Tugumalang.id – Produksi telur ayam menurun saat bulan Ramadan, padahal permintaan dari masyarakat tengah naik. Hal ini disebabkan banyak ayam yang sakit sehingga tidak memproduksi telur.
Seorang peternak ayam di Desa Ampeldento, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Nadia (47) mengatakan, bahwa ayam miliknya banyak yang terserang penyakit karena cuaca yang tidak menentu. Penyakit yang diderita ayamnya ini bisa bermacam-macam.
“Di antaranya terinfeksi coryza, ada yang cacingan, terkena flu atau ngorok,” ujar Nadia saat ditemui belum lama ini.
Dari 3.840 ekor ayam yang ia miliki, sekitar 540 ekor di antaranya tengah sakit dan tidak memproduksi telur. Akibatnya, produksi telur di peternakan Nadia menurun hingga 300 butir per hari. Dalam keadaan normal, ayam-ayam tersebut bisa menghasilkan hingga 3.600 butir telur, kini mereka hanya menghasilnya 3.300 butir telur.
Sementara itu, permintaan telur mengalami kenaikan di bulan Ramadan. Nadia menyebut, pelanggan yang biasanya membeli satu etre (egg tray) telur, bisa memesan hingga tiga etre. Ia juga mendapat permintaan dari orang-orang yang sebelumnya belum pernah membeli telur di peternakannya.
Saat disinggung soal harga, Nadia mengatakan harga telur memang naik di bulan Ramadan. Per kilogram telur dijual dengan harga Rp29 ribu. Harga ini naik Rp2 ribu dari harga sebelumnya, yaitu Rp27 ribu.
Kendati harga dan permintaan telur naik, keuntungan yang didapat Nadia tak seberapa karena harga pakan ayam juga naik dan ia harus membeli obat-obatan untuk menyembuhkan ayamnya yang sakit.
“Karena terpotong biaya pakan, biaya obat-obatan. Jadinya tidak terlalu mendapat untung banyak,” kata Nadia.
Kenaikan harga pakan ayam telah terjadi sejak dua pekan lalu. Jika sebelumnya, harga satu karung pakan ayam seberat 50 kilogram bisa dibeli dengan harga Rp 300 ribu, kini Nadia harus merogoh kocek hingga Rp335 ribu untuk mendapatkan barang yang sama.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Herlianto. A