Tugumalang.id – Sepuluh tahun yang lalu, sekitar 2010an, tak ada yang menyangka bahwa Universitas Islam Malang (Unisma) akan berkembang sebesar hari ini. Waktu itu Unisma boleh dibilang sebagai kampus swasta kelas menengah ke bawah. Tetapi hari ini Kampus NU tersebut telah menapaki sebagai salah satu universitas elit di Kota Malang, bahkan Nasional.
Semua perubahan besar itu, tidak terlepas dari sosok Prof Dr H Maskuri MSi, sebagai pemimpin alias rektor Unisma selama satu dekade ini. Dia berhasil melakukan banyak perubahan mulai dari sektor infrastruktur, kualitas pendidikan, hingga jaringan internasional kampus tersebut. Wajar bila hari ini Unisma bertekat menjadi world class university.
Baca Juga: Unisma Siapkan Lulusan Bersertifikasi Profesi
Dan perlu diketahui, semua itu tidak dilakukan dengan mudah. Ada pengorbanan yang Prof Maskuri berikan sebagai pemimpin untuk menggerakkan timnya membesarkan kampus yang sekaligus menjadi tempatnya belajar dulu itu. Pengorbanan itu, baik materi, waktu, pikiran hingga apapun diberikan.

Rektor Unisma Pertama dari Alumni
Tepatnya pada tahun 2014 lalu, alumnus Pesantren Langitan Tuban itu terpilih sebagai rektor Unisma untuk periode pertamanya. Pada masa ini wajah Unisma berubah 180 derajat, yang awalnya hanya terdiri dari gedung-gedung kecil dan tua disulap menjadi kampus yang memiliki gedung-gedung megah dengan fasilitas memadai di dalamnya.
“Saya adalah rektor pertama yang dilahirkan langsung oleh kampus ini (Alumni) maka suatu kebanggaan luar biasa bagi saya untuk bisa memajukan kampus Unisma,” kata Prof Maskuri saat ditemui di ruang kerjanya pada Selasa, 28 November 2023.
Baca Juga: FEB UNISMA Gandeng UTHM Gelar Pengabdian Masyarakat Internasional di Malaysia
“Bagi saya mengembangkan Unisma ini tidak hanya orientasi kerja saja, melainkan adalah sebuah keharusan yang sangat saya tanamkan dalam kehidupan saya. Selain saya sebagai alumni, juga merupakan sebuah kebanggan besar dalam membangun dan mengembangkan kampus ini,” katanya lagi.

Menurut pengakuannya, dia selalu menanamkan pada diri sendiri dan juga pada seluruh civitas akademika yang ada dilingkungan Unisma untuk selalu berkomitmen menjaga mutu baik personal maupun kelompok.
“Saya selalu percaya jika diniatkan untuk ibadah dan mengabdi pasti akan selalu ada jalan walau sangatlah kecil peluang kita miliki,” lanjut guru besar kelahiran Tuban, 10 September 1967 itu, dengan nada memotivasi.
Selain menjamin mutu, dia selalu mendorong seluruh elemen yang ada di lingkungan kampus ini untuk selalu menciptakan perubahan yang berkemajuan dalam setiap harinya. Tak heran bila Unisma mampu berakselerasi dengan kurun waktu yang cukup singkat.
Insting yang Kuat
Prof Maskuri masih ingat pada tahun 2018, waktu itu dia berkeinginan untuk mendatangkan presiden Joko Widodo ke kampus Unisma. Hampir semua elemen termasuk para wakil rektor mendebat keinginan itu karena hal tersebut dirasa tidak mungkin terlaksana.
Namun, kata dia, tuhan sangat berpihak pada pihaknya, dengan upaya yang sangat keras dan panjang serta insting yang kuat ternyata Presiden Jokowi hadir ke Unisma yang kemudian menjadi sejarah untuk pertama kalinya.
Padahal sebenarnya, saat itu tidak ada kegiatan kenegaraan Presiden yang ada di Malang atau di sekitar Malang. Tapi, Jokowi berkenan untuk hadir ke Unisma dan meresmikan gedung Al-Asy’ari.

