MALANG, Tugumalang.id – Sejumlah petani gen Z (generasi Z) yang masih berusia di bawah 28 tahun mengembangkan kebun melon dengan sistem hidroponik dan greenhouse di Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
Mereka juga menggunakan media sosial untuk mempromosikan kebun melon ini sehingga bisa menjadi tujuan wisata.
Ini adalah cara-cara petani gen Z untuk mengembangkan pertanian yang berbeda dengan cara-cara petani konvensional. Mereka mencari ide yang unik agar kebun mereka bisa menguntungkan dengan cara yang efektif dan efisien.
Baca Juga: Jeruk Keprok 55, Buah Ikonik Baru Kota Batu Selain Apel
Lahan kebun melon bernama Puspa Agraria ini dimiliki oleh Pemerintah Desa Bedali, Kecamatan Lawang. Namun pengelolaannya dilakukan oleh anak-anak muda setempat yang tergabung dalam kelompok masyarakat (pokmas) Puspa Agraria.
Sekretaris Pokmas Puspa Agraria, Muhammad Aziz mengatakan bahwa kebun melon ini dikembangkan dalam greenhouse dengan menggunakan polybag. Mereka juga menggunakan sistem hidroponik dengan media cocopat alih-alih menanam di tanah seperti pertani konvensional.
“Kalau standar operasional produksi, kami sama dengan konvensional. Ada persiapan media, pindah tanam, pelanjaran, polinasi, dan sebagainya. Yang membedakan (dengan konvensional) adalah konsep hidroponik dengan greenhouse tadi,” jelas Aziz saat ditemui Tugu Malang ID, belum lama ini.
Baca Juga: Wali Kota Batu Resmikan Mal Bunga Sidomulyo Pertama di Indonesia
Dengan menggunakan greenhouse, kebun melon bisa terhindar dari hujan sehingga hasil panen bisa lebih maksimal. Dengan terhindar dari hujan, risiko tanaman terkena penyakit jamur pun bisa lebih rendah. Di samping itu, tanaman juga bisa terhindar dari hama.
“Tapi itu hanya pencegahan. Tetap tidak menutup kemungkinan terkena jamur dan insek,” kata Aziz.
Keuntungan lain dari greenhouse adalah mereka bisa menanam melon sepanjang tahun. Berbeda dengan petani konvensional yang hanya menanam melon di musim panas.
“Dengan greenhouse, kami bisa menanam sepanjang musim. Cuma saat menanam di musim hujan, umurnya agak panjang karena cahayanya tidak merata seperti di musim panas,” ujar lulusan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang ini.
Para petani gen Z di Puspa Agraria ini juga menerapkan sistem hidroponik yang bisa menghemat air. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sistem drip dengan penjadwalan.
Selain memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan hasil produksi, mereka juga memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan kebun mereka. Puspa Agraria dipromosikan sebagai agrowisata yang pengunjungnya bisa memetik melon sendiri.
Melalui konsep promosi ini, Puspa Agraria berhasil menjual semua hasil panen hanya dalam waktu dua hari tanpa perlu memasok ke tengkulak.
Untuk mempromosikan Puspa Agraria sebagai agrowisata, mereka juga menggandeng influencer. Salah satunya adalah Fara Dhilah Rasyiqah yang membuat konten memetik melon bersama putrinya. Video milik Farah ini berhasil ditonton lebih dari 240 ribu kali.
Baca Juga Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A