Sujatmiko*
KAMIS MALAM (14/01/2021) lalu, saya berniat pergi tidur sekitar pukul 23.30. Namun, saat hendak mematikan laptop, handphone saya berdering. Ternyata, muncul nama seorang teman lama di layar handphone, Aqua Dwipayana.
‘’Assalamualaikum, ya mas jadi mampir ke rumah, nich,’’ kata saya. Lalu Aqua langsung menyahut. ‘’Lho rumah sampeyan sebelah mana. Saya sudah masuk di daerah rumah sampeyan ini,’’ sahutnya dari seberang sana.
Lalu saya bergegas ke luar rumah, dan menengok jalan masuk ke kampung tempat saya tinggal. Dari jauh terlihat sorot lampu mobil. Lalu saya melambai lambaikan tangan. Mobil itupun perlahan menuju ke tempat saya.
Sebenarnya siangnya, kami memang sudah janjian bertemu. Karena Aqua Dwipayana, sedang silaturahmi ke Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Suharyanto di Surabaya. Lalu sekalian mampir ke rumah saya di Mojokerto. ‘’Sekalian ke Madiun, Solo, dan Wonosobo, saya tak mampir dan silaturahmi ke Mas Jatmiko,’’ begitu yang disampaikan tadi siang. Kemudian saya share lokasi rumah lewat WhatsApp.
Pertemuan itu bukan karena tanpa sengaja. Dua minggu sebelumnya saya sempat menulis WA ke Aqua Dwipayana, intinya kapan bisa ngobrol-ngobrol. Karena memang tidak pernah ngobrol lama. Kalau bertemu selalu ramai-ramai dengan para alumni Jawa Pos (CowasJP) lainnya.
Kenapa kok tiba-tiba saya ingin bertemu Aqua Dwipayana. Saya sendiri sulit menjawabnya. Mungkin karena seringnya melihat sepak terjangnya membangun silaturahmi pada semua lapisan masyarakat tanpa pandang bulu.
Atau memang saya sedang ingin bertemu, karena hampir setiap hari saya menerima postingan langsung lewat WhatsApp dari Aqua Dwipayana. Mana yang benar, saya sendiri juga tidak tahu. Makanya, saya sempat minta bertemu bila di Surabaya. Ada banyak yang pingin saya obrolkan. Mungkin lebih ke curhat komunikasi. Karena saya tahu Aqua Dwipayana adalah Doktor Komunikasi.
‘’Kalau usia semakin bertambah itu, harus semakin banyak silaturahmi. Bahkan di masa pandemi, silaturahmi tetap dijaga, dan konsisten mematuhi protokol kesehatan,’’ katanya membuka pembicaraan, setelah duduk lesehan di ruang tengah.
Tetap harus jaga silaturahmi meski pandemi, begitu sekali lagi Aqua menegaskan. ‘’Justru karena pandemi ini banyak peran seorang motivator dibutuhkan. Karena efek pandemi ini banyak terjadi perubahan perilaku di masyarakat. Nah, peran motivator sangat penting,’’ kata Aqua.
Aqua juga mengakui, justru saat pandemi ini kesibukannya makin bertambah. Undangan untuk memberikan motivasi tidak surut bahkan meningkat drastis. ‘’Tapi karena saya lakukan dengan ikhlas dan sebagai bagian dari silaturahmi, maka acara demi acara bisa berjalan dengan baik,’’ katanya.
Lho, Kok Masih di Zona Nyaman
Saya mengenal Aqua Dwipayana sekitar tahun 2004. Saat itu saya bertugas di Korlip Jawa Pos untuk Surabaya. Teman-teman senior di Jawa Pos sudah mengenalnya lebih dulu. Oleh karena Aqua pernah di Jawa Pos perwakilan Malang, sekitar tahun 1990. Sedangkan saya baru masuk sebagai wartawan Jawa Pos, akhir 1990.
Awal saya bertemu, kalau tidak salah Aqua Dwipayana membawa buku karyanya yang terkait dengan bisnis dan komunikasi. Saya lupa judulnya. Tapi isinya bagaimana membuka usaha franchaise kuliner. Hanya itu yang saya ingat.
