Tugumalang.id – Produksi fashion terus berjalan dengan berbagai brand. Industri kecil maupun besar gila-gilaan memproduksi pakaian termasuk kaus. Namun mereka jarang yang memperhatikan limbah dari produksi mereka. Padahal itu bisa merusak lingkungan.
Itulah kekhawatiran Naning Suharti, pelaku UMKM kaus berbahan organik asli Malang, saat melihat perkembangan fashion di Indonesia saat ini. Dia kemudian melakukan terobosan, meskipun belum populer, dengan memproduksi kaus berbahan bambu. Kreasi ini menjadi satu-satunya di Malang Raya.
“Saya memang suka yang sustainable. Karena di fashion itu brand terus berganti. Tapi limbahnya tidak terkontrol, tak ada yang memikirkan itu. Siapa yang bertanggung jawab,” kata Naning saat ditemui di lantai 3 Malang Creative Center (MCC) dalam sebuah bazar pada Minggu (9/4/2023).
Baca Juga: Gandeng Influencer, DekatKita Mudahkan UMKM Kuliner Hidden Gem Malang Dikenal
Menurut perempuan yang juga Alumni STIE Malangkucecwara itu, dia menekuni pakaian berbahan organik tersebut sejak setahun terakhir. Sebelum itu, perempuan asli Wagir Kabupaten Malang itu banyak berkiprah di berbagai industri. Saya sendiri mengenalnya sudah lama, dulu pernah bekerja bersama di salah satu penerbitan buku di Kota Malang.
Saya secara pribadi terkesan dengan apa yang dilakukan Naning ini. Karena diakui atau tidak, persoalan lingkungan saat ini menjadi perhatian semua pihak. Tidak hanya pemerintah Indonesia, bahkan perhatian global. Karena itu, pakaian berbahan organik ini menjadi satu terobosan yang penting untuk berkontribusi setidaknya mengurangi kerusakan lingkungan.
Saya lalu mencoba menggali tentang kaus organik milik Naning yang diberi brand Imlicht (bahasa Jerman, berarti cahaya). Menurut dia, kaus tersebut terbuat dari bahan bambu dan kapas, dengan komposisi 70 persen bambu dan 30 persen kapas.
Baca Juga: Dorong UMKM Melek Digital, Pemuda Turen Kembangkan Aplikasi Talok Go
“Yang organik bukan hanya bahannya, tetapi tinta sablonnya juga organik dari bahan akar mangrove dan daun indigo,” katanya sambil menunjukkan kaus karyanya yang terasa lembut di tangan.
Apa kelebihan kaus berbahan organik bambu ini? Kata Naning, yang pasti itu ramah lingkungan. Limbahnya tidak seperti kaus pada umumnya kalau dibakar masih bersisa semacam plastik, kaus organik miliknya kalau dibakar seperti membakar kertas semuanya jadi arang. Artinya, kaus organik itu ketika sudah jadi limbah mudah terurai.
“Selain itu ada anti bakterialnya. Kalau keringatan tidak mudah bau, menyerap sinar UV lebih baik dan teksturnya lebih lembut,” kata dia.
Namun demikian untuk produksinya masih terbatas, yaitu sekitar 50 pcs dalam sebulan. Keterbatasan ini karena dia harus mengontrol sendiri kualitas kaus tersebut mulai dari jahit hingga penyablonannya.
“Kalau sablonnya saya sendiri yang mengerjakan. Karena tintanya kan organik, tidak semua orang bisa mencampurnya dan itu tidak bisa dipakai di sablon printing,” kata dia.
Walaupun produksi Naning masih terbatas pada kaus saja saat ini, tetapi peminatnya sudah mulai ada terutama dari mereka yang sadar akan kelestarian lingkungan. Anak-anak muda baik laki-laki atau perempuan sudah ada yang merasa nyaman dengan produk organik itu.
“Kalau bahan organik kayak gini perlu edukasi ke masyarakat. Karena tidak semua mereka mengerti arti pentingnya. Mereka inginnya pakaian yang penting murah,” kata dia.
Spesialnya lagi, produksi kaus berbahan organik ini merupakan satu-satu di Malang Raya. Bahkan di Indonesia masih belum banyak. “Di Indonesia paling adanya di Bali dan Jakarta saja. Surabaya belum ada. Tapi di Malang sudah ada,” timpalnya senyum.
Adapun harga kaus organik Naning dibanderol antara Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu bergantung pada seberapa banyak penggunaan tinta sablon dan variasi warnanya. “Karena ini kan tintanya organik tentu kalau semakin banyak akan mempengaruhi harga juga,” kata dia.
Harga segitu, menurut saya, untuk suatu produk organik yang dikerjakan secara teliti terbilang terjangkau. Saya melihat langsung produknya memang terasa sangat lembut di tangan dan tampak elegan.
Kemudian desain samblonnya juga simpel dengan tulisan Imlicht di bagian depan dan tulisan-tulisan pendek yang menggugah kesadaran akan kelestarian lingkungan. Ini sangat cocok untuk anak-anak muda atau siapapun yang peduli dengan fashion.
Silaturahmi yang sangat mengesankan dengan sosok perempuan yang peduli akan kreasi, entrepreneur, dan lingkungan itu teras sangat gayeng, namun waktu harus membatasi perbincangan itu.
Reporter: Herlianto. A
Editor: Herlianto. A