MALANG, Tugumalang.id – Ada yang unik saat pengunjung berwisata ke Situs Patirtan Ngawonggo. Alih-alih diminta membayar tiket masuk, mereka justru dijamu makanan tradisional secara cuma-cuma.
Menjamu wisatawan bak tamu merupakan prinsip dari pengelola situs yang terletak di Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang ini. Semua wisatawan dibolehkan mengambil makanan yang dimasak oleh pengelola selama persediaan masih ada.
Agar kebagian makanan, wisatawan selalu diminta untuk menghubungi pengelola terlebih dahulu sebelum datang ke sana. Dengan demikian, pengelola bisa menyediakan porsi makanan yang cukup untuk semua tamu.
Baca Juga: Menikmati Kuliner Tradisional Jenang dengan Kemasan Kekinian Ala De Jenangs, Wajib Dicoba!
Wisatawan bisa menghubungi pengelola melalui direct massage (DM) di akun Instagram situspatirtanngawonggo atau melalui Whatsapp di nomor 081249879428. Apabila tidak berkabar ke pengelola, maka pengunjung tersebut harap memaklumi jika tidak dijamu dengan makanan.
“Orang yang ke sini harus berkabar lewat DM Instagram atau Whatsapp karena budaya di desa kami itu memberi kabar dulu. Kalau tidak ada kabar, kami nggak masak,” ujar Pelestari Situs Patirtan Ngawonggo, Rahmad Yasin, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Menelusuri Situs Sekaran, Peninggalan Masa Pra Majapahit yang Konon Diyakini Sebagai Bangunan Suci
Berdasarkan kajian Balai Pelestarian Kebudayaan IX, Situs Patirtan Ngawonggo berasal dari era kerajaan Hindu-Buddha di antara abad 10-13 Masehi atau masa peralihan dari Kerajaan Kediri dan Singosari. Situs ini baru diekskavasi pada tahun 2017 usai viral di media sosial Facebook.
“Sebenarnya warga di sini sudah tahu lama, tapi pemahaman akan sejarah dan cagar budaya itu masih awam,” kata Rahmad.
Di April 2017, warga sekitar mulai iseng-iseng mendatangi situs tersebut. Saat ini, Situs Patirtan Ngawonggo terlihat asri dan terawat, namun dulunya area tersebut dipenuhi dengan semak belukar. Warga sekitar pun memanfaatkan area situs untuk bercocok tanam kendati tahu di sana ada arca peninggalan kerajaan klasik.
“Di situ kan ada relief-relief dan kolam-kolam. Dulu nggak sebersih itu, banyak ditumbuhi semak belukar dan nggak kelihatan (jelas),” tutur Rahmad.
Situs Patirtan Ngawonggo terdiri dari empat struktur utama, yakni Struktur Kolam 1, Struktur Kolam 2, Struktur 3 berupa dinding berelief, dan Struktur Kolam 4. Pada setiap struktur terdapat beberapa relief dan panil/arca yang menggambarkan dewa-dewa.
Pada masa klasik, tempat ini dulunya digunakan sebagai sarana dan prasarana bersuci. Di kawasan tersebut diduga terdapat pemukiman dan tempat beribadah. Namun, tidak diketahui situs tersebut dulunya digunakan oleh warga biasa atau anggota kerajaan.
“Tidak ada sumber yang kuat. Tidak ada tulisan yang tercantum atau memuat terkait (digunakan) warga biasa atau kerajaan,” kata Rahmad.
Situs Patirtan Ngawonggo buka setiap hari kecuali Kamis mulai pukul 09.00 hingga 16.00. Meski tiket masuk gratis, pengelola menyediakan kotak donasi sehingga pengunjung bisa ikut berpartisipasi membantu pengelolaan situs ini.
“Itu lebih ke donasi partisipasi untuk perawatan dan fasilitas serta untuk menjamu tamu selanjutnya,” ujar Rahmad.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A