Tugumalang.id – Dikenal sebagai Kota Apel, ternyata produktivitas buahnya di Kota Batu terus merosot dari tahun ke tahun. Tercatat, luasan lahan apel pada 2015 yang semula terdapat 1.768 hektare, pada 2020 hanya tersisa 1.200 hektare.
Fakta itu ternyata membuat seorang kepala desa di Desa Bulukerto, Suhermawan, merasa miris. Penyusutan lahan apel terbanyak berada di Kecamatan Bumiaji, termasuk Desa Bulukerto. Padahal dulunya, Bumiaji menjadi wilayah dengan produksi apel terbanyak.
Menurut pria yang akrab disapa Mawan itu, sisa lahan apel di desanya hanya tersisa 30-40 persen. Rata-rata, petani apel di desanya bermigrasi besar-besaran menanam jeruk yang lebih menjanjikan.
Baca Juga: Lantik 54 Kades, Bupati Malang Minta Potensi Desa Dimaksimalkan Melalui Inovasi
”Situasinya (produksi apel) memang dilematis. Saya saja sudah sembilan musim terakhir gak panen. Gak panen ini maksudnya tetap panen, tapi hasilnya gak bisa buat nutup biaya operasional, yang ada justru minus,” ungkap Mawan pada tugumalang.id, Senin (17/7/2023).
Namun, situasi dilematis itu tak membuat Mawan kecil hati. Selama ini, meski dihadapkan kerugian, ia bersama petani yang memilki komitmen serupa lebih memilih menanam komoditas pertanian lain dengan sistem tumpang sari.
“Ada yang diselingi menanam kopi dan sayur mayur lain. Kalau di kebun apelku kuselingi tanam brokoli,” ujar alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Tak hanya itu, dirinya bersama petani lain telah melakukan penelitian membuat pupuk cair yang bersifat booster dan starter alami yang aman untuk tanah.
Baca Juga: Wabup Malang Beri Apresiasi Kades Sumberdem yang Juarai Paralegal Justice Awards 2023
Pasalnya, banyak petani apel hari ini bergantung pada pupuk kimia sehingga kualitas lahannya terus memburuk. Pada akhirnya berpengaruh pada hasil panen apel di tahun-tahun berikutnya.
Paradigma ketergantungan pada pupuk kimia itulah yang sedang menjadi perhatiannya. Nantinya, pupuk booster dan starter alami itu akan diujicobakan di 2 demplot yang sedang dirintisnya bersama warga lain. Jika berhasil, petani lain bisa menggunakannya.
“Paling tidak, pertama yang harus diubah itu ya soal pandangan petani apel terhadap pupuk kimia,” kata bapak dua anak ini.
Di sisi lain, Mawan juga berusaha memperkuat dari sisi ekonomi petani yang selama ini kesulitan mengakses modal di bank dengan membangun Koperasi UMKM. Rata-rata, selama ini warga tidak bisa mengakses modal itu lantaran tidak punya agunan.
“Dari koperasi ini mereka nanti bisa mengakses modal hanya dengan modal badan usaha. Badan usaha ini yang nanti dijadikan agunan. Misal dia gak punya rumah atau sepeda masih kredit, itu kan fak bisa jadi agunan. Tapi di koperasi ini nanti mereka tetap bisa pinjam modal dengan agunan badan usaha itu tadi,” paparnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A