Pemilu masih tahun 2024. tapi kasak-kusuknya sudah dimulai. tahun lalu sudah ramai. calonnya siapa saja. yang penting nampang dulu. di baliho. sudahkah pada kampanye?
Tahun ini nampaknya bukan lagi kasak-kusuk. agak nyata. belakangan saya ketemu orang-orang Jakarta. yang punya jabatan. pernah jadi tim sukses pilpres. katanya sudah mulai untuk pilpres.
Ya memang kelihatan. citraan di sudah sesak di medsos. para gubernur cukup dominan. kalau dibayangkan, seolah mereka bilang. akan memimpin bangsa, ke arah persatuan dan kemajuan. ya begitulah politisi.
Seperti kata WS Rendra. saya kira politisi juga perlu baca puisinya. judulnya Politisi Itu Adalah. yang masih relevan menurut saya, dengan pertunjukan di masa kini.
Di muka kamera televisi
Mereka mengatakan
Bahwa pada umumnya keadaan baik.
Kecuali adanya unsur-unsur gelap
Yang direkayasa oleh lawan mereka.
Unsur gelap, rekayasa, seolah jadi kambing hitam. saat keadaan sedang tidak baik. dan sebaliknya. pemimpinlah yang patut diberi penghargaan. jika keadaan dibuat baik.
Begitu juga di Kota Malang. pilkada sudah terasa. calon-calonnya memperlihatkan diri. yang paling tampak ya walikota Sutiaji. namanya petahana, sudah punya modal suara. minimal suara tahun 2018 lalu.
Selain Sutiaji, wakil walikota Sofyan Edi. dua ini baru dari eksekutif saja. dari legislatif? banyak nama yang muncul. misalnya PDIP yang partai pemenang itu. ada sejumlah nama.
Ada Wanedi yang sebelumnya pernah maju. Amithya Ratnanggani, Ketua DPRD Made Rian. ini dari fraksi DPRD saja. belum lagi nama di DPP, ada Sri Rahayu. dari DPD ada Sri Untari. ini internal saja. belum jika ada nama tokoh yang bisa digandeng PDIP.
PKB punya Latifah Shohib. yang kemarin berkontestasi di kabupaten. kalau tidak, ya putranya. Gus Farih. nama Gus Farih sudah lama saya dengar. mungkin disiapkan untuk pilkada nanti.
Nama-nama ini saya ulang saja. saya baca dari media. yang sudah mulai beritakan politik. semua nama memungkinkan untuk maju.
Selain politisi, ada juga pengusaha. ada juga perorangan, seperti Widayati. istri Sutiaji. menambah daftar barisan perempuan. calon maju di pilkada nanti.
Saya kira, Widayati bukan pelengkap. bisa jadi nama ini yang jadi sorotan. tentu karena suaminya walikota saat ini. sebagai tokoh publik, tindak-tanduknya dilihat masyarakat. saat ini sangat aktif di PKK. setelah pensuin dini dari dinas, januari kemarin.
Meski Widayati sendiri belum buka omongan. akan maju pilkada. tapi beberapa rekannya berdatangan. seolah mendukung dia maju pilkada. dan soal finansial, saya kira tak kurang-kurang.
Sudah banyak contohnya, habis suami terbitlah istri. ada Azwar Anas yang digantikan Ipuk. pergantian Anas ke Ipuk bisa dibilang sukses. kampanyenya berhasil.
Di masa kampanye dulu, saya pernah ke Banyuwangi. kebetulan kolega di Glenmore, masih famili Anas. dia bercerita banyak. termasuk jalan agak terjal Anas di pilkada. sejak jadi politikus PKB, lalu masuk PDIP. dan mengantarkan Ipuk nyalon bupati.
Saya dengarkan, menata Banyuwangi tidak bisa saya seorang diri. butuh waktu minimal 30 tahun. Artinya butuh waktu 6 periode. Anas 2 periode. Ipuk 2 periode. dan selanjutnya 2 periode. agak mengada-ngada menurut saya. tapi Anas sukses antar Ipuk jadi bupati.
Apa rahasianya bisa begitu? tentu banyak ya. tapi yang saya garis bawahi. Anas bisa 3 bahasa lokal. Osing, Jawa, Madura. di Banyuwangi masyarakatnya berbahasa itu. kekuatan komunikasi jadi salah satu yang penting. selain Anas punya kekuatan barisan pesantren. karena Anas itu gus. atau lora. dan jaringan kekuatan partai tentunya.
di Kota Malang, penduduknya heterogen. yang mungkin dominan Jawa dan Madura. selain Malang ini juga sering dicap kota yang toleran.
Tapi bisa ada nama lain nanti yang jadi kejutan. (*)
Fajrus Sidiq
GM Tugumalang.id