Tugumalang.id – Filsafat itu hadir menjumpai keseharian kita, mengetuk keseharian kita, serta filsafat menjadi dari hidup kita yang setiap hari penuh dengan kegelisahan. Demikian ungkapan Ach Dhofir Zuhry, penulis buku Filsafat untuk Pemalas saat membedah karya tertentingnya itu di Oase cafe & Literacy, Kota Malang Selasa (6/02/2024).
Gus Dhofir, demikian akrab dipanggil, mengatakan bahwa filsafat itu sejatinya bukanlah sesuatu yang mengawang-awang. Ia membumi menjadi persoalan bagi setiap manusia yang berpikir.
“Filsafat hadir ke keseharian kita, menjumpai kita, mengetuk kesadaran kita atau filsafat menjadi sesuatu yang kemudian kita renungi,” ujar Gus Dhofir.
Baca Juga: Bedah Buku Filsafat untuk Pemalas: Tidak Ada Persoalan dalam Filsafat
Menurut kiai muda itu, peran filsafat dalam kehidupan membuat hidup menjadi lebih bahagia dan menyenangkan. Bahwa ketika melakukan sesuatu tidak boleh berpura-pura dan jadilah diri sendiri. Fokus pada diri sendiri, karena hidup sejatinya untuk membahagiakan diri sendiri.
Gus Dhofir juga menjelaskan bahwa melalui buku ini, dia tidak hanya menyampaikan filsafat tetapi juga mempromosikan bahasa Indonesia di kalangan Gen Z. “Ada bahasa Indonesia yang jarang kita dengar seperti suai bibir atau yang biasa kita kenal lipsync, dst. ada di buku ini. Jadi sebetulnya bahasa Indonesia juga kaya,” paparnya.
Ia juga berpendapat bahwa menggunakan bahasa yang ringan untuk berfilsafat kadang bertentangan dengan ego penulis. Karena setiap penulis ingin tampak intelektual dan subtil lalu terkesan hebat. Tetapi persoalannya tidak terlalu bermanfaat bagi banyak orang.
Baca Juga: Berburu Lailatul Qadar di New York
Sementara itu, Direktur Oase Institute sekaligus Dosen Universitas Brawijaya Destriana Saraswati, M.Phil mengatakan buku ini cocok untuk Generasi Z yang cenderung malas membaca yang rumit-rumit.
“Ketika membaca Filsafat untuk Pemalas, hal-hal yang jelas dibahas di dalam filsafat dengan bahasa yang tinggi, tetapi di dalam buku ini dijelaskan dengan bahasa yang dekat dengan kita, itu yang menurut saya menarik,” ujarnya.
Dia juga menyebut bahwa bahasa yang digunakan di buku ini ringan seperti ngobrol dengan bahasa sehari hari namun sangat filosofi. Ada contoh-contoh yang relevan dengan anak zaman sekarang, sehingga buku ini cocok untuk “pemalas” yang ingin belajar berfilsafat.
Turut hadir sebagai narasumber, pendeta Nicky Widyaningrum juga mengatakan bahwa buku ini sangat meng-Indonesia. Dia juga mengapresiasi keberhasilan buku tersebut menghadirkan tema-tema filosofis tetapi diterima dengan mudah.
“Dalam konteks kita buku ini sangat meng-Indonesia, di dalam buku ini juga banyak pesan-pesan bersifat lintas agama, karena di situ juga diangkat tentang konteks kristus tanpa nama diperkenalkan,” ujarnya.
Penulis: Dandin Akmal Rafi Utomo
Editor: Herlianto. A