Malang, Tugumalang.id – Komoditas kopi telah menjadi daya tarik pasar internasional. Para petani di lereng Gunung Arjuno punya cara unik dalam mengembangkan perkebunan kopi. Mereka mengembangkan budidaya kopi dengan konsep agroforestri untuk memenuhi pasar internasional.
Berlokasi di ketinggian sekitar 1.500 mdpl, para petani di Desa Jatiarjo, Kecamatan Prigen, Pasuruan itu menggencarkan aktivitas berbasis konservasi hutan yang memiliki 3 prinsip. Yakni pengembangan ekonomi, keberlanjutan ekologi dan pengembangan sosial.
Ketua Kelompok Tani Sumadi (Sumber Makmur Abadi), Nur Hidayat menjelaskan bahwa agroforestri merupakan konsep pengembangan pertanian yang mengkombinasikan tanaman perkebunan, tanaman kehutanan dan tanaman pertanian.
Baca Juga: Kembangkan Kopi Lokal Sumberdem, Dosen ITN Malang Ciptakan Mesin Roasting Canggih
Setidaknya, ada sekitar 54 hektar kebun kopi dan 54 petani yang ada disana. Untuk menunjang agroforestri, mereka juga memiliki green house untuk mengoptimalkan hasil kopi dalam memenuhi permintaan pasar internasional.
Nur Hidayat mengatakan bahwa pengembangan agroforestri yang dilengkapi green house mampu menghasilkan kopi sebanyak 12 ton per tahun. Padahal sebelumnya hanya 1 ton per tahun.
“Dampak ekonominya, dalam 1 hektar itu omset petani bisa sampai Rp 200 juta. Rinciannya, Rp 50 juta untuk operasional di masa tunggu setahun. Sedangkan Rp 150 juta simpanan,” kata Nur Hidayat ditemui di lereng Gunung Arjuno, Jumat (13/12/2024).
Selain itu, dampak pengembangan budi daya kopi ini juga mampu memperluas tenaga kerja masyarakat setempat dan sekitar, bahkan lintas usia. Baik orang tua hingga pemuda yang tak bersekolah.
“Dipastikan di desa kami gak akan ada yang nganggur, bahkan kekurangan tenaga kerja,” ujarnya.
Konsep pengembangan budi daya kopi ini menurutnya juga telah menjadi percontohan dan diduplikasi oleh 1.500 petani dari berbagai wilayah.
Di sisi lain, Nur Hidayat mengungkapkan bahwa dahulu para petani di sana hanya memiliki beberapa pohon kopi saja dengan penghasilan minim. Setelah ada agroforestri, para petani bisa mandiri secara ekonomi melalui kopi yang kini menjadi komoditas utama dan potensial.
Baca Juga: Potensi Tembus 16.000 Ton per Tahun, Kopi Lereng Kawi Perlu Terus Diorbitkan
“Permintaan pasar terbanyak kami dari Korea Selatan. Lalu ada Swiss, Perancis, China dan lainnya. Buyer dari Korea Selatan yang serius, mereka datang kesini, lihat proses kami dan kemudian membuat standar bareng. Buyer kopi dari Kores Selatan ini bisa sampai 1 ton sekali beli,” paparnya.
Kebun kopi para petani di lereng Gunung Arjuno itu banyak menghasilkan kopi Arabika Single Origin dan Arabika Spesial Taste. Keunggulannya yakni creamy, rasa buahnya kuat, lalu berimbang tak asam dan tak pahit.
“Orang luar itu memang suka rasa yang soft dan berimbang,” ungkapnya.
Dalam mengembangkan konsep budi daya kopi ini, Bank Indonesia (BI) turut berperan. Petani lereng Gunung Arjuno itu mendapat pendampingan dan bantuan dari BI sejak 2018.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
Redaktur: jatmiko