MALANG, Tugumalang.id – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI (Mendikbudristek), Nadiem Makarim menyebut teknologi bisa memiliki dampat positif dan negatif sekaligus saat digunakan di bidang pendidikan.
Sisi positifnya, teknologi bisa membantu guru dan siswa untuk mengembangkan potensi-potensi mereka serta untuk memperluas wawasan. Namun di sisi lain, teknologi bisa menjadi salah satu faktor yang berdampak buruk pada kesehatan mental anak-anak muda.
“Menurut saya dampak teknologi dalam sektor pendidikan sangat besar, tapi ada batasnya,” ujar Nadiem di acara NU Tech: Final Day di Hotel Savana, Kota Malang, Senin (19/13/2022).
Acara NU Tehc, merupakan bagian dari perayaan Harlah 1 Abad Nahdatul Ulama (NU) untuk mendorong terwujudnya masyarakat digital dan peningkatan teknologi inovasi bangsa yang tanpa batas, melalui kegiatan pembelajaran, inovasi, dan kompetisi digital.
Turut hadir di acara ini politisi Yenny Wahid, pebisnis dan mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, praktisi teknologi Ainun Najib, dan tokoh-tokoh lainnya.
Terkait dampak teknologi, Nadiem kemudian mencontohkan penggunaannya pada dunia pendidikan. Kepala sekolah bisa lebih efektif dan efisien dalam melaksanakan hal-hal yang bersifat administratif. Misalnya, penggunaan aplikasi diterapkan untuk berbelanja atau pencatatan anggaran.
Kemudian guru-guru bisa menggunakan aplikasi Platform Merdeka Mengajar untuk mengasah skill serta menambah wawasan. Mereka juga bisa membentuk komunitas digital, sehingga bisa terhubung satu sama lain.
Sementara para siswa bisa belajar melalui Google Classroom dan mengasah minat bakat mereka melalui para ahli yang membagikan ilmu mereka YouTube ataupun Instagram.
“Jadi menurut saya dampak positif teknologi di dalam pendidikan itu sangat besar karena membuka kesempatan bagi masing-masing pihak, yaitu guru, kepala sekolah, dan murid untuk belajar di manapun, dari siapapun. Itu esensi dari merdeka belajar,” kata Nadiem.
Meski demikian, dampak negatif dari teknologi di dunia pendidikan tak dapat dipungkiri. Nadiem mengatakan banyak anak muda yang menggunakan teknologi untuk kepo atau bergosip. Mereka juga mempercayai apa yang diunggah di media sosial seakan-akan itu adalah hal yang nyata, padahal apa yang mereka lihat adalah ilusi belaka.
“Banyak sekali anak-anak remaja kita yang depresi dan itu berkorelasi dengan penggunaan media sosial. Banyak orang merasa media sosial itu beneran. Padahal tidak. Itu adalah ilusi. Kita menceritakan versi terbaik kita, terpintar kita, terkaya kita, tercantik dan terganteng kita. Sama sekali nggak ada hubungannya dengan realita,” jelas Nadiem.
“Jadi, teknologi bisa powerful untuk pendidikan, tapi di satu sisi juga bisa men-cancel ranah positif dari pendidikan,” imbuhnya.
Untuk itu, ia meminta guru dan orang tua bisa menjadi penyeimbang sehingga dampak negatif dari teknologi bisa diminimalisir.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko