MALANG, Tugumalang.id – Nama Abdul Basit tidak asing lagi di kalangan warga Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Dia terbilang penjual bakso legendaris di kawasan tersebut.
Teh Basit, demikian dia dipanggil, berjualan setiap hari selama hampir 30 tahun. Waktu yang tidak sebentar. Tetapi dia menjalaninya dengan sabar dan penuh suka cita. Menurut pengakuannya, Teh Basit mulai terjun ke kuliner bakso sejak Tahun 1994 silam.
Pria humoris itu memang sudah terkenal dengan cita rasa baksonya yang khas dan cara dia melayani pelanggannya, yaitu humorikal. Sehingga dia dan pelanggan mudah sekali akrab. “Kalau mau bakso gratis, ya harus mau jadi mantuku,” celetuk dia membuat pelanggan putri mesem. Dia memang masih punya anak bungsu yang masih lajang.
Baca Juga: 10 Jajanan Malang, Dari yang Hits hingga Melegenda
Pria yang pernah belajar di Raudlatul Ulum Ganjaran itu memiliki trik dan cara tersendiri dalam mempertahankan kualitas baksonya. Sehingga dia bisa tetap bertahan selama 30 tahun, bahkan mengembangkan bisnisnya hingga memiliki 5 cabang yang tersebar di Desa Ganjaran dan sekitarnya.
Sebelum menekuti bakso, pria kelahiran 1975 ini mengaku sebelumnya pernah bekerja sebagai karyawan di sebuah usaha bakso milik orang lain selama 10 tahun.
Setelah itu, dia mencoba peruntungan sendiri dengan merintis bisnisnya tersebut. Dia sempat bertani di sawah untuk mendapat modal membuka usahanya tersebut.
Baca Juga: 10 Jajanan Malang, Dari yang Hits hingga Melegenda
“Dulu sebelum saya jualan bakso, saya bertani di sawah kemudian ikut orang selama 10 tahun, baru pas ada modal saya jualan sendiri,” kata dia saat diwawancarai pada Minggu, 22 September 2024, di warung miliknya.
Teh Basit terjun ke dalam usaha bakso karena mengaku memiliki kemampuan dalam meracik bumbu bakso yang dilengkapi dengan resep rahasia dan tetap terjaga hingga sekarang. “Alhamdulillah, kalau untuk bumbu tetap sama, ada bumbu rahasia juga yang saya jaga,” kata dia.
Varian bakso dan pelengkap di warung bakso Teh Basit beragam, mulai dari bakso tahu, bakso daging, bakso urat dan juga bakso mercon. Kemudian ada gorengan, siomay, cilok, tahu putih, tahu kuning, mie putih, mie kuning dan sayuran untuk toppingnya.
Harganya juga ramah dikantong, dibandrol mulai dari Rp 1000 untuk setiap topping, dan mulai Rp 5000 untuk perbiji baksonya.
Menurut Teh Basit, selama menjadi penjual bakso di Ganjaran, dia tidak pernah mengalami kegagalan yang spesifik dalam bisnisnya.
Meskipun persaingan sesama penjual semakin banyak, penghasilan usaha bakso yang dia miliki tetap stabil karena terbantu dengan pelanggan yang mayoritas santri di pesantren yang ada di sekitar warung baksonya.
“Kalau persaingan memang banyak, tapi penghasilan saya tetap, tidak ada kekurangan apapun, itu juga karena terbantu sama santri-santri yang ada di sini,” ujarnya.
Penjual Bakso Barokah itu juga mengungkapkan bahwa tantangan bagi penjual bakso itu pasti ada. Mulai dari cita rasa, harga, banyaknya pesaing dan sebagainya. Hal itu biasa terjadi dalam sebuah bisnis atau usaha, ada saatnya usaha tersebut berpenghasilan tinggi begitupula sebaliknya.
“Kalau usaha sepi itu sudah biasa, namanya juga pekerjaan tapi ya harus tetap semangat,” ungkapnya.
Penghasilan yang didapat Teh Basit mulai awal berjualan hingga sekarang hanya dibedakan dengan harga bahan pokok di pasar. Dulu, harga bahan pokok lebih murah, sehingga keuntungan yang didapat olehnya lebih besar.
Kini, bahan pokok harganya mulai naik dan mahal, sehingga modal yang dikeluarkan lebih banyak dengan keuntungan yang tidak lagi seperti dulu. “Dulu itu bahannya murah dan hasilnya banyak, kalau sekarang beda, bahannya mahal hasilnya kurang,” jelasnya.
Di masa mendatang, Teh Basit berharap usaha baksonya semakin sukses dan berkembang. Karena dia memiliki mimpi untuk menunaikan ibadah haji. “Saya ingin usaha saya ini tetap sukses dan bisa naik haji, kan kalau umrah sudah kemarin,” pungkasnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Silvianti (Magang)
Editor: Herlianto. A