Abd Al Haris Al Muhasibiy*
Sempatkan ziarah ke makam bunda.
Tentu saja ayah dan semua makam keluarga.
Bahkan ke makam kedua mertua di desa.
Serasa tentram hatiku bak masih bisa bicara.
Seraya berdo’a agar Allah beri mereka maghfirah.
Hidup tenang di maqbarah mereka di alam barzah.
Tetesan air mata tiba-tiba turun tidak terasa.
Duhai ibu, bapak, kakak-kakak, dan mertua berdua.
Selain ziarah tentu saja silaturahimi.
Terutama kepada bibi saudara ibuku sendiri.
Perempuan tua yang gigih-pemberani bernama Suwarni.
Hanya dua orang bersaudara sama-sama putri.
Suparti dan Suwarni pahlawanku yang sejati.
Mereka berdua meski sekolah rendah tapi sangat berbudi.
Apalagi Ibu Suparti paling dermawan di dunia ini.
Tidak seorang pun di alam ini yang menandingi.
Memberi mereka yang membutuhkan meski dia ingini.
Berkat Ibu Suparti inilah semua prestasi yang kucapai.
Beda Ibu Suparti, bibiku Suwarni.
Beliau orang yang sangat pemberani.
Penolong dan punya harga diri yang tinggi.
Meski tidak punya tetapi tidak pernah mintak meski pada anak sendiri.
Dengan anak yang banyak semua pekerjaan dilakukan secara berdikari.
Tidak bisa direndahkan pasti akan dilawan meski presiden RI.
Tidak pernah hutang meski hidup sangat miskin sekali.
Beruntung saya punya Ibu dermawan dan bibi pemberani.
Semoga mereka hidup bahagia.
Meski satu di dunia dan yang satunya di alam barzah.
Dua perempuan hebat tidak ada yang menandingi sampai kapan pun jua.
Semoga Allah selalu beri hidup yang sejahtera.
Lamongan, 23 Mei 2021
*Rektor UIN Maliki