Tugumalang.id – Bagi para wanita, mengalami gejala perubahan fisik serta mood seminggu atau dua minggu sebelum mengalami menstruasi mungkin sebuah hal yang lumrah.
Gejala itu disebut Premenstrual Syndrome (PMS). Namun, terdapat versi lebih parah dari PMS, yang gejalanya menyerang kesehatan mental para wanita yang telah menstruasi di usia subur.
Versi tersebut adalah Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Dilansir dari Johns Hopkins Medicine, dan Mayo Clinic, PMDD dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrim seperti depresi dan kecemasan berlebihan satu atau dua minggu sebelum wanita menstruasi.
Meski biasanya gejala PMDD hilang dua hingga tiga hari setelah menstruasi dimulai, PMDD dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, merusak hubungan dengan orang lain, bahkan menimbulkan keinginan untuk bunuh diri.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), Tugumalang.id telah merangkum informasi mengenai penyebab, gejala, pengobatan hingga fakta-fakta dari gangguan kesehatan satu ini. Simak, ya!
Penyebab
Menurut Office on Women’s Health, belum diketahui pasti apa penyebab dari PMDD. Tetapi, PMDD terjadi diduga karena kadar hormon serotonin dalam otak yang menurun drastis sepanjang siklus menstruasi. Hormon serotonin merupakan pembawa pesan antara sel-sel saraf di otak dan ke seluruh tubuh.
Dikutip dari Cleveland Clinic, serotonin berperan besar dalam mengatur emosi atau suasana hati, tidur, pencernaan, mual, penyembuhan luka, kesehatan tulang, pembekuan darah dan hasrat seksual. Beberapa wanita mungkin lebih sensitif terhadap perubahan ini. Dan faktanya, 5% wanita di usia subur mengalami PMDD dan mengalami depresi serta gangguan kecemasan.
Kemudian Harvard Health Publishing menjelaskan kerentanan genetik, stres, kelebihan berat badan atau obesitas, riwayat trauma atau pelecehan seksual di masa lalu juga kemungkinan besar berkontribusi sebagai faktor risiko penderita PMDD.
Gejala
Beberapa gejala PMDD mungkin hampir sama dengan PMS, seperti merasakan kembung, nyeri payudara, kelelahan, dan perubahan pola tidur serta makan. Namun, PMDD menunjukkan gejala emosional dan perilaku yang menonjol, seperti:
1. Depresi
2. Iritabilitas atau kemarahan yang berlangsung lama dan dapat mempengaruhi orang lain
3.Perasaan sedih atau putus asa, bahkan menimbulkan pikiran untuk bunuh diri
4. Perasaan tegang atau cemas
5. Serangan panik
6. Perubahan suasana hati ekstrim dan sering menangis
7. Kurangnya minat dalam aktivitas dan berhubungan dengan orang lain
8. Kesulitan berpikir atau fokus
9. Kelelahan atau energi rendah
10. Ingin terus makan dalam porsi banyak
11. Sulit tidur
12. Merasa di luar kendali
13. Gejala fisik seperti kram, kembung, nyeri payudara, sakit kepala, dan nyeri sendi atau otot
Pengobatan
Dilansir dari Mind, ada beberapa perawatan untuk PMDD yang terbukti berhasil bagi sebagian wanita. Dengan mengunjungi dokter, perawatan Anda akan diputuskan berdasarkan seberapa buruk gejala PMDD, preferensi pribadi, dan apakah ada rencana untuk hamil. Pengobatan untuk PMDD mencakup:
1. SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
SSRI adalah jenis antidepresan, seperti fluoxetine (Prozac, Sarafem, dan lain-lain) dan sertraline (Zoloft), dapat mengurangi gejala emosional, kelelahan, mengidam makanan, dan masalah tidur.
Obat ini sering digunakan sebagai pengobatan pertama yang direkomendasikan untuk PMDD dan merupakan satu-satunya jenis antidepresan yang ampuh untuk PMDD.
Nantinya Anda mungkin disarankan untuk mengkonsumsi SSRI setiap hari sepanjang bulan atau hanya selama fase luteal Anda. Fase luteal bisa dikatakan sama dengan pramenstruasi.
2. Kontrasepsi oral kombinasi
Kontrasepsi oral atau pil KB dapat mengurangi gejala PMDD dengan mengontrol atau menghentikan menstruasi Anda, tetapi bukti pil sebagai pengobatan PMDD beragam.
Beberapa wanita merasa pil membantu mengurangi gejala mereka, tetapi beberapa pula merasa itu memperburuk gejala mereka. Pil juga dapat menimbulkan efek samping dan tidak tepat jika Anda sedang mencoba untuk hamil.
Obat kontrasepsi oral memiliki berbagai jenis dengan campuran hormon berbeda-beda. Kombinasi hormon tertentu itu tidak akan mungkin tidak akan bekerja baik. Karena itu, pil yang mencegah ovulasi mungkin lebih berhasil dalam mengelola gejala PMDD.
3. Terapi bicara dan konseling
Karena PMDD sangat mempengaruhi kesehatan mental, Anda memerlukan bantuan ahli untuk mengelola gejala psikologis dengan menemui terapis. Terapi perilaku kognitif (CBT) telah terbukuti efektif untuk beberapa orang dengan PMDD dalam mengelola gejala mereka.
4. Injeksi analog GnRH
Analog hormon pelepas gonadotropin (GnRH) dapat membantu mengurangi gejala PMDD dengan menyebabkan menopause sementara. Perawatan ini hanya boleh dipertimbangkan jika tidak ada perawatan lain yang efektif.
Efek samping dari suntikan ini meliputi hilangnya kepadatan tulang, yang membuat penerimanya berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis. Karena itu, pengobatan ini seringkali dibatasi hingga enam bulan, dan harus dikombinasikan dengan terapi pergantian hormon (HRT), yang mengurangi gejala menopause dan mengurangi kehilangan kepadatan tulang.
5. Konsumsi vitamin dan suplemen
Suplemen dan vitamin tertentu dapat mengurangi gejala pramenstruasi. Seperti kalsium karbonat dan vitamin B6 yang dapat membantu mengurangi gejala fisik dan psikologis.
Kemudian ada Agnus castus (herbal yang dikenal sebagai chasteberry), yang dapat membantu mengurangi gejala lekas marah, sakit kepala dan nyeri payudara. Tetapi tidak dianjurkan untuk diminum jika Anda sedang mencoba untuk hamil atau sedang menyusui.
6. Menerapkan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup sehat mungkin akan menjadi saran dari dokter Anda karena dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Hal ini pun dapat mengurangi gejala PMDD ke tingkat yang dapat dikelola tanpa perlu perawatan lebih lanjut.
Untuk itu, Anda disarankan berolahraga lebih teratur, merubah pola diet, tidur teratur, mencoba mengurangi tingkat stres, mengurangi alkohol, tidak merokok, dan mengurangi jumlah kafein.
Reporter: Nurukhfi Mega Hapsari
Editor: Herlianto. A