MALANG – Dalam konflik perselisihan antara bos dan pegawai di The Nine House Kitchen Alfresco yang viral waktu lalu, mencuat kabar bahwa di kelab resto besar itu menyimpan kisah angker tersendiri bagi karyawannya. Konon terkenal dinamai sebagai Ruang Eksekusi.
Nama ruangan ini mencuat dari pengakuan korban yang dianiaya di ruangan tersebut. Sekian waktu bergulirnya kasus ini, hingga akhirnya membuat publik bertanya-tanya. Seperti apa wajah ruangan itu, seangker itukah?
Menjawab hal itu, pihak manajemen mengajak awak media melihat sendiri ruangan yang dinamai Ruang Eksekusi itu. Namun, ruangan yang ditunjukkan rupanya jauh dari kesan angker seperti namanya.
”Aslinya, ini ruangan manajemen. Bukan ruang eksekusi seperti dikatakan saudari Mia,” tutur Kuasa Hukum The Nine House, Indri Hapsari membuka pintu ruangan ini.
Sebelum memasuki ruangan ini, terlebih dulu harus melewati serangkaian jalan lorong. Hingga kemudian sampai di suatu hall dan di sisi kanan ada jalan lorong lagi sebelum menuju ruangan manajemen ini.
Ruangan ini persisnya terletak di lantai 2 di bagian gedung depan. Sekeliling ruangan pun dikelilingi kaca transparan sehingga orang umum pun bisa melihat apa yang terjadi di dalam ruangan. Hanya ada kursi panjang cukup untuk 10-12 orang.
Seperti dikatakan kuasa hukum korban, Leo A. Permana, dirinya mempersoalkan muasal adanya ruang bernama ‘Ruang Eksekusi’ di kelab besar tersebut. Dari pengakuan korban, ruang itu terkenal angker di kalangan karyawan karena jadi ruang interogasi.
”Di sana menurut korban ruang ini memang terkenal untuk mengeksekusi para karyawan yang jika ada kesalahan disuruh masuk k esana, kemudian ditekan ditanya-tanyai seperti dialami korban ini. Artinya apa dong ruangan itu,” kata dia, belum lama ini.
Namun menurut Indri, itu tidak benar. Ruangan ini lebih banyak difungsikan untuk pertemuan antar internal manajemen. Menurut Indri, di ruangan ini juga bebas keluar masuk tanpa ada pengawalan ketat dari penjaga.
Malam kejadian itu, kisah Indri, ada banyak staf yang berkumpul duduk di sofa ruangan ini dalam rangka proses audit keuangan internal. Mulai dari tim audit, manajer, staf marketing, bagian purchasing dan juga bosnya, Jefrie dan istri hadir duduk di sofa itu.
Saat itu, manajemen mencurigai ada ketidakwajaran dalam notulensi keuangan yang dilaporkan korban, terkait nota invoice yang diduga palsu, dirancang korban sendiri untuk me-mark up harga. Disitu, ponsel korban, kata dia, diminta baik-baik untuk pemeriksaan.
”Jika ada pengeroyokan atau penyekapan, jelas ada banyak saksi yang tahu. Tapi bukti tidak ada, kamera CCTV mati, saksi dari saudari Mia juga tidak begitu kuat soal (pengeroyokan) ini. Jadi tidak mungkin ada penganiayaan. Apa yang berkembang di luaran itu mengada-ngada,” kata Indri.
Di ruangan itu, lanjut Indri, tidak mungkin terjadi pengeroyokan hingga penyekapan karena adalah ruang terbuka. Terlebih, bos The Nine House sendiri masih dalam perawatan pasca operasi punggung. ”Hanya memang saudara MT (petugas sekuriti) yang agak emosi,” tambahnya.
Pada intinya, apa yang disampaikan terlapor selama ini di publik tida, benar. Kata dia, tidak ada saksi yang mengakui secara jelas kebenaran apa yang dikatakan oleh korban. ”Semua fakta kebenarannya nanti akan kami beber di pengadilan,” tegasnya.
Lebih jauh, dirinya juga akan melayangkan surat penangguhan penahanan Jefrie yang kini sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Mapolresta Makota.
”Iya, sedang kita upayakan karena kondisi beliau sedang tidak baik pascaoperasi punggung. Ada riwayat stroke ringan dan juga kolesterol, kita masih nunggu ACC dari polisi,” tambahnya.