Kemudian lama tidak pernah bertemu. Namun saya mengikuti sepak terjangnya sebagai motivator dan konsultan komunikasi tingkat nasional, melalui internet. Saya baru bertemu lagi ketika sudah pensiun dari Jawa Pos (saya pensiun tahun 2013).
Kalau tidak salah bertemu lagi pada tahun 2015. Saat itu saya sedang membantu onlinenya koran Radar Malang, radarmalang.co.id.
Ketika bertemu saya juga tidak banyak ngobrol. Hanya saja, yang masih saya ingat, Aqua mengatakan. ‘’Lho, kok masih berada di zona nyaman,’’ katanya singkat.
Saya tahu maksudnya. Karena saya masih bekerja di lingkungan kerja Jawa Pos. Atau masih ikut orang. Lalu saya jawab singkat. ‘’Lha belum ada peluang lain mas,’’ sahut saya pendek, Aqua hanya membalasnya dengan senyuman.
Hanya itu percakapan saya dengan Aqua Dwipayana. Saya tidak bisa ngobrol banyak, karena saat berada di Malang, setahu saya Aqua Dwipayana juga menghadiri beberapa undangan sebagai pembicara di Kota Malang. Jadi kebetulan silaturahmi ke koran Radar Malang di Jalan Kawi 11-B, bertemu Direktur Radar Malang, Kurniawan Muhammad.
Baru tahun 2018, saya bertemu kembali. Itupun tidak sempat ngobrol banyak. Karena pertemuan itu merupakan reuni akbar Cowas JP (Konco Lawas Jawa Pos, beranggotakan pensiunan, atau alumni Jawa Pos dan anak perusahaannya) di Sleman, DIY. Pesertanya sekitar 150 orang.
Aqua Dwipayana mendanai reuni akbar tersebut. Mulai dari menginap semalam di desa wisata Pentingsari di Sleman. Hingga akomodasi makan siang di Jejamuran Resto. Termasuk dua hadiah umroh buat peserta yang beruntung melalui doorprize.
Sebelumnya sempat touring ke Museum Mbah Marijan, di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Acaranya dikemas dalam Lava Tour. Akomodasinya juga dari Aqua Dwipayana. Saya hanya sempat menyapa terima kasih atas semua akomodasinya selama reuni akbar ini.
Pada akhirnya, dua minggu lalu, saya sempatkan menyapa Aqua melalui WhatsApp. ‘’Mas Aqua kapan saya bisa ngobrol ya. Kalau ada waktu di Surabaya, atau bertemu CowasJP, saya ingin ngobrol lama,’’ kata saya lewat WA.
Sehari hingga tiga hari tidak dijawab WA saya. Hanya dibaca. Saya berpikiran positif saja. Mungkin Aqua sedang sibuk. Karena seperti yang saya lihat japri ke WA saya, terlihat postingan Aqua sedang menjadi pembicara atau motivator di Korem 073/Makutarama Salatiga, Jateng. Lalu esoknya sebagai pembicara di Kodim-Kodim.
Tiba-tiba pada Selasa, 5 Januari 2021 ada telepon dari Aqua Dwipayana. ‘’Hallo Mas Jatmiko. Saya rencana akan silaturahmi ke Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Suharyanto, di Surabaya. Ayo kita ketemuan nanti,’’ katanya dari seberang. Sayapun hanya menjawab, ‘’Siap, Mas.’’
Bangun Silaturahmi dengan Tulus dan Ikhlas
Tunggu punya tunggu, ternyata baru Kamis (14/01/2021) siang, Aqua mengabarkan sedang di Surabaya. Setelah bertemu Pangdam Brawijaya, baru mampir ke rumah di kawasan Puri, Mojokerto. Saya hanya bilang rumah saya terbuka 24 jam. Artinya jam berapapun silahkan mampir.
Akhirnya begitulah, antara perasaan kaget, ndak nyangka, kok masih sempatnya sosok Aqua Dwipayana, yang Doktor Ilmu komunikasi, Motivator nasional, banyak ketemu para jenderal, juga beri pencerahan bos besar perusahaan ternama, mau bertemu saya malam-malam jauh di pedesaan.
Apalagi kalau dibilang, saya bukan siapa-siapa buat sosok Aqua Dwipayana, dan tidak pernah memberikan kontribusi apapun pada pakar Komunikasi itu. Ini luar biasa. Ini Silaturahmi tingkat Super.
