Tugumalang.id – Sumber mata air sebagai penghidupan tak pelak menjadi tanggung jawab bersama untuk dijaga demi keberlangsungan hidup anak cucu mendatang. Upaya konservasi mutlak menjadi harga mati mengingat semakin banyaknya sumber mata air yang tak lagi mengalir.
Sumber mata air di kawasan Arboretum yang berada di Desa Sumberbrantas, Kota Batu, menjadi saksi bahwa upaya konservasi tak pernah salah. Hingga kini, sumber air yang mengaliri sebagian besar wilayah Jawa Timur itu tak pernah mati, bahkan debit airnya tetap mengalir konstan sepanjang tahun.
”Bahkan di musim kemarau sekalipun, mata air Sungai Brantas yang berhulu di kawasan Arboretum ini tetap mengalir. Jadi kita harus bersyukur masih ada tempat ini dan harus kita jaga,” ujar Dirut Perum Jasa Tirta (PJT) I, Raymond Variant Ruritan, pada Selasa (23/8/2022).
Raymond menjelaskan bahwa debit air di mata air Sumber Brantas ini bervariasi antara range 1,5 liter hingga 3 liter per detik. Kelihatannya kecil, tapi alirannya terus mengalir secara kontinu.
”Dari banyak mata air di Kota Batu, sumber mata air ini terbilang yang paling awet bertahan. Kebanyakan mata air yang mati terjadi ya karena perubahan tata lahan,” bebernya.
Itulah sebabnya, PJT I memutuskan berkomitmen untuk melindungi kawasan Arboretum. Dari yang semula seluas 2,5 hektar hingga kini berkembang menjadi 8 hektar. Pemberian nama Arboretum ini sendiri disematkan Menteri Kehutanan di era 1984.
Raymond mengisahkan jika dulunya pada 1960-an sebelum dilakukan Reforma Agraria, seluruh wilayah yang ada di Desa Sumber Brantas merupakan kawasan hutan lindung dan perkebunan. Hingga pada 1966-1967, era Orde Baru itu mulai muncul peralihahan fungsi lahan sebagai pertanian.
Bukit-bukit yang semula menjadi lahan resapan air dipapras habis dan dijadikan lahan pertanian. Tren tersebut semakin terjadi masif dan meluas hingga kini. Imbasnya, daerah resapan air semakin berkurang sehingga ribuan mata air yang ada seiring waktu menghilang,
Kawasan Sumber Brantas di Arboretum menjadi salah satu mata air yang menjadi perhatian utama PJT I untuk dilindungi. Hingga kini, ekologi kawasan itu masih tetap terjaga. Indikator keseimbangan ekologi itu terlihat pada tumbuhan lumut hingga beraneka ragamnya kekayaan hayati di dalamnya.
Suasananya juga sejuk dan dingin begitu menginjakkan kaki di sana. Dulunya, tempat ini masih terbuka untuk dikunjungi masyarakat. Namun seiring meningkatnya resiko buruk pariwisata, akhirnya kawasan ini ditutup untuk umum demi keberlangsungan upaya konservasi.
Beberapa waktu lalu, awak media berkesempatan untuk melihat langsung kondisi mata air yang juga disebut titik 0 Sungai Brantas tersebut. Mata air itu muncul dari sebuah lubang air yang dikelilingi batu-batuan besar.
Dijelaskan, lubang air itu memiliki kedalaman hingga 1,25 meter. Dari titik lubang air kecil ini, mengalirlah air hingga sepanjang 320 kilometer ke muara Selat Madura dan menghidupi sebagian besar warga Jawa Timur.
”Sebab itulah, kami terus menumbuhkan kesadaran terlibat seluruh pihak dengan berbagai macam cara untuk menjaga sumber kehidupan ini agar menjadi sesuatu yang bermakna,” pungkasnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id