MALANG – Sebagai kampus budaya dan peradaban, Universitas Islam Malang (Unisma) tak hanya berkomitmen untuk terus berinovasi dari bidang sains dan teknologi. Namun juga konsisten melestarikan budaya. Hal tersebut di wujudkan melalui Pagelaran Wayang Kebangsaan.
Rektor Unisma Prof Dr H Maskuri Msi menyampaikan, kegiatan ini terasa istimewa lantaran diselenggarakan dalam rangka Haul Gus Dur ke-12, Tasyakuran Muktamar NU ke-34 Aman Damai, Dies Natalis Unisma ke-42, Kekayaan Intelektual (Haki) Mars Syubbanul Wathon dan Sholawat Bhadar.
“Perlu dipahami bahwa Unisma sebagai salah satu perguruan tinggu NU terbaik tingkat nasional. Maka, kami pun juga harus memberikan apresiasi yang luar biasa melalui pagelaran ini,” kata dia, Sabtu (29/1/2022).
Terlebih, dua bulan sebelumnya, Unisma juga baru saja selesai mengurus Haki Mars Syubbanul Whaton dan Sholawat Bhadar, untuk diserahkan kepada penciptanya masing-masing, pada saat di Pondok Pesantren Lirboyo beberapa waktu lalu.
“Ini untuk kami serahkan ke penciptanya masing-masing. Mars Syubbanul Whaton dari Tambak Beras dan Sholawat Bhadar dari Tuban. Ini sebagai bentuk kontribusi kami sebagai PTNU. Jadi walaupun ini akan digunakan secara nasional maupun internasional, maka Hakinya justru diurus Unisma,” sambung Maskuri.
Nantinya, gelaran yang bakal dihadiri undangan luring terbatas dengan protokol kesehatan ketat ini, dapat disaksikan secara live streaming melalui akun youtube HumasUnismaOfficial, pukul 20.00 WIB mendatang.
Lebih jauh, lanjutnya, gelaran ini sekaligus mengenang kembali sosok Sunan Kalijaga yang pada zamannya kerap menjadikan kesenian pagelaran wayang, sebagai media dakwah. Guna menyebarkan agama Islam, terutama di Pulau Jawa.
Dengan demikian, akan ada banyak pesan moral yang disampaikan. Mulai dari pesan moral kebangsaan, cinta tanah air, membangun ekonomi, membangun budaya, membangun peradaban, menjaga kesehatan di era pandemi. Hingga pesan moral terkait perkembangan teknologi informasi yang sudah mengarah ke society 4.0.
“Ini sesuai dengan tagline Unisma, Unisma dari NU untuk Indonesia dan Peradaban Dunia. Karena kalangan masyarakat itu berbeda, ada kalangan seni, budaya, keilmuan dan sebagainya. Maka kami menjawab berbagai macam persoalan di negara ini dengan berbagai media dakwah, termasuk wayang,” urainya.
Di sisi lain, pagelaran wayang ini juga sebagai representasi dari semangat perubahan yang diusung Unisma. Bagaimana teknologi informasi bukan saja menjadi tujuan, melainkan menjadi instrumen untuk menuju sebuah kemajuan budaya peradaban.
“Maka, disini (wayang) yang mengendalikan adalah manusia. Bukan manusia yang dikembalikan. Begitu juga dengan teknologi informasi, jangan sampai kemudian manusia diperbudak oleh era teknologi informasi saat ini,” pungkasnya.