Tugumalang.id – Bangunan sekolah SD dan SMP Satu Atap di Desa Gunungsari, Kota Batu, Jawa Timur, terancam roboh akibat pergerakan tanah yang tidak stabil. Saat ini, sejumlah ruangan seperti ruang guru hingga ruang kepala sekolah terpaksa dikosongkan.
Seperti diketahui, pergerakan tanah yang terjadi pada Jumat (2/12/2022) kemarin membuat struktur bangunan sekolah kehilangan daya penopang. Akibatnya, bangunan toilet ambruk dan tak bisa digunakan.
Selain itu, pada bangunan di sisi selatan yang digunakan untuk ruang guru mengalami keretakan parah. Terutama pada bagian atap, dinding hingga lantai.
Beruntung saat kejadian para guru tengah mengajar di kelas-kelas yang terletak di bangunan sisi utara sehingga tidak sampai terjadi korban jiwa.
“Saat ini, ruangan mulai kami kosongkan. Bisa jadi nanti masih terjadi pergerakan tanah,” kata Kepala Sekolah SDN Satu Atap Gunungsari, Siti Roihatul Hasanah ditemui, Rabu (7/12/2022).
Meski begitu, aktivitas belajar mengajar di sana tidak sampai terhenti. Hanya saja, para guru dan kepala sekolah selama dua hari ini tidak bisa beristirahat dengan tenang di ruangan. Mereka lebih memilih duduk-duduk di luar atau di ruangan kecil bersekat lain.
Tentu rasa was-was masih menghantui karena potensi pergerakan tanah masih bisa terjadi. “Saat ini saja karena anak-anak ujian, kami masih belum bisa sepenuhnya mengosongkan ruangan. Meski rawan, tapi ya gimana lagi,” ujarnya pasrah.
Meski begitu, dinas terkait seperti Dinas Pendidikan dan juga BPBD Kota Batu memastikan untuk membangun gedung baru di sisi utara yang relatif lebih aman.
“Sudah dikaji dan juga dialokasikan anggaran untuk bikin gedung baru nanti di sisi utara. Karena kalau tetap dibangun di sini tanahnya sudah labil, enggak aman,” ujarnya.
Sebenarnya, ada usulan lain lagi agar sekolah ini dipindah ke tempat yang lebih aman. Menurut Siti, rencana pembangunan sekolah akan digeser lebih jauh di kawasan Dusun Jantur, Desa Brau. Namun ada pertimbangan lain.
“Takutnya kalau dipindah kesana itu aksesnya terlalu jauh. Jadi takutnya nanti malah gak ada yang mau sekolah. Cuman disini satu-satunya akses yang dekat biar anak-anak disini tetap sekolah,” kata Siti.
Hal yang sama dikatakan Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu, bahwa sebenarnya pihaknya merekomendasikan agar bangunan sekolah satu atap itu direlokasi ke tempat yang lebih aman.
Pasalnya, berdasarkan hasil kajian PVMBG, BPBD Provinsi dan Geologi UB, kawasan di sana memang tidak direkomendasikan untuk ditempati karena kondisi tanah yang labil. Kawasan itu merupakan kawasan rawan bencana.
Namun di sisi lain, hanya disanalah sekolah satu-satunya di kawasan pemukiman petani yang terletak di ketinggian, di lereng Bukit Paralayang itu. Sebagai jalan tengah, BPBD merekomendasikan untuk menata aliran air dengan membuat sumur pelegah.
Pengaturan ini penting untuk mengurangi tingkat kejenuhan tanah disana. Diketahui, kejenuhan tanah ini juga dipengaruhi oleh sumber mata air yang ada di sekitar lereng.
“Dengan membuat sumur pelegah ini nanti guna mengatur muka air tanah dan kelembapan tanah. Tapi tetap saja, di wilayah itu memang tidak aman untuk ditempati,” paparnya.
Meski begitu, di beberapa sisi, Agung masih dapat menjamin bangunan di areal sisi utara masih aman untuk difungsikan. Tanah yang labil banyak terjadi di satu sisi saja di bagian selatan.
“Tapi nanti akan kita kaji lagi karena intensitas hujan yang tinggi masih berpotensi membuat tanah di sana jenuh. Jadi potensi pergerakan tanah di sana ke depannya masih besar,” ungkapnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A