MALANG – Aremania kembali melakukan aksi menuntut keadilan atas meninggalnya 135 korban. Aksi tanpa pengamanan aparat kepolisian itu berlangsung lancar. Bahkan tak ada kerusuhan sama sekali seperti di Tragedi Kanjuruhan yang dikawal ribuan aparat kala itu.
Aksi Aremania itu terpusat di Alun-alun Tugu Kota Malang pada Kamis (27/10/2022) siang. Mereka membentangkan spanduk dan poster tuntutan. Selain itu, mereka juga membawa keranda dan boneka pocong sebagai simbol meninggalnya 135 Aremania dalam Tragedi Kanjuruhan.
Tak tampak sama sekali aparat kepolisian berseragam yang mengawal di sudut-sudut aksi itu. Hanya tampak sejumlah petugas Satpol PP Kota Malang mengawal dari balik gerbang Balai Kota Malang. Aksi tanpa pengawal kepolisian ini juga terjadi di aksi sebelumnya pada Kamis (20/10/2022) lalu.
Meski sejumlah tuntutan disuarakan orator dengan menggebu gebu, tidak satupun memicu kerusuhan. Para peserta aksi tampak tenang dan satu komando. Bahkan mereka juga melakukan aksi diam beberapa menit saat menanti kedatangan Wali Kota Malang, Sutiaji, yang diminta menemui massa aksi.
Wali Kota Malang, Sutiaji, yang menemui para Aremania itu juga mengapresiasi setinggi-tingginya atas aksi tanpa kerusuhan itu. Dia mengaku kecewa atas dampak Tragedi Kanjuruhan yang memunculkan stigma Malang tidak kondusif itu.
“Saya mengapresiasi Aremania yang tak membuat kisruh bahkan kekacauan. Hampir 40 hari saudara saudara kita telah meninggal dunia dan banyak yang luka. Tapi respon dari Aremania tidak pernah membuat onar atau kekacauan sama sekali,” kata Sutiaji.
Dia mengatakan, beberapa aksi yang dilangsungkan Aremania tanpa kerusuhan menunjukan bahwa Aremania menjunjung tinggi kondusifitas.
“Inilah Malang yang benar-benar cinta damai. Tunjukkan pada dunia bahwa Malang kondusif. Terimakasih Aremania, aksi hari ini tertib dan damai. Yakinlah kejahatan akan hancur oleh kekuasaan Tuhan,” tuturnya.
“Siapapun yang berbuat kejahatan di Bumi Arema pasti akan dihancurkan Tuhan. 135 nyawa tentu juga menuntut keadilan. Maka kami akan meneruskan tuntutan aksi ini ke pihak-pihak terkait di Pusat,” tegasnya.
Dalam aksi itu, Aremania membawakan sejumlah tuntutan keadilan untuk 135 korban Tragedi Kanjuruhan. Mulai menuntut aparat penegak hukum untuk memproses 6 tersangka Tragedi Kanjuruhan seadil-adilnya.
“Kemudian menuntut pertanggungjawaban moral seluruh pengurus PSSI untuk mundur dari jabatan. PSSI harus merevisi regulasi keamanan dan keselamatan penyelenggaraan liga di Indonesia sesuai statuta FIFA dan merevolusi sepakbola nasional,” papar orator aksi itu.
Selain itu, Aremania juga menuntut transparasi aparat kepolisian terkait pengusutan Tragedi Kanjuruhan. Mereka juga menuntut adanya rekonstruksi ulang Tragedi Kanjuruhan sesuai fakta. Hingga menuntut Badan Intelijen Negara (BIN) merilis kandungan zat gas air mata expired yang digunakan dalam Tragedi Kanjuruhan.
“Aremania akan terus melakukan aksi jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi,” tandas orator aksi.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A