MALANG – Klenteng Eng An Kiong menjadi salah satu bangunan bersejarah di Kota Malang. Klenteng yang didirikan pada 1825 ini juga telah ditetapkan sebagai salah satu bangunan cagar budaya. Klenteng ini memiliki Patung Dewa Bumi yang didatangkan langsung dari Tiongkok melalui perjalanan laut. Patung yang dibawa pedangang dari Tiongkok ini baru bisa sampai di Kota Malang usai berlayar sekitar 2-3 bulan.
“Jadi patung ini didatangkan dari Tiongkok naik kapal. Berlayar berbulan bulan membawa Patung Fu Tek Cen Sen atau Dewa Bumi ini kesini. Mereka berlayar sekitar 2-3 bulan baru sampai di Malang,” kata Herman Subianto, Wakil Ketua Yayasan Klenteng Eng An Kiong Kota Malang.
Setelah sampai dengan selamat, Patung Dewa Bumi kemudian diletakkan di permukiman elit. Tepatnya yang saat ini ada di Jalan Martadinata, Kota Malang.
“Merasa selamat, kemudian patung ini disembayangi sebagai ucapan terima kasih. Karena berbulan bulan terombang ambing di tengah laut dan bisa selamat,” bebernya.
Kegiatan sembahyang itu kemudian diikuti warga sekitar yang melihat. Hingga pada akhirnya banyak warga yang turut bersembahyang di sana. “Akhirnya disini menjadi tempat ibadah kecil,” ucapnya.
Setahun kemudian, patung patung para dewa lain mulai berdatangan di Klenteng Eng An Kiong. Patung patung yang didatangkan dari negeri Tiongkok itu mayoritas berbahan kayu.
Hingga akhirnya dibangunlah sejumlah altar para dewa untuk menempatkan patung patung dewa tersebut. Kini Klenteng Eng An Kiong ini memiliki 18 altar para dewa dengan 28 patung dewa dan dewi.
Menjelang Imlek, patung patung para dewa tersebut dibersihkan dengan bunga tujuh rupa. Kalangan Tridharma yang terdiri dari kepercayaan Tao, Buddha dan Konghucu juga biasa melakukan prosesi Sang Sien atau menghantar para dewa kembali ke kayangan.
“Dewa itu memang ada banyak, tapi kalau Dewa Bumi itu adalah dewa tertua yang mampu menghadirkan ketenangan hati. Kira kira usianya hampir 3000 tahun lebih,” katanya.
Reporter: M Sholeh
editor:jatmiko