MALANG, Tugumalang – SMKN 1 Turen tak henti-hentinya menorehkan prestasi. Usai siswa dan kepala sekolah (KS), kini giliran salah satu gurunya berhasil meraih Juara 3 GTK Creative Camp (GCC) 2022 bidang Daur Ulang.
Ia adalah Sukma Hadi Anugerah, guru mata pelajaran IPAS SMKN 1 Turen dengan ide kreatifnya untuk mendaur ulang ampas kopi menjadi produk gantungan kunci yang diberi judul “Recyclop atau Recycle of Kopi”.
Piagam penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam puncak ajang bergengsi yang diinisiasi oleh Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur, pada Jum’at (18/11/2022).
“Alhamdulillah, mungkin ini yang disebut usaha tidak akan mengkhianati hasil. Proses (membuat) ini cukup panjang,” ujar Sukma Hadi Anugerah.

Menurut Sukma Hadi Anugerah, awal mula ide ini muncul adalah pada saat masa pandemi, dimana ada penerapan kebijakan bekerja dari rumah dan proses belajar mengajar yang berlangsung secara daring.
“Karena ngajar ke sekolah itu jarang, maka saya manfaatkan (waktu) untuk membuat produk ini. Jadi sudah hampir satu tahun berjalan sampai akhirnya mendapat formula yang pas. Sehingga saya tentu senang dengan pencapaian ini,” sambungnya.

Dikatakan, Recyclop sendiri merupakan olahan limbah ampas kopi dicampurkan dengan beberapa bahan kimia seperti gelatin, gliserol dan alginat. Ketiganya lantas diproses menjadi lembaran komposit yang lebih kuat dan disulap menjadi gantungan kunci.
Ampas kopi sendiri, didapatkan dari Bar 41 Tata Boga SMKN 1 Turen sebagai salah satu teaching factory yang berada di sekolah.
“Dari situ sehari paling tidak ada 450 gram ampas kopi. Kalau dijadikan satu bulan kan banyak sekali. Maka saya mencari jurnal penelitian untuk mengolahnya agar lebih bermanfaat seperti gantungan kunci untuk motor dan mobil,” jelasnya.

Keunggulan produk ini, lanjut dia, selain terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh juga mengurangi dampak lingkungan disekitar. “Dari yang saya pelajari, ampas kopi kalau terdegradasi oleh lingkungan akan menghasilkan gas metana yang merupakan penyumbang gas rumah kaca,” imbuhnya.
“Jadi kalau kita lihat dari aspek lingkungan dengan mengolah ampas kopi tersebut, merupakan salah atu kontribusi kita agar ampas kopi tidak berubah menjadi gas metana yang semakin meningkatkan suhu global,” terangnya.
Prosesnya pun terbilang mudah, setelah menjadi lembaran komposit cukup dikeringkan dengan suhu ruang hingga dingin, lalu siap dijahit dan dipergunakan.
Lebih lanjut, guru yang sudah mengajar sejak tahun 2009 ini berharap pencapaiannya dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain, termasuk para siswa. Terlebih, tantangan guru kedepan semakin tidak mudah.

Guru tak hanya dituntut menjadi pengajar, namun juga produktif, menghasilkan berbagai karya dan menjadi contoh bagi anak didiknya.
“Saya mencoba mengatur mindset bagaimana supaya produktif dan memberi contoh bagi siswa. Insya Allah tahun depan ikut lagi dengan inovasi yang lebih baik lagi. Karena dukungan dari lingkungan dan pihak sekolah sangat luar biasa. Saya semakin bersemangat,” tukasnya.
Reporter: Feni Yusnia
editor: jatmiko