Tugumalang.id – Monumen lawas alun-alun Tugu Kota Malang dibangun sebagai simbol kemerdekaan pasca prokmalasi kemerdekaan ini. Bangunan tersebut diresmikan langsung presiden Sukarno atau Bung Karno. Tujuannya monumen tersebut sebagai representasi bahwa Indonesia telah merdeka dari jajahan asing.
Pakar sejarah Universitas Negeri Malang (UM), Dr. R. Reza Hudiyanto, menjelaskan dalam kanal YouTube Pemerintah Kota Malang bahwa peletakan batu pertama monumen ini dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur, Doel Arnowo pada 17 Agustus 1946.
Pembangunannya disaksikan langsung oleh Wali Kota Malang saat itu, M. Sardjono dan diresmikan oleh Ir. Soekarno. Kesaksian Sardjono sebagai tanda bahwa Indonesia telah memiliki tanahnya sendiri setelah sekian lama berada di bawah kekuasaan asing.
Pada tahun 1946, kota-kota besar seperti, Jakarta, Surabaya, dan Semarang jatuh ke tangan sekutu dan diikuti oleh Belanda. Penguasaan atas kota-kota besar tersebut berada ditangan Belanda. Hanya ada kota-kota yang berada di pedalaman yang bebas dari kekuasaan seperti Jogja, Kediri, Madiun, Surakarta, dan Malang.
Dari beberapa kota di pedalaman, Malang adalah kota yang paling modern dari aspek infrastruktur dan paling bagus. Faktor politik juga menyertai pembangunan monumen ini.
Dilihat dari segi wilayah, membangun monumen di Yogyakarta sangatlah tidak mungkin. Karena di sana merupakan tanah kerajaan. Begitu pula di Surakarta, tanahnya merupakan wilayah sunan. Setelah ditilik kembali, Malang memang tanah netral yang tidak dikuasai pihak tertentu di mana masyarakat pada masa itu dapat mewujudkan ekspresinya melalui struktur fisik.
Bentuk bangunan ini terdiri dari bambu runcing, relief dengan sisi berbentuk lima yang isinya lima gambar pulau besar, proklamasi, dan di bawahnya (penopang dasar) berupa padma. Sedangkan ciri khas dari patung yang ditemukan di berbagai macam candi adalah padma.
Dengan struktur bentuknya seperti bunga teratai sebagai dasar tugu. Bagian setelahnya, yaitu pancasila dan Indonesia bermakna kesucian karena letaknya tepat di atas padma. Dan, bambu runcing sendiri berarti simbol perlawanan yang menggambarkan keadaan serba kekurangan rakyat Indonesia saat menghadapi lawan.
Penulis : Auliya Rahma Maziidah
Editor : Herlianto. A