Oleh: Muhammad Hilal*
Tugumalang.id – Belakangan muncul plesetan bahwa X-Men adalah orang-orang yang aktif bermain medsos X, nama pengganti dari Twitter itu. Tapi ini hanyalah plesetan. Kenyataannya, semua pengguna medsos punya perangai mutan juga.
Terlepas dari plesetan tersebut, para tokoh utama cerita X-Men ini adalah mutan. Para mutan tergolong homosapiens juga, namun mutasi genetis membuat mereka jadi berbeda.
Mereka punya kekuatan tertentu atau ciri fisik yang berbeda. Karena itulah mereka jadi liyan, dianggap berbeda oleh manusia ‘normal’.
Baca Juga: Sinopsis Film Malam Pencabut Nyawa, Debut Devano Danendra di Film Horor
Di beberapa tempat mereka dianggap ancaman, hingga dikucilkan, diusir, atau bahkan dibunuh. Karena itulah mereka berupaya menyembunyikan identitas mereka.
Para mutan adalah kaum tersingkir dalam kehidupan sosial. Meski punya kekuatan, mereka tetap rentan.
Berhubung mereka adalah manusia juga, di kalangan para mutan ini ada golongan baik dan golongan jahat. Ibarat dunia persilatan, mereka juga punya golongan hitam dan golongan putih.
Di antara golongan putih itu terdapat sekelompok mutan pengikut Charles Xavier alias Profesor X. Mereka menamai diri mereka sebagai X-Men.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Film Indonesia Bertema Pendidikan, Nikmati Cerita Sembari Gugah Semangat Belajar
Cita-cita X-Men adalah koeksistensi antara manusia ‘normal’ dan para mutan. Di sinilah kisah X-Men menjadi menarik, sebab cita-cita ini menghadapi tentangan baik dari kalangan manusia ‘normal’ maupun para mutan sendiri.
Di satu sisi, X-Men harus berhadapan dengan manusia ‘normal’ yang anti koeksistensi. Mereka menciptakan teknologi pemusnah para mutan.
Salah satu teknologi itu adalah Sentinel, robot yang diprogram untuk memburu para mutan. Sentinel punya kemampuan identifikasi buruannya, yakni para mutan. Algoritmanya sangat canggih sehingga mereka tidak akan melukai manusia ‘normal’.
Di sisi lainnya, X-Men harus pula menghadapi sesama mutan yang anti koeksistensi. Salah satunya adalah sekelompok mutan yang dipimpin Erik Lehnsherr alias Magnito.
Magnito sebenarnya kawan lama Profesor X. Dulu mereka berdua satu tim mengusung cita-cita koeksistensi. Namun watak manusia ‘normal’ sangat sulit diajak kerja sama. Mereka kerap berkhianat.
Satu demi satu berjatuhan korban dari pihak mutan, termasuk lumpuhnya kaki Profesor X, akibat pengkhianatan manusia ‘normal’. Magnito berkata, “cukup!” Hentikan cita-cita koeksistensi. Itu impian konyol. Lawanlah manusia ‘normal’ demi kelanjutan hidup para mutan.
Profesor X masih bersikukuh dengan impian dan cita-citanya. Koeksistensi adalah harapan yang lebih menjamin kelangsungan hidup para mutan. Profesor X lebih keras kepala ketimbang Magnito.
***
Itulah premis petualangan X-Men. Upaya mereka mengejar cita-cita dan impian koeksistensi itu diceritakan dalam berbagai versi.
Salah satu yang cukup sukses adalah X-Men: The Animated Series. Film kartun berseri ini bertahan selama lima tahun, dari 1992 hingga 1997.
Film X-Men ’97 ini tidak lain adalah kelanjutan dari film X-Men: The Animated Series itu. Menonton X-Men ’97 ini membangkitkan rasa nostalgia pada kebahagiaan masa kecil.
Yang istimewa dari X-Men ’97 ini adalah ceritanya; dan inilah alasan saya membuat ulasannya di sini. Meski ia film kartun, namun ceritanya tidak receh dan relatable dengan penonton dewasa.
Scott Summers alias Cyclops, menurut saya, menjadi sosok yang sangat menarik dalam cerita ini. Dia menanggung beban memimpin X-Men sepeninggal Profesor X. Ada banyak kejutan dalam perjalanannya memimpin tim para mutan kelompok putih ini.
Tidak hanya itu, dia juga diliputi gejolak batin dalam menjalani kehidupan keluarganya. Dia sering dihantui perasaan jadi ayah yang buruk bagi anaknya, Nathan alias Cable.
Lain pula kisah Rogue, mutan perempuan yang kebal dan bisa terbang itu. Meski fisiknya kokoh bagai baja, dia diliputi kebimbangan-kebimbangan manusiawi berupa cinta yang rumit.
Magnito adalah sosok dengan kemampuan menakutkan dalam serial ini. Kemampuan magnetisnya sangat kuat dan berperangai keras kepala pula. Sialnya, dia kerap menemukan kenyataan pahit bahwa koeksistensi adalah ide yang sangat sulit—tingkat kesulitannya bahkan tidak bisa ditanggung oleh kekuatannya yang sangat besar.
Begitulah, tokoh per tokoh dalam serial ini menghadapi pergulatan jiwanya sendiri-sendiri. Jubilee, Nightcrawler, Roberto, Gambit, Storm, semuanya punya kisahnya masing-masing.
Barangkali hanya Wolverine, Beast, dan Morph yang kisah batinnya tidak dieksplorasi di sini. Tapi serial ini memuaskan para produsernya. Kelanjutannya akan hadir kelak. Bisa jadi nanti cerita mereka punya tempat.
Biodata Film
Judul: X-Men ’97
Penulis Naskah: Beau DeMayo
Rilis: Maret 2024
Musim: ke-1
Episode: 10 buah
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
*Penulis adalah Dosen Universitas Al-Qolam Malang
Editor: Herlianto. A