MALANG, Tugumalang.id – Produksi apel di Kabupaten Malang terus menurun dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang, kemerosotan produksi apel terjadi pada tahun 2022 dan 2023.
Pada tahun 2021, total produksi apel di Kabupaten Malang mencapai 2.242.774 kuintal. Di tahun 2022, produksi menurun menjadi 1.989.943 kuintal.
Kemudian di tahun 2023 terjadi kemerosotan tajam. Produksi apel di seluruh wilayah Kabupaten Malang hanya 953.569 kuintal.
Kecamatan yang banyak memproduksi apel di Kabupaten Malang adalah Pujon dan Poncokusumo. Di dua kecamatan tersebut, produksi mengalami kemerosotan.
Baca Juga: Cara Kades Suhermawan Jaga Apel Tetap Jadi Ikon Kota Batu
Di Poncokusumo, produksi apel di tahun 2022 masih 677.871 kuintal. Namun di tahun 2023, produksi apel hanya mencapai setengahnya, yakni 363.784 kuintal. Sementara di Pujon, yang awalnya bisa memproduksi 1.221.000 kuintal di tahun 2022, kini hanya memproduksi 552.000 kuintal.
Hal yang sama juga terjadi di kecamatan lain yang memproduksi apel, seperti Tumpang, Jabung, dan Karangploso. Bahkan di tahun 2023, Kecamatan Karangploso tak memiliki produksi apel sama sekali. Padahal di tahun 2022 mereka masih memproduksi 28.772 kuintal apel.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang, Avicenna Medisica Sani Putera mengatakan salah satu penyebab menurunnya produksi apel adalah bisnis yang tak lagi menarik. Mulai dari budidaya, harga, hingga tak ada program yang mendukung.
Baca Juga: Balada Apel Kota Batu di Film ‘Serdadu Apel Emas’ Besutan Sineas Malang Raya
“Apel (di Kabupaten Malang) itu pohonnya sudah tua-tua sehingga harus ada replanting (penanaman ulang),” ujar Avicenna saat dihubungi Tugu Malang ID.
Melakukan replanting bukanlah hal mudah dan petani harus mengeluarkan biaya. Replating bisa dilakukan dengan stek. Namun apabila ingin hasil yang bagus, petani harus mengimpor benih.
Selain itu, faktor harga apel di pasaran juga mempengaruhi produksi apel di Kabupaten Malang. Harga apel malang yang murah membuat semangat para petani kerap surut. Avi juga menyinggung persaingan antara apel malang dengan apel impor yang cukup ketat di pasaran.
“Memang secara visual, apel impor itu bagus-bagus ya. Kualitasnya juga bagus dengan harga yang kompetitif, bahkan bisa dikatakan murah. Memang persaingannya berat,” kata Avi.
Menurut Avi, apel produksi Kabupaten Malang yang dijual di pasar dibanderol dengan harga Rp14-15 ribu per kilogram.
Namun, harga yang dipatok oleh petani hanya Rp7-8 ribu per kilogram. Padahal harga pokok penjualan (HPP) atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi satu kilogram apel bisa mencapai Rp11-12 ribu.
Pemerintah Pusat pun tak memiliki program khusus untuk petani apel karena apel bukan komoditas unggulan nasional.
Akibatnya petani apel kurang mendapatkan perhatian. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang sendiri tak memiliki program khusus karena keetrbatasan anggaran.
“Upaya kami sifatnya pembianaan saja. Kami motivasi agar mereka mau menanam lagi. Kami mengoptimalkan fungsi penyuluhan supaya penyuluh-penyuluh ini rajin berkunjung dan mengajak petani untuk mengembangkan apel,” pungkas Avi.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A