Tugumalang.id – Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) memberikan dukungan untuk Tugu Media Group (tugumalang.id dan tugujatim.id) dan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang (UM) yang akan menggelar Sarasehan Nasional Pancasila dan Haul Bung Karno, 27 Juni 2024 mendatang di kampus UM.
Acara ini merupakan acara yang kedua yang digelar oleh Tugu Media Group. Tahun lalu, perusahaan media yang berhome base di Malang ini menggelar Haul Bung Karno ke-52 di Universitas PGRI Kanjuruhan Malang pada 30 Juni 2022.
Haul tersebut mengangkat tema “Menapaki Jejak Perjuangan Putra Sang Fajar” dengan keynote speaker Ketua DPR RI, Puan Maharani, yang juga merupakan cucu Bung Karno.
Sedangkan tahun ini, panitia mengangkat tema Bung Karno dan Pancasila di Abad 21. Hal ini agar masyarakat semakin paham peran strategis Pancasila serta legacy apa yang bisa diambil pelajaran dari Bung Karno.
Wakil Ketua MPR RI, Dr Ahmad Basarah SH MH, menyampaikan bahwa pihaknya menyambut baik dan mendukung prakarsa Haul Bung Karno ini. Menurutnya, kegiatan Haul Bung Karno merupakan wujud penghargaan dari generasi untuk pahlawan yang memiliki jasa besar bagi bangsa.
Meneladani Pemikiran Bung Karno
Dia mengatakan bahwa Bung Karno memiliki pemikiran yang patut untuk diteladani generasi muda. Dia juga meyakini bahwa jasa besar Bung Karno telah mendorong komponen masyarakat untuk menggelar Haul Bung Karno.
“Teladan dari Bung Karno yang harus diikuti oleh generasi muda adalah sifat beliau yang ‘gandrung’ dengan persatuan bangsa,” tutur Basarah kepada tugumalang.id, Kamis (1/6/2023).
Bung Karno yang gandrung persatuan bangsa itu telah melahirkan gagasan yang bisa menjadi ideologi dan dasar negara, yakni Pancasila. Bung Karno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara pada 1 Juni 1945 lalu.
“Sejak kelahirannya, Pancasila dimaksudkan Bung Karno sebagai ideologi yang menyatukan, terutama antara kalangan Islam dan kalangan nasionalis di sidang BPUPK,” paparnya.
Berjalannya waktu, Basarah mengatakan bahwa kelompok Islam sempat mengusulkan agar Islam sebagai dasar negara. Sedangkan kelompok nasionalis mengusulkan kebangsaan sebagai dasar negara. Maka kedua usulan ini mengalami deadlock.
“Pancasila lalu menjadi jalan tengah dari deadlock tersebut, karena Bung Karno berhasil menyatukan Islam dan kebangsaan,” ucapnya.
“Dari Islam, Bung Karno mengambil nilai Ketuhanan YME dan musyawarah. Dari kebangsaan, Bung Karno menegaskan nilai-nilai kebangsaan, kemanusiaan, demokrasi, keadilan sosial, serta ketuhanan,” lanjutnya.
Pancasila yang mampu memuat kedua nilai dari ideologi tersebut akhirnya diterima secara aklamasi oleh BPUPK. Usulan Pancasila Bung Karno pada 1 Juni lalu dirumuskan ulang oleh Panitia Sembilan pada 22 Juni dan mengalami finalisasi pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
“Saya berharap, gerenasi muda mampu meneladani sifat ‘gandrung’ persatuan dari Bung Karno ini. Sebab tanpa kesadaran akan pentingnya persatuan nasional, bangsa kita bisa tercabik-cabik oleh isu SARA (suku, agama, ras dan antar golongan),” tuturnya.
Basarah mengatakan bahwa implementasi Pancasila di kehidupan masyarakat masih jauh dari api perjuangan Bung Karno. Selain itu, dia mengatakan bahwa pemerintah juga harus mengoptimalkan implementasi Pancasila. Sebab masih ada praktik korupsi yang dilakukan pejabat negara.
“Sebagaimana Bung Karno tegaskan pada pidato 1 Juni 1945, bahwa Pancasila harus diperjuangkan. Tanpa perjuangan mewujudkan nilai nilai Pancasila, maka ideologi kita tersebut akan menjadi ‘macan di atas kertas’ dan tidak mewujud dalam kehidupan nyata,” tandasnya.
Untuk diketahui, Sarasehan Pancasila dan Haul Bung Karno ini didukung oleh beberapa pihak seperti PT Pegadaian Kanwil XII Surabaya, Perumahan Srimaya dan Climate Change Frontier (CCF).
Selain acara sarasehan, seminar dan doa bersama, sebelum acara panitia juga menggelar lomba pidato Bung Karno. Bagi yang ingin mengikuti lomba tersebut, syarat dan ketentuannya bisa dilihat di Instagram @tugumalangid atau bisa kontak admin Novita (+62 812 35302980).
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A