Tugumalang.id – Guru besar KITLV/Leiden University, Belanda, Prof Dr Marieke Bloembergen, membedah soal Politik Warisan Budaya Indonesia di Kafe Pustaka, Universitas Negeri Malang (UM), Jumat (18/11/2022).
Menurutnya, warisan budaya Indonesia yang ada di luar negeri terutama Belanda bisa dilakukan repatriasi, yaitu pengembalian benda peninggalan budaya ke Indonesia.
“Salah satu yang menjadi sorotan dalam seminar itu adalah sejarah Candi Borobudur, benda-benda arkeologi Bali, serta benda-benda dari negara lain dan patung yang ada di Belanda (1820) yang sebelumnya diambil oleh kolonial,” kata dia.
Pakar sejarah itu mengatakan bahwa banyak perspektif yang muncul ketika membicarakan repatriasi benda Indonesia yang berada di Belanda. Mereka sangat suport apabila beberapa objek itu untuk dikembalikan dan dibuat komisi.
Perempuan yang akrab disapa Marieke itu mencontohkan benda warisan Indonesia yang ada di Belanda dan penting untuk dipulangkan yaitu The Java Man Elect. Selain itu masih banyak benda-benda lainnya.
Dalam kesempatan yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa dan umum itu, Marieke juga bercerita alasannya mengapa menyukai sejarah terutama sejarah Indonesia.
“Lebih memilih sejarah dari pada matematika karena ingin mengetahui bagaimana orang zaman dahulu berimajinasi,” tuturnya.
Alasan kedua adalah dia terlahir dari keluarga yang punya sedikit sejarah koloni. Kakeknya adalah seorang arkeolog pada 1940. Sang kakek bekerja selama 53 tahun di Indonesia.
Sementara salah satu dosen sejarah Universitas Negeri Malang, Arif, bercerita soal Museum Sangiran yang tidak lagi dibiayai oleh UNESCO.
“Minggu lalu berkunjung ke Museum Sangiran yang berada di desa Krikilan, Sragen bersama 140 mahasiswa dan 4 dosen, ada perbedaan di Museum Sangiran setelah UNESCO memutuskan untuk tidak membiayai museum tersebut,” tutur Arif.
Museum Sangiran, kata dia, mengalami beberapa perubahan mulai dari struktur bangunan yang sudah lama tidak di renovasi. Ini membuat pengunjung turun drastis yang tadinya 2.000 pengunjung sekarang 700 pengunjung saja, itu pun terasa begitu sulit.
Acara ngobrol bareng tersebut ditutup dengan penyampaian projek besar Prof Marieke selanjutnya yaitu risetnya di India.
Penulis: Lely Mufita Nisaul Wahidah dan Dewi Ayu Wijayanti
Editor: Herlianto. A