Malang, Tugumalang.id – Seni grafiti kerap kali dipandang sebelah mata bahkan dianggap vandalisme. Menepis hal itu sejumlah pemuda yang tergabung dalam Malang Grafiti Movement menunjukkan kreativitasnya meramu cat warna menjadi mural di Skate Park Merjosari Kota Malang.
Tampak belasan pemuda sibuk memainkan kuasnya untuk menggambar sesuai kreativitas dengan cat berbagai warna. Lantai polos arena ekstrem sport seperti skate board, BMX freesyle dan breakdance itu mereka sulap menjadi arena penuh warna.

Perwakilan Malang Grafiti Movement, Andis Fairuz menjelaskan bahwa kegiatan ini bagian dari aktivitas Malang Street Culture sebagai wadah potensi pemuda di Kota Malang yang aktif di skate board, BMX, breakdance hingga grafiti.
Baca Juga: Michael Evan, Pembuat Grafiti Angkot di Jembatan Kedungkandang yang Punya Keterbatasan Melihat Warna
Dikatakan, Malang Street Culture sejak 2017 selalu menggelar event di arena ekstrem park itu setiap tanggal 31 Desember. Event itu dijadikan wadah menjalin solidaritas hingga wadah unjuk gigi sesuai potensi masing masing.
“Nah sekarang ini kami dari Malang Grafiti Movement ini ikut andil dengan menghias arena ekstrem sport sebagai markas teman teman Malang Street Culture,” kata Fairuz.

Fairuz menyampaikan bahwa arena seluas 50 x 30 meter itu digambar grafiti membentuk identitas Kota Malang yang dipadukan dengan identitas atau ciri khas kreasi anggota Malang Grafiti Movement.
“Tapi garis besarnya yakni bentuk bunga yang merupakan identitas Kota Malang sebagai kota bunga. Lalu didalamnya ada gambar karakter teman teman, kemudian ada gunung dan lainnya,” kata dia.
Baca Juga: Foto: 100 Hari Tragedi Kanjuruhan, Seniman Malang Pameran Seni Rupa ‘Menyerang Kota’
Grafiti tersebut dias dengan berbagai warna mulai biru, oranye, putih, kuning dan lainnya. Dikatakan, warna warna itu menyimbolkan netralitas dan kolaborasi.
“Pesan grafiti ini agar antar komunitas menjalin solidaritas dan kolaborasi satu sama lain,” ujarnya.

Di sisi lain, Fairus menyampaikan bahwa seni grafiti kerap dipandang sebelah mata oleh masyarakat, bahkan dianggap vandalisme. Untuk itu, melalui kegiatan ini bisa menepis kesan negatif tersebut.
“Kami ingin menyampaikan bahwa grafiti tak selalu negatif, karena kami juga punya aturan. Ada tempat tempat yang bisa dan dilarang,” tuturnya.

Dia menyampaikan bahwa seni gratifi saat ini juga sudah mulai diterima masyarakat. Bahkan banyak galeri yang memberikan wadah melalui kompetisi kompetisi.
“Teman teman grafiti di sini juga banyak yang ikut event kompetisi nasional dan internasional seperti di Jakarta dan Solo,” tandasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko