MALANG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang tengah mengebut pembangunan rumah-rumah rusak akibat gempa magnitude 6,1 yang mengguncang Malang Selatan. Beberapa rumah yang akhirnya mendapat giliran pertama pembangunan rumah tumbuh yang dijanjikan Pemkab Malang adalah di Desa Jogomulyan, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang.
Salah satu korban gempa yang mendapatkan kesempatan pembangunan rumah, Iswahyudi (50), mengatakan jika sudah sekitar 10 hari ini rumahnya mulai direkonstruksi kembali.
“Pembangunannya sudah sekitar 10 hari ini dan belum tahu kapan akan selesai. Dari pemerintah mengatakan mau membangun mulai tembok sampai atap lengkap,” bebernya saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
Pembangunan rumah tumbuh, diakui Iswahyudi didapatkan secara cuma-cuma alias gratis. Pembangunan sendiri menggunakan material batako sebagai tembok, kerangka atap menggunakan baja ringan dilengkapi baja ringan dan galvalum. Sementara untuk lantai sendiri menggunakan semen yang dikeringkan.
Rumah yang dibangun sendiri berukuran 4 x 8 meter yang rencananya akan ditempati 8 orang anggota keluarga termasuk Iswahyudi. Kendati terlihat sederhana, pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani ini mengaku tetap bersyukur daripada tidak memiliki rumah.
“Insyaallah layak, mungkin memang lebih luas yang dulu, dan ini masih belum ada kamar mandi, jadi kalau mau buang air atau mandi nanti di sungai terlebih dahulu,” bebernya.
“Rumah ini sendiri ditempati 2 orang cucu, 2 orang anak, 2 orang menantu, istri dan dirinya,” imbuhnya
Saat ini, total ada 5 rumah termasuk milik Iswahyudi yang sedang dalam proses rekonstruksi di Desa Jogomulyan. Sampai rumah tersebut rampung, Iswahyudi dan beberapa warga masih harus bertahan di tenda-tenda pengungsian.
Sebelumnya, Pemkab Malang mengganti rencana mereka dari membangunkan rumah sederhana sementara menjadi rumah tumbuh yang akan menyatu dengan rumah induk nantinya.
“Rumah sederhana tidak jadi, kita akan buat desain lagi, kalau kemarin sudah peletakan batu pertama tinggal fondasinya dan bagaimana rumah tumbuh itu bisa menyatu dengan rumah induk,” terang Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang, Wahyu Hidayat.
Wahyu mengatakan jika rumah tumbuh ini akan dibangun oleh Pemkab Malang, sementara rumah induk akan dibangun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Jadi sekarang konsepnya rumah tumbuh, karena dari yang rumah induknya akan dapat dari BNPB,” jelasnya.
“Rumah tumbuh ini konsepnya dia (pengungsi) bisa tinggal di situ untuk sementara, hanya mungkin satu kamar saja dengan ukuran yang bervariasi sesuai ukuran tanahnya masing-masing,” imbuhnya.
Rumah tumbuh ini nantinya akan dibangun sedemikian rupa agar nantinya bisa menyatu dengan rumah induk.
“Nah, rumah induk ini yang akan kita sambungkan dan kita desain agar menyatu dengan rumah induk. Rumah induk ini yang akan dibangun BNPB yang akan ada ruang keluarga dan beberapa kamar,” bebernya.
Pembangunan rumah tumbuh akan mulai dikebut, tujuannya agar para korban bisa segera menempati rumah sebelum lebaran.
“Sekarang akan mulai kita bangun, karena kemarin habis koordinasi dengan Deputi BNPB terkait penyatuan antara rumah tumbuh dan rumah induk,” ungkapnya.
“Insyaallah untuk rumah tumbuh ini kita selesaikan (sebelum lebaran), supaya mereka tidak di pengungsian jadi kita amankan di rumah tumbuh,” sambungnya.
Setiap unit rumah tumbuh sendiri akan memakan biaya Rp 10 juta, lebih murah Rp 4 juta dari alokasi rumah sementara yang menyentuh angka Rp 14 juta sesuai yang diungkapkan Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto, beberapa waktu lalu.
“Rumah tumbuh ini dananya berbeda, kalau ini dari donatur, beberapa dari dana siap pakai BPBD Kabupaten Malang, dan kita tambah dari BTT. Aplikasinya untuk rumah tumbuh sekitar Rp10 juta per rumah,” tuturnya.
Sementara untuk jumlah rumah tumbuh, Wahyu memperkirakan akan ada 300 unit yang akan dibangun.
“Kami prioritaskan 955 pengungsi, Jadi kalau rata-rata per rumah ada 3 orang maka akan ada 300 rumah tumbuh. Itu akan dialokasikan di beberapa kecamatan di Kabupaten Malang yang terdampak,” pungkasnya.