TuguMalang.id – Pascatemuan hepatitis akut di Indonesia, lembaga pendidikan mulai kembali was-was. Dari yang semula sudah digelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen, kini kembali dibatasi. Seperti dilakukan Pemkot Batu yang menerapkan PTM terbatas per 17 Mei 2022 kemarin.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu, Eny Rachyuningsih, surat edaran terkait PTM terbatas sudah diedarkan ke sekolah-sekolah. Ini kata dia menyesuaikan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2022 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 3, Level2, dan Level 1 Corona Virus Disease 2019 di Wilayah Jawa dan Bali.
Dalam hal ini, penerapan PTM di Kota Batu ada yang dibagi 75 persen, juga ada yang 100 persen. Untuk pembatasan 75 persen misalnya, berlaku di jenjang PAUD, jenjang SD untuk kelas 1-5 dan dan jenjang SMP kelas 7 dan 8.
”Untuk kelas akhir seperti kelas 6 dan 9 masih bisa 100 persen. Dengan catatan, seluruh anak didik dan pendidik sudah memenuhi kriteria tervaksinasi lengkap, dosis satu dan dua,” jelas Eny, Rabu (18/5/2022).
Meski begitu, lanjut Eny, kesiapan prokes di sekolah-sekolah masih akan diperketat. Selain itu,surveilans aktif di sekolah tetap akan dilaksanakan secara sampling oleh Tim Puskesmas dari Dinas Kesehatan Kota Batu.
Diharapkan prokes ketat di masing-masing satuan pendidikan masih harus diterapkan. Mulai mengatur jadwal pembelajaran, memperhitungkan kapasitas ruang dan jumlah siswa, sterilisasi semua ruangan termasuk sarpras pendukung pembelajaran yang diperlukan.
Di lain sisi, wabah penyakit hepatitis akut sendiri di Kota Batu sejauh ini belum ditemukan. Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batu, dr Susana Indahwati membenarkan kondisi ini. Meski begitu, pihaknya tetap mengajak masyarakat waspada dan aktif membuka diri untuk melapor.
Menurut dia, kewaspadaan masyarakat dirasa penting dalam pencegahan karena meminimalisir persebaran virus. ”Sudah kami survei, belum ada kasus hepatitis akut di Batu. Tapi kami minta warga Batu tetap waspada,” terang Susan dihubungi, Rabu (18/5/2022).
Penyakit hepatitis akut sendiri lebih populer di mata masyarakat dengan nama penyakit kuning. Penyakit ini hanya menyerang manusia pada usia 1 bulan hingga 16 tahun dan terlapor sudah ada 15 kasus dilaporkan.
Gejala penyakit ini bisa dilihat secara kasat mata dari bagian kulit dan mata penderita yang berubah jadi kekuningan. Selain itu, paparan pertama kali virus ini punya gejala penurunan kesadaran, perubahan warna urine menjadi lebih gelap, feses berwarna pucat, nyeri sendi atau pegal, kelelahan, lesu, hilang nafsu makan.
Selain itu gejala awal yang sering nampak yakni adalah diare, mual, muntah, sakit perut dan dapat disertai demam ringan. ”Maka dari itu, jika ada yang menjumpai gejala ini harap segera melapor agar kami bisa segera melakukan tracing agar kasus ini tidak sampai meluas,” tegasnya.
Sebagai langkah pencegahan, masyarakat harus menerapkan pola hidup sehat dan menjaga daya tahan tubuh. Pihaknya sendiri telah melakukan sosialisasi dan promosi kesehatan secara masif. Seperti tetap memakai masker, menjaga kebersihan tangan dan juga menjaga jarak.
”Kalau untuk COVID-19 sendiri sudah terjadi tren penurunan,” tandasnya.
Sementara di lapangan, penerapan sekolah tatap muka yang mulanya dilakukan 100 persen kembali harus tergopoh-gopoh menyesuaikan diri. Banyak dari pihak sekolah kebingungan. Apalagi, menjelang ujian sekolah yang akan digelar dalam waktu dekat.
Seperti terjadi di SMP Negeri 3 Batu yang mau tidak mau murid hanya akan menerima pelajaran secara total hanya berkisar 3-4 kali. Sementara mereka sudah harus bersiap diri menghadapi ujian sekolah.
”Pelajar kelas 9 kan sudah libur, sekarang praktis yang sekolah hanya kelas 7 dan 8. Kalau ikut aturan baru, maka kelas 9 hanya akan dapat pelajaran 3-5 kali pertemuan saja,” ungkap Kepala Sekolah SMP N 3 Batu, Budi Prasetyo.
Di sisi lain, tenaga pendidik dalam hal ini juga akan tergopoh-gopoh menyiapkan skema pembelajaran campuran (online dan offline) kembali. ”Saya kira ini nanti akan menyusahkan guru,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SDN 1 Ngaglik, Ninit Catur Meindyawati mengaku tidak bisa menyiapkan skema PTM 75 persen. Kata dia, jarak waktunya dengan persiapan ujian sekolah sangat mepet.
Nantinya, pihaknya akan memasukkan siswa kelas 1-5 per 24 Mei nani dengan skema PTM 100 persen. Menurut dia, waktu yang tersisa untuk tenaga pengajar disana untuk melakukan evaluasi dan pemantapan materi hanya tersisa 9 hari.
”Dari kami belum siap menyiapkan skema PTM 75 persen karena ini sudah masuk detik-detik penilaian akhir pada 6-11 Mei nanti. Sepertinya kami masih akan tetap menyelenggarakan PTM 100 persen,” jelasnya.
Reporter: Ulul Azmy
editor: Jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id