimana sulitnya adaptasi mahasiswa rantau atau kelompok pendatang di sebuah lingkungan baru. Ketika seseorang berpindah, mereka akan mengalami perubahan lingkungan budaya yang signifikan.
Seseorang yang mengalami culture shock biasanya akan kaget dengan kebiasaan orang sekitar di tempat barunya. Baik dari tutur kata hingga cara berkomunikasi. Atau bahkan bagaimana cara berinteraksi hingga rasa asin manis pedas makanan yang tak sesuai lidah. Misalnya saja culture shock di Malang yang sering dihadapi mahasiswa dari berbagai daerah.
Baca Juga: 7 Trik Psikologi Cara Membaca Pikiran Orang
Apa Itu Culture Shock
Apa itu culture shock? Mutia Husna Avezahra,S.psi., M.Sc, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang menjelaskan bahwa Culture shock atau gegar budaya merupakan istilah yang menggambarkan adanya perasaan tidak nyaman dan kegelisahan saat berada di situasi atau tempat asing yang baru.

Menurutnya, hal ini terjadi karena adanya suatu perubahan yang besar dalam waktu yang cepat. “Fenomena culture shock terjadi pada situasi dimana kita gagal mengidentifikasi pola-pola situasi yang semestinya kita kenal, sehingga menimbulkan keterasingan yang diekspresikan oleh diri dalam bentuk perasaan cemas, bingung dan frustasi,” jelasnya.
Ia lalu menjelaskan jika fenomena culture shock dapat terproyeksi melalui perasaan internal yang didominasi oleh kecenderungan perasaan-perasaan destruktif seperti perasaan keraguan terhadap kapasitas diri, merasa tidak sebanding dengan orang lain, rasa rendah diri dan lain sebagainya.
Baca Juga: Cara Dapat Beasiswa Luar Negeri, Eksklusif dari Dosen Psikologi UM Peraih Chevening
Bentuk dan Contoh Culture Shock
Apa saja bentuk culture shock? Menurut Mutia, bentuk culture shock bisa beraneka ragam. Pada mahasiswa rantau misalnya, fenomena ini bisa berdampak dan mempengaruhi konsep diri, relasi personal hingga aspek performansi akademik.
Perilaku shock culture mahasiswa baru dengan pendekatan belajar di level perguruan tinggi yang mengedepankan independensi, terkadang akan membuat mahasiswa baru kewalahan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan.
“Kecemasan dan rasa frustasi shock culture juga dapat mengarahkan seseoarang untuk menarik diri dari lingkungan sosial dan menjadi penyendiri, selain itu juga terkadang menunjukkan perilaku mencolok yang tidak selaras dengan norma sosial,” ungkap Dosen Psikologi Sosial ini.
Bentuk culture shock pada mahasiswa bisa jadi berbeda dengan yang dialami oleh siswa atau seseorang dengan kategori umur tertentu.
“Hal tersebut tentu saja berbeda dengan pendekatan di level sekolah menengah yang masih bergantung pada arahan dari wali kelas,” tandasnya.
Cara Mengatasi Cultur Shock
Strategi untuk menghadapi shock culture dapat beraneka ragam. Menurut Mutia, terdapat beberapa cara Cara Mengatasi Culture Shock yang bisa dilakukan.
1. Ambil Waktu Luang Untuk Mengamati
Seseorang baik itu mahasiswa maupun masyarakat perlu untuk lebih banyak untuk melakukan pengamatan di lingkungan barunya. Hal ini bisa dilakukan dengan mengambil waktu jeda atau waktu luang untuk merefleksikan beragam kegiatan dan lingkungan baru di sekitar mereka.
“Setidaknya luangkan waktu untuk melakukan pengamatan terhadap hal-hal apa saja yang sekiranya relevan untuk kita ikuti, dan hal-hal mana saja yang tidak membawa manfaat bagi diri sendiri,” jelasnya.
2. Jangan Reaktif
Cara mengatasi culture shock selanjutnya adalah berupaya tidak reaktif dalam mengikuti suatu trend tertentu. Jika mendapatkan informasi atau hal baru, cobalah untuk melakukan manajemen informasi dan memilah preferensi sesuai dengan kebutuhan diri sendiri.
3. Hindari Overthinking
Kendatipun demikian, segala hal yang baru dan datang secara bersamaan tersebut dapat membuat kita menjadi orang yang overthinking. Mutia menyarakan bagi seseorang yang baru saja berada di lingkungan baru, maka sebaiknya perlu juga untuk mengontrol pikiran agar kesehatan mental kita juga terjaga.
4. Ketahui Batasan Pertemanan dan Sirkel Pergaulan
Pada level relasi sosial, Mutia menjelaskan bahwa mahasiswa baru juga perlu beradaptasi dengan suasana kehidupan pergaulan di kampus.
“Perlunya untuk menetapkan batasan-batasan pertemanan dan pintar-pintar memilih sirkel pergaulan yang relevan dengan nilai yang diyakini,” ungkapnya.
5. Mencoba Fleksibel
Tips mengatasi culture shock yang terakhir adalah mencoba untuk menjadi pribadi yang fleksibel. Bagi mahasiswa, perlu untuk melakukan eksplorasi diri dengan tetap menerapkan control dan batasan norma-norma.
“Dalam artian bersikap fleksibel untuk membuka diri terhadap wawasan dan suasana baru, tapi sekaligus juga menerapkan prinsip personal untuk memfilter bentuk-bentuk pergaulan yang sesuai dengan diri kita,” jelas dosen yang pernah meraih beasiswa di Inggris ini.
Menurutnya, shock culture adalah situasi yang umum dan berlangsung dalam jangka waktu yang tidak berkepanjangan. Mahasiswa hanya perlu melewati situasi tersebut dan beradaptasi dengan perubahan secara perlahan.
“Jika terdapat suatu perasaan negatif yang terjadi secara berkepanjangan akibat dari sulitnya beradaptasi terhadap budaya baru, jangan ragu untuk meminta pertolongan kepada profesional seperti Konselor di Pusat Layanan Konseling di Universitas maupun Psikolog di rumah sakit,” pungkas Mutia menjelaskan cara mengatasi culture shock.
Penulis: Imam A. Hanifah
Editor: Herlianto. A