Tugumalang.id – Salah satu tradisi yang paling terkenal di kawasan Bromo adalah Upacara Kasada, ritual tahunan suku Tengger yang berakar pada kepercayaan Hindu.
Upacara ini mencerminkan hubungan spiritual antara manusia, alam, dan Tuhan, serta menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sejarah Upacara Kasada
Asal-usul Upacara Kasada bermula dari legenda Roro Anteng dan Joko Seger, pasangan suami istri yang merupakan leluhur suku Tengger.
Mereka dikisahkan memohon kepada dewa agar dikaruniai keturunan setelah bertahun-tahun menikah tanpa anak. Doa mereka dikabulkan dengan syarat anak bungsu dari 25 anak mereka harus dipersembahkan kepada Sang Hyang Widhi sebagai tanda bakti dan pengorbanan.
Baca Juga: Mengungkap Pesona Tersembunyi Bukit Prau, Destinasi Wisata Seru di Taman Nasional Bromo
Meskipun awalnya berat hati, pasangan ini akhirnya memenuhi janji mereka dengan melemparkan anak bungsunya ke dalam kawah Gunung Bromo.
Dari kisah ini, lahirlah tradisi Kasada yang terus dipelihara oleh masyarakat Tengger. Upacara ini menjadi simbol pengorbanan, rasa syukur, dan permohonan akan keselamatan serta berkah dari alam.
Prosesi Upacara Kasada
Upacara Kasada biasanya dilaksanakan pada bulan ke-12 dalam kalender suku Tengger, yang biasanya jatuh antara bulan Juni hingga Juli.
Prosesi upacara ini terdiri dari beberapa tahapan penting, yang dimulai dengan rangkaian doa dan persembahan di Pura Luhur Poten, sebuah pura yang terletak di kaki Gunung Bromo, tepat di tengah lautan pasir.
Baca Juga: Kawasan Bromo Ditutup Saat Perayaan Nyepi 2024
Setelah melakukan doa dan ritual di pura, masyarakat Tengger, yang dipimpin oleh pemangku adat, melanjutkan perjalanan menuju kawah Gunung Bromo untuk melakukan ritual puncak, yaitu pelemparan sesaji.
Sesaji yang dilemparkan ke kawah berupa hasil bumi seperti buah-buahan, sayuran, beras, serta hewan ternak. Ini adalah simbol rasa syukur mereka kepada Sang Hyang Widhi atas rezeki yang telah diberikan selama setahun.
Bagi para wisatawan yang datang, momen pelemparan sesaji menjadi tontonan menarik, meskipun bagi masyarakat Tengger, ritual ini sarat dengan nilai religius yang mendalam.
Tak jarang, ada pula penduduk setempat yang nekat turun ke kawah untuk menangkap sesaji yang dilempar, karena dipercaya barang-barang tersebut membawa keberuntungan.
Makna dan Filosofi Upacara Kasada
Upacara Kasada bukan hanya ritual adat semata, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Tengger. Upacara ini merepresentasikan harmoni antara manusia dan alam.
Gunung Bromo, sebagai tempat dilaksanakannya upacara, dipercaya memiliki kekuatan sakral yang menjaga keseimbangan alam. Melalui Kasada, masyarakat suku Tengger menyampaikan rasa syukur mereka kepada alam yang telah memberikan kehidupan dan kesuburan bagi mereka.
Selain itu, ritual ini juga mencerminkan pengorbanan dan kesadaran spiritual. Masyarakat Tengger percaya bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan alam dan tidak boleh serakah dalam mengambil apa yang diberikan alam.
Persembahan dalam bentuk hasil bumi dan ternak adalah wujud pengembalian rezeki kepada alam sebagai tanda bakti dan penghormatan.
Wisata Budaya dan Pelestarian Tradisi
Seiring dengan perkembangan zaman, Upacara Kasada semakin dikenal luas, baik di Indonesia maupun mancanegara. Wisatawan dari berbagai negara sering datang ke Bromo khusus untuk menyaksikan ritual ini.
Meskipun banyak orang yang datang untuk menikmati keindahan alam Bromo, upacara ini juga memberikan mereka kesempatan untuk menyaksikan warisan budaya yang tetap hidup dan lestari.
Pemerintah dan komunitas lokal juga aktif menjaga tradisi ini agar tidak hilang ditelan modernisasi. Mereka berusaha memadukan unsur budaya tradisional dengan pariwisata, sehingga budaya Kasada tetap terjaga sekaligus memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat sekitar.
Selain itu, adanya wisatawan yang tertarik dengan budaya Kasada juga membantu memperkenalkan suku Tengger kepada dunia.
Upacara Kasada di Gunung Bromo adalah salah satu tradisi budaya yang kaya akan makna spiritual dan sejarah. Melalui prosesi ini, masyarakat Tengger menunjukkan kedekatan mereka dengan alam dan menghargai segala berkah yang diberikan oleh Sang Hyang Widhi.
Dengan pelestarian tradisi ini, masyarakat Tengger tidak hanya menjaga warisan budaya leluhur mereka, tetapi juga memberikan nilai edukatif kepada dunia luar tentang pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan alam.
Upacara Kasada bukan sekadar ritual, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai kehidupan yang selaras dengan alam semesta.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Lutfa Putri Valentina (Magang)
Editor: Herlianto. A