Tugumalang.id – Peringatan HUT RI ke-78 sudah di depan mata. Selain sibuk menghias kampung dan menggelar berbagai lomba agustusan, para warga juga bersiap membuat tumpeng di acara tasyakuran.
Nah, saat tasyakuran ini, tidak lengkap rasanya jika tidak dilengkapi dengan makanan yang selalu menjadi pusat perhatian. Makanan itu biasanya memiliki ukuran besar. Ya, itu adalah tumpeng.
Pemotongan tumpeng biasanya menjadi tanda dimulainya acara yang sedang dilakukan, tapi bisa juga untuk merayakan ulang tahun. Lumrahnya, bila ada perayaan sering kali ada tumpeng yang disajikan.
Baca Juga: 12 Objek di Kota Batu Ditetapkan Jadi Cagar Budaya
Namun bagaimana sih tradisi tumpeng ini bisa sangat melekat di setiap perayaan dan bagaimana pula cara untuk membuat tumpeng yang sedap ? Tanpa berlama-lama mari kita bahas satu persatu.
Sejarah Tumpeng
Melansir dari Sindonews, tumpeng sudah ada dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Bentuk tumpeng terinspirasi dari faktor geografis di Jawa yang memiliki banyak gunung.
Selain itu, faktor agama juga memengaruhi bagaimana tumpeng ditafsirkan. Saat Hindu menjadi agama mayoritas di Pulau Jawa, bentuk tumpeng diibaratkan sebagai gunung Mahameru yang suci.
Namun ketika Islam yang menjadi agama mayoritas di Pulau Jawa, maka penafsiran gunungan di tumpeng berubah menjadi simbol yang menunjukkan permohonan kepada sang pencipta.
Baca Juga: Uri-uri Budaya Ratusan Tahun, Warga Desa Srigonco Gelar Larung Sesaji
Masyarakat Jawa senang memberi nama sesuatu yang bisa langsung memiliki arti. Hal ini juga terjadi pada pemilihan nama tumpeng, orang Jawa memiliki pengertian bahwa tumpeng dapat diartikan yen metu seng mempeng, yang memiliki arti kalau keluar harus dengan sungguh-sungguh.
Selain identik dengan bentuk kerucut, tumpeng juga selalu diiringi oleh beberapa lauk yang mengelilinginya. Memang tidak ada ketentuan yang baku ketika memilih apa saja yang hendak disajikan sebagai lauk pendamping di tumpeng, namun pada zaman dahulu jumlah yang dipilih adalah tujuh.
Pemilihan ini juga memiliki arti bagi orang Jawa. Pitu yang berarti tujuh dalam bahasa Jawa diartikan sebagai pitulungan atau pertolongan. Hal ini menjadi selaras dengan pengertian dari bentuk tumpeng yakni permohonan kepada tuhan dan juga tujuh lauk yang memiliki arti meminta pertolongan.
Resep Nasi Kuning Tumpeng
Yuk kita lanjutkan ke bagaimana resep yang enak membuat tumpeng. Tumpeng biasanya identik dengan nasi berwarna kuning. Berikut resepnya:
Bahan:
800 gr beras putih
200 gr beras ketan
1200 ml santan
Kunyit bubuk
3 buah daun salam
2 batang serai
1 batang daun pandan
2 sdm garam
2 sdm jeruk nipis
Cara:
- Masukkan beras dan ketan yang sudah dicuci ke dalam satu wadah
- Berikan air yang sudah diberi kunyit dan perasan jeruk nipis selama beberapa waktu, hingga beras menjadi kuning
- Setelah berwarna kuning, kukus beras hingga setengah matang
- Masak santan dan seluruh daun-daunan hingga mendidih
- Setelah mendidih, campurkan beras dan ketan yang sudah dikukus ke dalam santan dan masak hingga santan masuk ke dalam beras
- Pindahkan beras yang sudah terasuki santan ke kukusan dan masak hingga menjadi nasi yang matang
- Untuk pemilihan lauk sesuaikan dengan selera masing-masing. Selamat mencoba.
Penulis: Baharudin Yusuf Achmada (Magang)
Editor: Herlianto. A