Tugumalang.id – Pendidikan tentunya penting didapatkan oleh semua orang, termasuk mahasiswa penyandang disabilitas atau difabel. Dengan fasilitas dan pendampingan yang mendukung, mahasiswa dengan kebutuhan khusus bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.
Para mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Gerakan Peduli Inklusi dan Disabilitas Universitas Negeri Malang (UKM Gempita UM) sedia membantu serta mendampingi mahasiswa disabilitas dan berkebutuhan khusus di UM tanpa pungutan biaya.
UKM Gempita UM didirikan pada 22 Februari 2018 dengan nama Study Center and Service of Disabilities (SCSD). Atas dasar kemanusiaan dan kepedulian, mereka menyediakan jasa berupa bantuan bagi teman-temannya yang kesulitan mengakses fasilitas kampus dan kesulitan dalam mengikuti proses perkuliahan layaknya mahasiswa reguler.
Saat ini, UKM Gempita UM memiliki 40 pengurus dan 113 volunteer. Volunteer adalah anggota-anggota yang membantu mahasiswa difabel dalam proses perkuliahannya di kelas. UKM ini juga melayani konsultasi untuk difabel dan volunteer yang ingin mencurahkan isi hatinya mengenai kesulitan yang dihadapi selama proses pendampingan berlangsung.
Ketua Umum UKM Gempita UM 2022, M Azhar Nabil H menjelaskan bahwa volunteer Gempita tidak hanya mendampingi di dalam ruang kelas, mereka juga dapat mendampingi mahasiswa disabilitas di luar perkuliahan bila diperlukan.
“Ada pendampingan reguler yang dilakukan dalam proses perkuliahan, ada pendampingan luar kampus untuk kegiatan-kegiatan yang urgent dan memang membutuhkan pendampingan. Pendampingan reguler ini ada pendampingan kelas dan tugas akhir,” terangnya, pada Sabtu (16/07/2022).
Untuk mengetahui jumlah dan siapa saja mahasiswa disabilitas yang ada di UM, UKM ini memiliki dua cara untuk mendapatkan data itu.
Pertama, pengurus meminta data itu secara langsung ke bidang kemahasiswaan UM. Yang kedua, para anggota akan melakukan penjaringan sendiri. Mereka menggunakan Instagram dan sumber dari beberapa SLB yang ada di Malang untuk kemudian didata. Untuk saat ini, tercatat 24 orang mahasiswa difabel yang berkuliah di UM.
Mahasiswa disabilitas dan berkebutuhan khusus yang memerlukan bantuan akan dimasukkan ke dalam dua grup. Grup pertama adalah grup besar di mana terdapat pengurus dan mahasiswa difabel, sedangkan grup kedua adalah grup yang berisi mahasiswa disabilitas dan volunteer yang mendampingi.
Volunteer yang bertugas telah dibuatkan jadwal sebelumnya, jadi bisa bergantian dalam menjalankan tugasnya. Sehari sebelum pendampingan, para volunteer ini akan menghubungi mahasiswa yang didampingi dan mahasiswa difabel terkadang menghubungi volunteer mereka terlebih dahulu apabila mereka membutuhkan bantuan. Satu mahasiswa bisa didampingi oleh 4-6 volunteer secara bergantian per minggu.
Kendati begitu, Azhar lanjut menjelaskan bahwa volunteer hanya membantu proses perkuliahan. Dengan begitu, mahasiswa yang didampingi tetap mandiri terhadap tugas dan ujian yang merupakan tanggung jawab dari mereka sendiri.
“Tugas kita hanya membantu dalam hal operasional seperti menuliskan, membacakan, mengetik, atau menerangkan kembali. Jadi mahasiswa difabel yang didampingi kami latih untuk mandiri terhadap tugas dan tanggung jawab mereka,” pungkasnya.
Reporter: Shinta Alifia
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id