Tugumalang.id – Jajanan kue kering dengan resep dan cita rasa yang tetap dipertahankan Toko Madjoe menjadi warisan tak ternilai harganya bagi generasi penerusnya. Didirikan sejak 1930, Toko Madjoe yang terletak di Jalan Pasar Besar No 30B Kota Malang itu, layak dijadikan tempat nostalgia bagi pecinta kue kering tempo dulu.
Pasalnya, konstruksi bangunan toko, penataan perabotan ruangan, toples kue, penataan kue, hingga rak toples ditempatkan di posisi yang sama layaknya pendiri toko menatanya. Toko Madjoe pertama kali didirikan oleh The Djie Hiap pada masa kolonial Belanda.
Cornelia Feliciana (16), generasi kelima dari The Djie Hiap menjelaskan bahwa sejak dia ikut membantu melanjutkan usaha kue kering itu, konsumen Toko Madjoe memang berasal dari semua kalangan. Namun diakuinya, kalangan ibu-ibu tampaknya lebih banyak yang datang dan betah berlama-lama memilih kue di Toko Madjoe.
“Memang ibu-ibu banyak yang sudah berlangganan di sini. Inikan tokonya sudah lama, mungkin ibu-ibu itu dulunya waktu kecil juga pernah diajak mamanya ke sini. Terus sudah jadi ibu-ibu tetap berlangganan di sini. Jadi mereka sekalian nostalgia,” ucapnya, pada Senin (20/12/2021).
Keluarga Cornelia bertekad akan tetap mempertahankan apa yang sudah ada di Toko Madjoe yang memang telah diamanahkan pendiri toko kepada generasi penerusnya. Baik perlengkapan toko untuk menjaga tatanannya hingga resep kue demi mempertahankan cita rasa kue secara murni.
“Tatanan ruangan dan barang-barangnya memang tetap seperti ini. Ke depan kami tetap akan menempatkan semua barang seperti saat ini. Itung-itung ini bisa buat nostalgia bagi pelanggan yang memang sudah mengenal kami sejak lama. Itu juga bisa jadi daya tarik tersendiri bagi toko ini,” jelasnya.
Toples-toples kue yang tampak kuat dan kokoh di Toko Madjoe ternyata juga merupakan peninggalan secara turun temurun. Tampak juga jejeran kue kering berbagai rasa tertata dengan rapinya yang semakin memperkental suasana tempo dulu di toko itu.
“Toples-toples kue ini setahu saya dari dulu ya memang seperti ini. Karena susah juga cari toples yang seperti ini. Di toples ini, kue tidak mudah rusak atau layu,” imbuhnya.
Berdasarkan cerita nenek Cornelia, yakni Anggraini (82), dahulu Toko Madjoe tak hanya menjual kue kering saja, namun juga ada berbagai jenis permen, asam, hingga gula jawa. Namun berjalannya waktu, hanya kue keringlah yang masih bertahan hingga saat ini.
Sementara untuk kue kering di Toko Madjoe terdapat sekitar 25 varian rasa. Mulai kue polos, kue kelapa, kue kenari, kue blinjo, dan kacang-kacangan lainnya. Bentuk kuenya juga bervariasi, mulai bentuk bunga hingga bentuk hewan.
Dengan resep yang tetap dijaga secara turun temurun, dipastikan cita rasa kue di Toko Madjoe tak akan jauh berbeda dengan cita rasa masa lalu, sehingga pelanggan tetap bisa bernostalgia di Toko Madjoe baik untuk tatanan ruangnya hingga cita rasa kue.
“Memang pesannya resep kuenya itu tidak boleh dirubah. Jadi ini sudah dari dulu. Jangan sampai kalau resepnya dirubah, cita rasanya berubah. Jadi kami tetap menjaga resep untuk mempertahankan cita rasanya,” ucapnya.
Untuk harganyapun cukup terjangkau yakni Rp 14-15 ribu per ons. Toko Madjoe buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Kecuali hari Minggu, hanya buka hingga pukul 12.00 WIB.
Untuk pemasaran kue, Toko Madjoe kebanyakan memasarkan secara offline atau datang secara langsung di toko. Meski diakui juga ada sebagian pelanggan yang menelfon dan memesan untuk dikirim hingga ke luar Kota Malang.
“Kami masih belum bisa untuk pemasaran secara online karena masih ada kendala. Tapi ini juga lagi proses menuju ke sana. Jadi ke depan kami ingin merambah ke pemasaran online karena sekarang semua serba online. Kami masih mengejar itu,” jelasnya.
Meski banyak menjual dan membuat kue di toko, keluarga Cornelia tak mempekerjakan orang lain selain keluarga sendiri. Hal itu dilakukan lantaran mereka masih merasa mampu mengatasi segala kendala yang ada sekaligus mengajarkan resep kue ke generasi keluarganya secara langsung.
Hal itulah yang membuat Cornelia yang masih duduk di bangku SMA kelas 2 itu turut membantu mengelola Toko Madjoe bersama neneknya yakni Anggraini dan pamannya yang bernama Charles. Terlebih, semangat nenek Cornelia yang sudah berusia 82 tahun itu tetap konsisten dalam menjaga Toko Madjoe membuatnya tergerak untuk turut serta membantu dan menjaga Toko Madjoe tersebut.
“Alasan saya mau membantu di sini karena sayang aja kalau tidak dilanjutkan. Yang jaga di sini biasanya nenek, jadi kasihan aja, makanya saya ikut bantu-bantu. Selagi saya bisa ya saya bantu. Sekalian bantu keluarga sama buat pengalaman juga. Dari pada tidak ada kerjaan setelah sekolah,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti