Tugumalang.id – Riuh rendah kontestasi politik Pemilihan Wali Kota (Pilwali) 2025 Kota Malang, Jawa Timur sudah mulai terasa, terlebih di media sosial.
Dari dinamika yang ada, Dosen pengamat politik di Universitas Brawijaya menuturkan jika ada perubahan besar pada karakter pemilih di Pilwali 2024 nanti.
Sebenarnya, tren perubahan ini sudah terbaca pada Pilpres 2024 lalu. Ini tak lepas dari perkembangan teknologi informasi di era digital. Di mana strategi kampanye para politisi juga banyak menggunakan media digital.
Perubahan karakter pemilih di era digital ini dikupas habis dalam kegiatan Bonsai (Bincang dan Obrolan Santai) bertajuk ‘Karakter Pemilih pada Pilkada Kota Malang” pada Kamis (12/9/2024) di Kedai Kopi Griya Gayatri, UB.
Baca Juga: Bulan Pilkada, Ini Kriteria Pemimpin Ideal Menurut Rasulullah
Menurut Ketua Tim Peneliti Perilaku Pemilih di Era Digital, Andhyka Muttaqin, tujuan penelitian dibuat agar masyarakat dapat menggunakan hak suaranya dengan baik demi keberlanjutan kotanya sendiri yang lebih baik.
Di Kota Malang, sejauh ini sudah ada tiga pasangan calon yang akan berlaga, antara lain Moch Anton-Dimyati Ayatullah, Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin, dan Heri Cahyono-Ganis Rumpoko.
Pasca penetapan pada 22 September 2024 nanti, tim sukses masing-masing pasangan calon tentu akan mengeluarkan berbagai jurus dan strategi untuk meningkatkan elektabilitas mereka. Baik lewat kampanye di media sosial maupun di lapangan.
”Sebab itu, lewat diskusi ini, kami ingin masyarakat Kota Malang dapat memilih pemimpin yang dapat mengayomi semua pihak untuk kebaikan kota itu sendiri. Jadi jangan tertipu dengan gimmick atau politik uang misalnya,” jelasnya.
Baca Juga: Detik Akhir, PDI Perjuangan Usung Sam HC dan Ganis Rumpoko di Pilkada Kota Malang
Meski begitu, hingga saat ini dari ketiga paslon menurutnya belum ada yang dominan karena sama-sama memiliki peluang untuk menang. Meski dalam hal ini ada sosok mantan Wali Kota dan mantan Pj Wali Kota Malang.
”Tapi dalam pandangan saya, hingga saat ini belum ada calon pemimpin yang dominan. Berbeda situasi jika mantan Wali Kota Sutiaji ikut berkontestasi, tapi ternyata beliau tidak nyalon,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, peluang lebih besar justru terdapat pada sosok Moch. Anton. Hanya saja, embel-embel sebagai mantan terpidana kasus korupsi masih akan melekat yang tentu akan berpengaruh pada elektabilitasnya.
“Abah Anton potensial, tetapi dia punya keterkaitan dengan isu hukum. Tahapan pemilu kali ini juga tidak bisa dipisahkan dari dinamika hukum yang ada di Indonesia,” tambahnya.
Sebab itu, Pilwali 2024 Kota Malang akan menjadi pintu gerbang bersama mengarahkan Kota Malang ke arah yang baik atau buruk. Pilihan itu akan ditentukan masyarakat sendiri.
”Pemilu yang demokratis dan bersih menghasilkan pemimpin yang baik. Sebaliknya, jika kontestasi demokrasi diwarnai dengan kecurangan, maka juga akan menghasilkan pemimpin yang tidak baik, yang berdampak pada pengelolaan daerah,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Kerjasama BP2M FISIP UB, Novy Setia Yunas SIP MIP menambahkan jika pasangan calon musti siap dengan perubahan karakter pemilih ini. Artinya, media digital harus menjadi metode kampanye utama mereka.
Ini, kata dia sudah terbukti pada Pilpres 2024 lalu dimana paslon pemenang berhasil membangun kampanye yang kreatif, inovatif, menarik dan serba digital.
”Sudah beda di tahun sebelumnya yang preferensi pilihan dari sosok tokoh berkharisma menjadi sosok yang punya pengaruh di dunia sosial media. Tentu, Pilwali 2024 nanti akan menjadi fenomena yang menarik,” ujarnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A