Oleh : Musthafa Hadji*
Tugumalang.id – Sudah lama sekali kita tidak melihat AC Milan mengikuti kompetisi tertinggi di Benua Biru, yakni UEFA Champions League. Para tifosi maupun penggemar sepakbola di dunia sudah sangat lama menantikan momentum ini.
Bagaimana tidak? AC Milan bersama Juventus dan Inter Milan adalah trio tim terbaik di Italia. Mereka hampir selalu mencicipi panasnya liga Champions. Bahkan, AC Milan telah menjadi penguasa Eropa sebanyak 7 (tujuh) kali. Jumlah itu hanya kalah dari Real Madrid yang berhasil meraih 13 (tiga belas) kali trofi sepanjang sejarah Champions League.
Kejayaan AC Milan di masa lalu terjadi bukan tanpa alasan. Pada saat itu, mereka memiliki kondisi finansial yang kuat, sehingga mampu menyusun tim dengan pemain-pemain hebat dan bermental juara.
Bersama Juventus, Inter Milan, AS Roma, Parma, Lazio, dan Fiorentina, mereka berhasil menjadikan Serie A Italia sebagai liga terbaik di dunia. Namun, setelah skandal Calciopoli dan lemahnya inovasi dari banyak sisi membuat pamor Serie A menjadi tidak semewah dulu.
Turunnya pamor liga Italia tentu berpengaruh besar terhadap performa klub di kompetisi Eropa. Memang, tak lama setelah kasus Calciopoli, duo Milan masih sanggup meraih trofi Liga Champions. Masing-masing berhasil meraih satu trofi.
AC Milan menjadi juara pada 2007, sedangkan Inter Milan meraih treble winner pada 2010. Setelah itu, aroma penurunan performa semakin kuat. Mereka tak pernah lagi menjuarai Champions League.
Dibandingkan dengan Juventus dan Inter Milan, AC Milan menjadi tim yang paling menderita selama sepuluh tahun terakhir. Mereka hanya sekali menjuarai turnamen, yakni Supercoppa Italiana pada tahun 2017 lalu.
Selain itu, Il Rossoneri belum pernah lolos ke kompetisi Champions League sejak terakhir kali merasakannya pada musim 2013/14. Tentu, prestasi buruk itu menjadi pukulan telak bagi manajemen Milan.
Mereka tercatat telah dua kali berganti kepemilikan, yaitu pada 2017 dan 2018. Pada 2017, Silvio Berlusconi menjual saham klub kepada konsorsium Tiongkok. Karena pengelolaan keuangan yang kurang baik, klub hampir mengalami kebangkrutan. Pada 2018, mereka kembali menjual klub kepada pengusaha AS yang hingga kini menjadi pemilik resmi AC Milan.
Di bawah kepemilikan yang baru, AC Milan mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Berbekal kombinasi pemain muda dan berpengalaman, AC Milan berkembang menjadi salah satu tim yang wajib diwaspadai siapapun.
Kebangkitan itu mulai tampak di musim lalu. Secara mengejutkan, mereka mampu finish di posisi dua klasemen Serie A, satu tingkat di bawah rival sekotanya. Posisi kedua merupakan sebuah tanda bahwa Il Rossonerri sudah mulai menunjukkan kualitas sebenarnya.
Berada di posisi dua membuat mereka lolos langsung ke babak fase grup Champions League, kompetisi yang gagal mereka ikuti sejak lama.
Kembalinya Milan ke Liga Champions tidak serta merta dianggap prestasi. Milan tak boleh larut dalam euforia berkepanjangan. Bagaimana tidak? Undian fase grup Champions League menempatkan Milan dalam posisi sulit.
Il Rossonerri tergabung dalam grup neraka yang diisi Liverpool, Atletico Madrid, dan FC Porto. Ketiganya adalah peserta rutin Champions League selama beberapa tahun terakhir. Seperti yang kita tahu, Liverpool adalah rival sengit AC Milan di Eropa.
Keduanya sudah beberapa kali bertemu. Bahkan mereka sudah bertemu di final sebanyak dua kali. Hal ini perlu diwaspadai mengingat Liverpool baru menjuarai UCL tiga tahun lalu. Kekuatan Liverpool tentu akan sangat menyulitkan kiprah AC Milan di grup ini.
Dua tim lain yang akan menjadi lawan berat Milan adalah Atletico Madrid dan FC Porto. Atletico Madrid datang dengan predikat Juara La Liga Spanyol, sementara FC Porto di musim lalu telah berhasil menyisihkan salah satu tim favorit, yakni Juventus.
Kekuatan kedua tim ini perlu diwaspadai oleh AC Milan. Il Rossonerri tak akan mudah melewati hadangan dari tiga klub tersebut. Apalagi, tuntutan fans AC Milan juga cukup besar. Wajar saja, mereka sudah lama menahan rindu menyaksikan timnya bertanding di level tertinggi Eropa.
Melihat kekuatan AC Milan saat ini, masih terlalu dini untuk memprediksi sejauh mana mereka bisa melangkah. Apalagi, dalam sepakbola, kejutan bisa terjadi dalam bentuk apapun. Yang jelas, Il Rossonerri harus membuktikan bahwa mereka masih memiliki taring yang kuat untuk memulai kembali kejayaan yang telah lama hilang.
Ayo, Il Rossonerri, karena kalau bukan sekarang, kapan lagi?
*Penulis adalah peserta magang Tugu Media Group Batch 3.
Editor : Herlianto. A