‘’Mas Jatmiko, silaturahmi itu jangan melihat siapa yang didatangi. Membangun silaturahmi itu harus dengan niat tulus dan ikhlas. Jangan beranggapan yang bukan-bukan. Datangi saja. Jangan kemudian beranggapan kalau datang silaturahmi, kita berharap sesuatu. Atau nanti kalau datang ke tempat orang itu, kita dinilai yang bukan-bukan. Tidak seperti itu, hanya Allah yang menilai hati kita. Abaikan saja orang lain menilai yang bukan-bukan,’’ katanya, seolah sebagai nasihat buat saya.
Lalu Aqua Dwipayana, yang juga Staf Ahli Ketua Umum KONI Pusat itu juga mengatakan, Silaturahim tidak harus ke saudara atau teman yang rumahnya jauh. Tapi juga bisa ke tetangga yang tidak membutuhkan biaya untuk melakukannya. Selain itu jaga komunikasi tetap baik. Jangan menyinggung perasaan orang yang kita ajak komunikasi, tetap santun.
‘’Terpenting dijaga terus secara konsisten adalah niat melakukan silaturami sepenuh ibadah, karena Tuhan. Bukan karena motif dan motivasi yang lain,’’ ujarnya.
Lalu kami terlibat obrolan masa silam di Jawa Pos. Bagaimana Aqua Dwipayana mengundurkan dari Jawa Pos per 1 Januari 1991. Untuk undur diri itu Aqua langsung menghadap ke Dahlan Iskan di Karah Agung Surabaya (kantor jawa Pos lama sebelum di Graha Pena).
Bahkan ketika selesai menghadap Dahlan Iskan, salah seorang redaktur ada yang mengatakan. ‘’Kamu kok berani menghadap Pak Dahlan dan mengajukan pengunduran diri, gimana nanti kamu mencari uang,’’ katanya. Aquapun hanya mengatakan singkat pada redaktur tersebut, rejeki itu dari Tuhan.
Obrolan dengan Aqua Dwipayana memang singkat. Kurang lebih 1 jam. Tapi banyak hal yang saya ambil dari tokoh Silaturahmi tingkat nasional sekelas Aqua Dwipayana.
Khususnya terkait pentingnya silaturahmi, pasca pensiun atau pada usia senja. Namun, Aqua Dwipayana juga menggarisnawahi, dalam silaturahmi, tidak pandang bulu. Apakah pejabat atau bukan pejabat. Silaturahmi tetap dijaga.
‘’Jangan pilih-pilih kalau silaturahmi. Miskin atau kaya, pejabat atau bukan, tetap jaga silaturahmi dan hubungan,’’ katanya.

Belakang saya baru tahu, sebelum mampir ke rumah, ternyata Aqua Dwipayana, Kamis malam itu sempat mampir ke rumah Zed Abidin, mantan Wartawan Tempo Surabaya. Kebetulan rumahnya memang satu jalur dengan rumah saya. Zed Abidin di jalan raya Mojokerto-Mojosari, sedangkan saya ke arah Pacet, Mojokerto.
‘’Saya sempat liputan bareng dengan Mas Zed Abidin, waktu pembentukan ICMI di Malang pada Desember 1990,’’ kata Aqua Dwipayana, yang beberapa hari sebelumnya sempat meminta kontak Zed Abidin ke saya.
Sebelum meninggalkan rumah, Aqua sempat memberi empat buah buku ke saya. “Produktif Sampai Mati; The Power of Silaturahmi; Humanisme Silaturahim Menembus Batas; serta Berkarya & Peduli Sosial Gaya Generasi Milenial”.
Karena tidak bisa komentar, atau karena masih terbawa kaget campur heran, saya hanya bisa bilang ‘’Alhamdulillah’’. Semoga Silaturahmi ini tetap berjalan. Semoga saya juga bisa menduplikasi gaya silaturahmi Super (ini Bahasa saya) ala Aqua Dwipayana.
*Mantan Wartawan Jawa Pos (1990-2013)
Sekarang aktif sebagai penulis lepas di sejumlah media
Content Creator Sosial media,
dan redaktur senior di tugumalang.id