Oleh: Bagus Rachmad Saputra*
Tugumalang.id – Tahun 2024 menjadi momen berkesan. Sebagai content writer yang baru bergabung di Tugumalang.id di awal Januari 2024 lalu. Saya berkesempatan mendampingi jajaran manajemen Tugu Media Group melakukan perjalanan studi bisnis ke Malaysia dan Singapura pada 20-27 Oktober 2024 lalu.
Setelah tuntas tugas mengawal event autism internasional pertama di Kota Malang, Malang Autism Summit 2024 (MAS 24) pada awal Oktober 2024. Penawar Group mengundang Tugu Media Group berkunjung ke Johor, Malaysia home base dari Penawar Group.
Bersama CEO Tugu Media Group, Irham Thoriq, Kepala Divisi Pengembangan dan Bisnis, Fajrus Sidiq, dan Bendahara Tugu Media Group, Sakinatun Najwa. Menjadi pengalaman perdana bagi saya berkunjung ke negeri orang. Sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Baca Juga: Fakta Menarik Seputar Hospital Penawar Malaysia, Tawarkan Berobat ke Luar Negeri dengan Biaya Terjangkau
Selama kurang lebih sepekan di sana, rombongan Tugu Media Group berkesempatan melihat langsung Hospital Penawar, Penawar Special Learning Centre (PSLC), Penawar Herbal Medicine, dan beberapa unit bisnis milik Dokter Adnan selalu Founder dan Owner Penawar Group.
Poin pentingnya bukan pada kunjungan tersebut. Tetapi melihat langsung etos kerja orang-orang di Malaysia yang begitu disiplin dan sangat menghargai waktu.

Teguran. Ya bagi saya hal itu seperti teguran yang sering meremehkan waktu dan suka menunda-nunda pekerjaan.
Staf di Penawar begitu disiplin, mereka hadir tepat waktu ke ruang rapat seperti yang dishare Dokter Adnan.
Agak sedikit kaget, karena biasanya ada toleransi 10-30 menit saat rapat. Ternyata toleransi tersebut tidak berlaku di Malaysia.
Sebelumnya dalam benak saya hanya bergumam, “ini hanya di Penawar saja”. Ternyata tidak, ketika diajak berkeliling ke Johor, saya melihat orang-orang sangat menghargai waktu.
Baca Juga: Kunjungi Penawar Special Learning Center Malaysia, Tugu Media Group Belajar Penanganan Anak Autis
Termasuk dari Bang Iwan, yang nama aslinya sebenarnya Izwan. Tetapi lidah lebih lincah menyebutnya Iwan. Nama yang lazim ditemui di Indonesia. Atau barangkali nama yang sering digunakan hingga punya organisasi paguyuban Iwan seluruh Indonesia, mungkin.
Bang Iwan selalu tepat waktu menjemput kami di hotel. Sebelum bertemu, ia sudah mengingatkan jam berapa rombongan akan dijemput ke Penawar. Tetapi terkadang toleransi membuat orang sering meremehkan waktu.
Alih-alih sudah siap ketika dijemput. Justru masih menikmati sarapan pagi, nasi lemak khas Negeri Jiran. Maaf Bang Iwan.
Beruntung Bang Iwan sabar menunggu saya menyelesaikan sarapan. Begitu pun Dokter Adnan yang sabar menunggu sembari menikmati teh tarik di kedai Hospital Penawar.
Walaupun tak mempermasalahkan keterlambatan, tetapi saya melihat Dokter Adnan adalah pebisnis ulung yang sangat menghargai waktu.
Business, kata-kata itu yang selalu terngiang darinya. Termasuk bagaimana staf Penawar selalu datang tepat waktu dan menganggap menghargai waktu adalah bagian dari bisnis dan membangun kepercayaan.
Berkelana ke Singapura
Tidak hanya berkunjung ke Malaysia. Tugu Media Group berkesempatan mengunjungi Singapura. Yang pertama melintas di pikiran adalah bagaimana cara Paman Lee Kuan Yew membangun negara yang luasnya hampir sama dengan Surabaya tetapi bisa menjadi negara yang maju.
Dalam mobil yang orang Melayu menyebutnya sebagai kereta. Lalu lintas di sana begitu lancar dengan pengendara yang disiplin. Sepertinya juga karena transportasi public yang maju.
Nyaris tidak ada yang menerobos lampu lalu lintas. Begitu pun orang-orang yang menyeberang juga tidak ada yang sak karepe dewe (semaunya sendiri).
Seperti robot saya melihatnya. Orang-orang yang sangat patuh pada aturan.
Tetapi rupanya juga tak lepas dari aturan yang tegas dan benar-benar diberlakukan, bukan sekedar terpampang di jalan. Kalau ada yang bilang, aturan ada untuk dilanggar, katrok!.
Saya begitu heran, orang-orang di Singapura bergerak cepat. Nyaris tidak ada pesan basa basi,bahkan terkesan cuek.
Pertanyaan pun muncul, apa orang di negara maju jalannya cepat. Padahal hidup sesekali perlu slow, begitu pikir saya.
Namun, nampaknya mereka lebih asyik dan menikmati hidup seperti itu.
Satu lagi tak ada sampah berserakan di sana. Serta jalanan sangat ramah untuk pejalan kaki.
Kalau soal kuliner, lidah sepertinya menyebut masakan Indonesia masih juara.
Bagi saya yang pertama kali berkunjung ke luar negeri. Perjalanan ke Malaysia dan Singapura bukan sekedar perjalanan ke luar negeri tetapi juga jadi evaluasi diri soal waktu. Semoga.
*Penulis adalah Content Writer Tugumalang.id dan penikmat sepak bola.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Editor: Herlianto. A