Tugumalang.id – Pada umumnya, tiap daerah memiliki satu Titik Nol kilometer sebagai penanda jarak ukur tradisional antar wilayah. Lantas bagaimana bisa Kota Malang memiliki dua Titik Nol? Mari kita telusuri sejarah dan penjelasan dua Titik Nol di Kota Malang.
Titik Nol pertama di Kota Malang terletak di ujung Jembatan Brantas Jalan Gatot Subroto atau seberang pintu masuk Kampung Warna Warni Jodipan Kota Malang.
Sementara Titik Nol kedua berada di Jalan Merdeka tepatnya di bawah tangga penyeberangan Alun-alun Kota Malang.
Kedua Titik Nol yang letaknya cukup tersembunyi ini, memiliki bentuk yang serupa yakni berupa tugu kecil setinggi sekitar 50 centimeter dengan bentuk penampang segitiga yang masing-masing sisi bertuliskan nama beserta jarak tiga daerah yakni Malang, Surabaya, dan Purwosari.
“Di beberapa daerah gak punya Titik Nol seperti kita. Jangankan satu, satu saja belum tentu punya. Uniknya, Kota Malang ini punya dua Titik Nol,” ungkap Pemerhati Sejarah dan Budaya Kota Malang, Agung H Buana.
Dijelaskan, Titik Nol pertama di ujung Jembatan Brantas Jalan Gatot Subroto ini menunjukkan wek pos atau jalur pos era kolonial Belanda yang kemudian di Malang dilekatkan dengan jalur kereta api. Titik Nol ini disebutkan sudah ada sejak pertama kali kereta api masuk ke Malang yakni sekitar tahun 1869.
Sementara Titik Nol kedua yang berada di bawah jembatan penyeberangan Alun-alun Kota Malang sangat berkaitan dengan perubahan pemerintahan di Malang yang sebelumnya masuk dalam karesidenan Pasuruhan sebelum tahun 1914-an.
“Ketika Pemerintah Belanda membuat Kemente Malang atau Kota Praja Malang, maka ada perubahan. Karena dulu kita hanya sebagai daerah bagian dari karesidenan Pasuruan, maka pada saat itu munculah asisten residen (Pimpinan Belanda),” jelasnya.
“Tempat asisten karesidenan itu ada di kantor KPPN Malang. Kalau rumahnya di Kantor Pos sekarang ini. Kantor Pos dulu gabung sama Kantor Telkom di kawasan Kayutangan itu,” imbuhnya.
Dia mengatakan, dahulu Titik Nol ini ada di halaman rumah asisten karesidenan tersebut di kawasan Kayutangan Heritage Kota Malang. Kemudian pada kisaran tahun 1914 hingga 1920-an, Titik Nol itu digeser ke lokasi yang saat ini ada yakni di bawah jembatan penyeberangan Alun-alun Kota Malang.
“Dulu Titik Nol itu dibuat dari kayu, bukan beton. Jadi kayu yang dibuat seperti bendera dan dipasang di halaman rumah asisten residen bentuknya seperti pramuka. Itu untuk menunjukan pusat pemerintahan Malang di situ,” bebernya.
Menurutnya, Malang pada tahun 1914 hingga 1942 dikenal sebagai pusat peradaban yang diperhitungkan oleh Belanda lantaran mampu menghidupi dan menghidupkan perekonomian daerah-daerah sekitarnya.
“Jadi kalo ada sesuatu di Malang, disebarkan ke Pasuruan, Blitar, Kediri, hingga Lumajang. Jadi Malang saat itu memang sebagai pusat peradaban,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti
Foto: Titik Nol Kota Malang yang berada di bawah jembatan penyeberangan Alun alun Kota Malang, Jalan Merdeka, Kota Malang (M Sholeh)
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id