BATU, Tugumalang – Angka peristiwa bencana di Kota Batu, Jawa Timur pada 2022 mencapai jumlah tertingginya dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Total ada 203 bencana telah terjadi sepanjang 2022. Angka itu menjadi sinyal darurat kebencanaan di kota wisata Batu ini.
Melihat intensitas bencana itu, Pemkot Batu dan DPRD Kota Batu telah menyepakati anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) pada 2023 dinaikkan menjadi Rp 50,3 miliar. Sebelumnya, anggaran BTT mencapai Rp 48 miliar.
Kepala BKAD Kota Batu, M Chori membenarkan bahwa anggaran BTT dinaikkan untuk antisipasi bencana darurat di tahun depan. Sifatnya sebagai kesiapsiagaan.
”Penting untuk disiapkan agar nanti saat kondisi darurat, penanganannya bisa maksimal. Selain itu juga untuk pengembalian kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup,” terang Chori, Rabu (18/1/2023).
Untuk diketahui, anggaran BTT pada 2022 senilai Rp 48 miliar berhasil terserap sebesar Rp 12,6 miliar. Peruntukan dana BTT itu untuk penanganan PMK hingga pembangunan infrastuktur publik seperti pembangunan jembatan hingga plengsengan jalan ambrol di Jurang Susuh.
Selain itu anggaran BTT juga nantinya disiapkan untuk dana cadangan Pilkada serentak 2024. Dalam Pemilu 2024 nanti juga diperlukan dana cadangan. Diperkirakan dana cadangan untuk Pilkada 2024 disiapkan sebesar Rp 25 miliar.
Sementara itu, Kepala BPBD Kota Batu Agung Sedayu nantinya juga telah merekomendasikan berbagai langkah mitigasi pencegahan agar potensi bencana di masa depan bisa diminimalisir.
Mitigasi pencegahan ini perlu mengingat prediksi cuaca ekstrem saat musim penghujan dari tahun ke tahun semakin meningkat. ”Rata-rata kejadian yang terjadi saat intensitas hujan meningkat,” terang Agung.
Rata-rata, kejadian bencana juga terjadi di wilayah Kecamatan Bumiaji. Di Bumiaji sendiri memang menjadi kawasan perbukitan yang tanahnya banyak dimanfaatkan warganya untuk bertani.
Selain itu, juga dipengaruhi faktor topografi kawasan yang didominasi kontur alam lereng dan tebing. Kontur topografi alam dan kerapatan vegetasi di sana membuat bencana tanah longsor rawan terjadi.
Adapun, sejumlah titik rawan longsor ada di 7 titik. Mulai Desa Gunungsari, Sumberbrantas, Giripurno dan Kelurahan Songgokerto di Kecamatan Batu.
Sejauh ini, pihaknya hanya bisa melakukan antisipasi pencegahan timbulnya korban akibat peristiwa bencana alam tanah longsor, tahun ini pihaknya bakal melakukan penambahan dua alat early wearing system (EWS) baru.
“Saat ini Kota Batu sudah punya 10 EWS yang terpasang di titik-titik rawan tanah longsor Kota Batu. Lima EWS terpasang pada tahun 2020 dan lima EWS dipasang tahun 2021. Nanti yang baru akan dipasang di Dusun Claket, Desa Gunungsari dan Desa Sumberejo,” tandasnya.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko