Tugumalang.id – Industri film di Malang kian menggeliat. Kota ini mulai menjadi rumah bagi karya-karya sinematik yang kreatif dan inovatif anak-anak muda. Ini menandai kebangkitan industri film lokal di Kota Pelajar itu.
Meski sebagian besar produksi film pendek di Malang masih dilakukan oleh komunitas dan pelajar, semangat sineas lokal untuk berkarya terus menggelora. Ini membuktikan bahwa mereka mampu berkontribusi di industri kreatif Indonesia.
“Di kota Malang ini, sudah muncul berbagai macam tayangan alternatif, walaupun belum terlalu mendapat exposure besar. Produksi film di Malang masih bertumpu pada eksibisi dan karya komunitas pelajar yang menjadi wadah penyaluran hobi,” ungkap Jovian Kitti sebagai salah satu sineas muda dari Nol Derajat Film, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Brawijaya Malang.
Baca Juga: 5 Kisah Tragis di Balik Film Kartun Terkenal, dari Hello kitty hingga Teletubbies
UKM ini bergerak pada bidang sinematografi. Menurut Kitti, tantangan yang dihadapi sineas di Malang memang tidak sedikit. Mulai dari keterbatasan sumber daya manusia (SDM), peralatan, hingga pendanaan.
Ketersediaan SDM di Malang belum selengkap di kota besar seperti Jakarta atau Bandung, dan banyak sineas pemula yang masih belajar dari pengalaman langsung tanpa pendidikan formal di bidang perfilman.
“Peralatan pun sebagian besar tersedia di kota besar karena permintaan tinggi, sementara kami di Malang harus berinovasi dengan alat terbatas,” ujar Kitti.
Film Malang Tembus Festival Internasional
Tak hanya itu, mereka juga bergantung pada crowdfunding atau dana kolektif, mengingat jumlah sponsor yang masih minim. Namun, keterbatasan ini tak menghentikan sineas lokal untuk terus berkarya.
Beberapa film lokal milik sineas Malang bahkan telah menembus ajang internasional, seperti film kelas-B berjudul “Jenglotman dan Keinginan Mertua Jahanam”.
Baca Juga: Dibintangi Bupati Malang, Film Es Teh Hangat Diapresiasi Sandiaga Uno
Film ini digarap Beny Kristia dan Rakha Magelhaens yang berhasil masuk seleksi BUT Film Festival 2024 di Belanda dan CRASH International Fantastic Film Festival di Brazil. Prestasi ini menandakan bahwa meski berada di daerah, sineas Malang mampu bersaing dengan film-film internasional.
Secara umum, genre yang digarap oleh sineas Malang berkisar pada drama dan indie, tetapi ada pula yang bereksperimen dengan mockumentary, dokumenter, dan film kelas-B.
Mereka ingin menghadirkan perspektif segar dan cerita unik, yang tak jarang membahas realitas lokal yang mungkin luput dari sorotan layar lebar nasional.
Bagi Kitti, peran teknologi, terutama media sosial, menjadi elemen penting dalam mempromosikan film-film ini. Platform seperti Letterboxd dan Twitter tidak hanya sebagai media promosi tetapi juga ruang diskusi, yang mempertemukan sineas lokal dengan penonton baru.
“Teknologi memungkinkan sineas lokal untuk mendapatkan exposure lebih luas, bahkan menghubungkan kita dengan komunitas film di luar negeri,” tutur Kitti berdasarkan pengalaman dirinya terlibat dalam produksi film pendek.
Harapan sineas lokal untuk lima tahun ke depan adalah membangun ekosistem yang lebih kuat dan inklusif, terutama untuk para pemula.
“Yang kami perlukan bukan hanya alat yang canggih, tetapi SDM yang berkualitas dan kolaborasi yang berkelanjutan. Kami berusaha memperluas jaringan antar komunitas agar bisa menciptakan iklim yang mendukung tumbuhnya bakat-bakat baru di Malang,” ujarnya dengan optimis.
Kolaborasi lintas komunitas juga menjadi cara lain untuk memperkuat distribusi film lokal. Beberapa eksibisi kolaboratif seperti “Proyeksi Besok Lagi” yang bekerja sama dengan ISI Yogyakarta atau “Proposal Menonton” dengan Acah-Acah dari ISI Surakarta menunjukkan bahwa penayangan bersama bisa menjadi sarana promosi yang efektif.
Selain itu, platform digital seperti BioskopOnline dapat menjadi opsi bagi sineas lokal untuk mendistribusikan karya mereka di luar festival.
Dengan dukungan komunitas, kerja sama yang luas, dan semangat eksplorasi yang tinggi, industri film di Malang telah menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang menjanjikan.
Para sineas lokal bukan hanya menghasilkan karya, tetapi juga membangun reputasi bahwa karya anak Malang siap bersaing, tak hanya di dalam negeri tetapi juga di kancah internasional.
Semangat dan kerja keras ini menjadi bukti bahwa kreativitas mampu menembus batas, membawa film lokal Malang menjadi bagian dari peta perfilman global.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Say Martua Panji Tampubolon
Editor: Herlianto. A