Malang – Kasus Covid-19 di Kota Malang mulai melandai hingga memasuk dalam kategori zona kuning. Namun Universitas Brawijaya (UB) Malang memilih tetap menjalankan kegiatan pembelajaran perkuliahan di kampus secara virtual atau dalam jaringan (daring).
Rektor UB, Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani Ar., MS., menjelaskan bahwa pengambilan keputusan untuk kebijakan perkuliahan tatap muka harus melalui kajian yang matang. Hal itu lantaran menyangkut kepentingan keselamatan dan kesehatan mahasiswa maupun tenaga pendidik di kampus.
Sementara perkembangan kasus Covid-19 di Kota Malang tidak bisa ditebak. Untuk itu, pihaknya memilih menunggu kondisi kasus Covid-19 di Kota Malang benar benar lebih stabil dan aman.
“Untuk kuliah sementara ini daring. Kami masih menunggu stabil, kalau tidak stabil nanti bahaya. Pelan pelan lah kita, kalau langsung nanti bahaya,” tuturnya, Minggu (19/9/2021).
Berkaca pada lonjakan kasus Covid-19 pada pertengahan tahun 2021, pihaknya tak mau tergesa gesa memutuskan untuk menerbitkan kebijakan perkuliahan tatap muka.
“Rencannanya memang nunggu stabil. Dulu kami sudah siap, tapi kemudian ada lonjakan kasus pada Juli itu. Makanya kami menunggu stabil, baru tatap muka,” jelasnya.
Namun disebutkan, untuk kegiatan perkuliahan di UB yang tidak memungkinkan dilakukan secara daring telah dilangsungkan secara tatap muka.
“Kalau untuk praktikum praktikum, koas, magang, ujian dan lainnya kami sudah mulai (tatap muka),” ucapnya.
Menurutnya, mahasiswa UB yang berdomisili di Malang Raya sudah hampir keseluruhan telah menerima vaksin Covid-19. Pihaknya juga telah melakukan pendataan mahasiswa UB yang berdomisili di luar Malang Raya.
“Kami mendata mahasiswa UB luar Malang yang sudah vaksin berapa, sehingga kalau nanti ada perubahan kebijakan kita sudah siap. Jadi kita sudah mendata mahasiswa luar Malang,” paparnya.
“Dari data yang ada, sudah lebih dari 70 persen mahasiswa UB sudah vaksin. Mahasiswa UB ada sekitar 68 ribu mahasiswa. Kalau dosen 100 persen sudah vaksin,” imbuhnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Soejatmiko