Bekerja Tanpa Kenal Waktu
Menurut Prof Makuri, dalam membangun dan mengembangkan Unisma waktu 24 jam itu sangat kurang. Hal ini karena terlalu besar harapannya untuk menjadikan kampus tempatnya belajar dan mengabdi itu untuk menjadi kampus yang hebat dan kuat.
Jika normalnya orang bekerja dari jam 7 hingga jam 5 sore, tidak untuk seorang rektor satu ini, dia sering pulang terlambat dan terkadang juga masih mengerjakan pengembangan kampus di kediamannya.
Alumnus Fakultas Tarbiyah Unisma itu tidak mengenal kata lelah jika menyangkut Unisma. Itu dibuktikan saat dia pulang dari dinasnya di luar kota atau luar provinsi, dia tidak langsung pulang tetapi selalu mampir dulu ke Unisma untuk mengecek apakah ada hal-hal yang perlu diselesaikan.
Sangat Teliti dan Gak Pakai Lama
Pertanyaannya, apa resep Prof Maskuri hingga mampu melakukan akselerasi pembangunan Unisma? Kata dia, untuk maju itu tidak hanya harus punya insting saja, melainkan harus memiliki ketelitian yang detail dan kecepatan dalam mengejar target.
“Saya seringkali mengajak para wakil rektor dan dekan-dekan itu berlari sambil melompat-lompat (ungkapan untuk menggambarkan kecepatannya) agar kita bisa menyalip dan memastikan kita tidak tersalib kembali,” katanya.
Ibarat seorang sopir, Prof Maskuri sedang mengendarai mobil dijalan tol yang sama sekali tanpa hambatan namun, tetap harus teliti karena kesalahan sekecil apa pun akan berakibat fatal.
“Orang-orang banyak mengatakan daya ingat saya sangat kuat, padahal sebenarnya ya sama saja dengan orang pada umumnya. Namun, saya memiliki cara agar ingatan saya itu bisa diupgrade ke level yang lebih tinggi yakni dengan mencatat segala hal yang saya hadapi terkhusus tentang Unisma,” ungkap prof Maskuri dengan senyuman tipisnya.
5 Cara Prof Maskuri Membangun Unisma
Ada beberapa cara yang biasa dia lakukan untuk membesarkan Unisma. Cara ini bisa saja kita terapkan berbagai macam usaha dan cita-cita yang sedang kita bangun. Pertama, jaga daya ingat.
“Saya selalu mencatat hal-hal penting baik di HP maupun di kertas. Nanti kalau sudah rileks saya baca-baca lagi. Itu lah caranya menjaga daya ingat,” kata suami ibu Hj. Rausana M. Pd itu memberi tips.
Kedua, menjaga semangat. Kerja itu adalah ibadah, harus didasari dengan hati yang ikhlas, jujur dan jangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Ketika itu dilaksanakan maka semangatmu akan tetap terjaga karena fokus pada track sendiri tanpa dibebani masalah atau konflik dengan orang lain.
Keempat, jaga wibawa. Wibawa bukanlah menjadi pemimpin elitis tetapi memberi teladan. ”saya tidak memiliki konsep khusus dalam menjaga wibawa dan harga diri. Bagi saya semua itu mengalir dan terus berbuat baik, benar dan memberi contoh saja. Saya tidak ingin menjadi pemimpin elitis, tapi populis,” katanya.
Kelima, jaga kekompakan tim. Satu orang saja tidak akan mampu mengerjakan semua pekerjaan untuk membangun unisma. Karena itu butuh kebersamaan dan kekompakan. “Kalau masing-masing sudah menyadari kondisinya, baru diberikan support untuk melangkah bersama menuju target capaian yang sama pula,” pungkasnya.
Penulis: Jakfar Shodiq (Magang)
Editor: Herlianto. A