MALANG – Ekosistem hutan tropis dataran rendah Malang Selatan adalah rumah dari keanekaragaman hayati flora dan fauna. Banyak diantaranya mempunyai nilai konservasi yang tinggi.
Dosen jurusan Biologi Universitas Brawijaya (UB), Prof Luchman Hakim mengatakan, bahwa tanggung jawab dalam menyelamatkan keanekaragaman hayati tersebut ada pada pemerintah dan masyarakat.
“Kebijakan pemerintah harus selaras dengan semangat menjaga keanekaragaman hayati di Malang Selatan,” tegasnya saat diwawancarai jurnalis tugumalang.id pada Selasa (01/06/2021).
Pria berkacamata ini mengatakan bahwa salah satu pusat-pusat keanekaragaman hayati dan ekosistem penting dalam menyangga kehidupan Malang Selatan terletak pada sistem agroforestri yang telah dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal di pemukiman dan di desa-desa di malang selatan.
“Keanekaragaman hayati dalam ekosistem agroforestry tersebut tersebar pada kebun-kebun campuran dan pekarangan rumah masyarakat. Sepetak kebun agroforestry kaya dengan tanaman pohon berkayu, semak dan herba multifungsi, sebagai sumber kayu, pendapatan ekonomi, pangan dan obat-obatan,” bebernya.
“Struktur agroforestry di malang selatan umumnya terdiri dari Kelapa dan beragam jenis pohon dengan kanopi. Di bawahnya adalah beragam jenis tanaman buah-buahan, pisang, kopi dan lainnya,” sambungnya.
Oleh karena itu, dalam konteks ekosistem, keberadaan kebun sawit kurang mendukung keanekaragaman hayati, karena relative sedikit spesies dapat tumbuh dengan baik diantara pohon-pohon sawit.
“Kanopi sawit tidak banyak mengijinkan penetrasi sinar matahari untuk memberi energi kehidupan bagi anekaragam tetumbuhan. Kebun sawit kurang strategis dalam ketahanan pangan dan ketahanan obat-obatan yang diperlukan masyarakat. Hewan-hewan yang hidup di sawit tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan hewan-hewan yang ada di sistem agroforestri,” tegasnya.
Terakhir, peraih gelar doktoral di Hiroshima University, Japan, ini mengatakan kalau upaya memperkuat sistem agroforestri penting dilakukan dalam mendukung ketahanan pangan, kesehatan dan ekonomi masyarakat.
“Keragaman spesies tanaman yang ada di sistem agroforestri adalah sumber ekonomi, pangan dan obat-obatan penting yang lebih kaya dan berkelanjutan dibandingkan petak sawit,” pungkasnya.