Oleh : M Rizal Pratama*
Tugumalang.id –Saya akan memulai dari kutipan Albert Einsterin, “setiap anak adalah jenius, tapi jika Anda menilai dari kemampuannya memanjat pohon, maka seumur hidup ia akan menganggap dirinya bodoh.” Kutipan ini bukti bahwa setiap orang ingin menjadi istimewa, dibanggakan, dipuji, dan disanjung.
Tetapi sebenarnya, kita semua adalah orang yang spesial dan istimewa. Hanya saja banyak dari kita yang kurang percaya diri dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang lebih dari kita.
Menilai diri melalui membandingkan dengan orang lain terkadang diperlukan. Tetapi, jika berlebihan malah dapat mengakibatkan berkurangnya rasa percaya diri. Berlebihan yang dimaksud adalah membandingkan diri dengan orang lain hingga ke detil terkecil, alhasil diri merasa semakin minder.
Dalam menunjukkan kemampuan dan keistimewaan diri, kita jangan membiarkan rasa gagal dan was -was menguasai diri, agar tidak menutupi potensi yang sudah tertanam di dalam diri. Jangan pula terjebak dan menganggap bahwa segala sesuatu harus dilakukan secara sempurna tanpa kesalahan. Hal tersebut bisa menghalangi kita untuk mencoba sesuatu yang baru.
Mari kita refleksikan, ketika akan mengawali dunia ini kita sangat luar biasa, bukan? Dari miliaran sel sperma yang ingin membuahi sel telur, kitalah pemenangnya. Kita telah melewati masa tersulit ketika berada di awal kehidupan.
Lalu apa yang membuat kita berkecil hati sehingga ketika ditimpa masalah dan kesulitan langsung down dan hilang percaya diri? Bukankah dulu ketika lahir sampai sekarang kita selalu dihadapkan pada masalah dan pilihan yang sulit?
Kita sering berkata negatif ketika menghadapi masalah, “aduh mana bisa ya aku melewati ini”, “Kok rasanya aku bakalan gagal deh,” dst. Ungkapan ini hanya membuat kita patah semangat.
Lalu apa yang harus kita lakukan ketika dihadapkan dengan masalah? Cobalah berbicara dengan diri sendiri. Refleksikan peristiwa yang berlalu, datangkan pikiran yang membuat kita bersemangat. Misalnya, mengingat kembali tujuan hidup kita, pandangi masa kecil, dan tanyakan dalam diri sebenarnya apa yang membuat potensi diri ini tidak tampak?
Saya punya tips yang pernah saya lakukan, yaitu bergabung dalam kegiatan sosial sebagai volunter. Ikut komunitas yang positif dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan kesehatan mental secara menyeluruh.
Pasalnya, peran yang kita berikan dalam komunitas tersebut dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap diri sendiri. Kita bisa membangun pandangan yang positif terhadap diri, juga dapat melihat diri sebagai orang yang baik dan berkemampuan untuk melakukan hal yang baik.
Memang tidak mudah membangun self confidence. Kita semua sepakat membangun kepercayaan diri tidak bisa instan, diperlukan proses yang konsisten dan terus berkembang. Yang terpenting pahami bahwa kita perlu menghargai setiap proses atau perubahan kecil yang berhasil diraih dan dilakukan.
Jangan berkecil hati jika keadaan tidak membaik secepat yang dibayangkan. Mungkin saat ini kita masih merasa kurang percaya diri, tapi langkah atau perubahan kecil yang dilakukan sekarang pada akhirnya akan tumbuh menjadi perubahan besar dan membuat kita terus maju dan berkembang.
Melihat persaingan dunia semakin keras dan ketat. Kita mesti tampil prima, maksimal dalam bekerja. Salah sedikit saja bisa membuat diri terdepak atau tersingkir dari posisi kita. Tuntutan seperti inilah yang membuat kita kurang optimal dalam mengembangkan kemampuan yang kita miliki.
Kita tentu boleh mematok standar dan memasang target tinggi, tapi jangan sampai semua itu membuat kita menjadi serakah. Berikanlah ruang dan waktu untuk diri beristirahat sejenak, memoles kembali emas yang ada agar tampak lebih kemilau.
Dan, yang terpenting kita mesti menyadari bahwa potensi diri tidak selalu tentang bidang akademis, bisa juga potensi itu adalah karakter kita sendiri.
Selain itu, kita mesti terbuka dengan berbagai mode-mode pengembangan diri. Potensi tidak terpaku pada hal-hal yang sudah umum dilakukan dalam masyarakat. Kita juga bisa menemukan potensi kita yang mungkin tidak dimiliki orang banyak.
Kita sering mendengar kalau potensi terkini adalah untuk berbisnis, di bidang musik dan olahraga. Tapi kecenderungan lain seperti pandai memimpin atau kemampuan untuk mendengarkan dan berempati kepada orang lain juga sebuah potensi yang patut digali dan diasah.
Intinya, setiap orang adalah hebat dan terampil. Namun, kita perlu mengetahui kelebihan dan kelemahan diri agar bisa mengoptimalkan potensi yang kita punya. Mari kita berjuang menata diri dan berlayar di luasnya samudera kehidupan.
*Penulis adalah member Pondok Inspirasi
Editor: Herlianto. A