Tugumalang.id
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan
No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan
No Result
View All Result
Tugumalang.id
No Result
View All Result
Home Asli Malang

Mengunjungi Arboretum, Mata Air Sungai Brantas yang Tak Pernah Mati

Bukti Upaya Konservasi Tak Pernah Salah

Redaksi by Redaksi
Selasa, 23 Agu 2022
in Asli Malang
Reading Time: 2 mins read
A A
arboretum

Masyarakat saat diperkenankan mencoba sensasi air di mata air atau titik nol Sungai Brantas di kawasan konservasi Arboretum, di Desa Sumber Brantas, Kota Batu. Dari titik inilah, sumber kehidupan mengaliri sebagian besar masyarakat Jawa Timur. Foto: Ulul Azmy

Share WhatsappShare FacebookShare Twitter

Tugumalang.id – Sumber mata air sebagai penghidupan tak pelak menjadi tanggung jawab bersama untuk dijaga demi keberlangsungan hidup anak cucu mendatang. Upaya konservasi mutlak menjadi harga mati mengingat semakin banyaknya sumber mata air yang tak lagi mengalir.

Sumber mata air di kawasan Arboretum yang berada di Desa Sumberbrantas, Kota Batu, menjadi saksi bahwa upaya konservasi tak pernah salah. Hingga kini, sumber air yang mengaliri sebagian besar wilayah Jawa Timur itu tak pernah mati, bahkan debit airnya tetap mengalir konstan sepanjang tahun.

”Bahkan di musim kemarau sekalipun, mata air Sungai Brantas yang berhulu di kawasan Arboretum ini tetap mengalir. Jadi kita harus bersyukur masih ada tempat ini dan harus kita jaga,” ujar Dirut Perum Jasa Tirta (PJT) I, Raymond Variant Ruritan, pada Selasa (23/8/2022).

arboretum
Kawasan konservasi Arboretum di Desa Sumber Brantas, Kota Batu. Foto: Ulul Azmy

Raymond menjelaskan bahwa debit air di mata air Sumber Brantas ini bervariasi antara range 1,5 liter hingga 3 liter per detik. Kelihatannya kecil, tapi alirannya terus mengalir secara kontinu.

”Dari banyak mata air di Kota Batu, sumber mata air ini terbilang yang paling awet bertahan. Kebanyakan mata air yang mati terjadi ya karena perubahan tata lahan,” bebernya.

Itulah sebabnya, PJT I memutuskan berkomitmen untuk melindungi kawasan Arboretum. Dari yang semula seluas 2,5 hektar hingga kini berkembang menjadi 8 hektar. Pemberian nama Arboretum ini sendiri disematkan Menteri Kehutanan di era 1984.

arboretum
Masyarakat saat diperkenankan mencoba sensasi air di mata air atau titik nol Sungai Brantas di kawasan konservasi Arboretum, di Desa Sumber Brantas, Kota Batu. Dari titik inilah, sumber kehidupan mengaliri sebagian besar masyarakat Jawa Timur. Foto: Ulul Azmy

Raymond mengisahkan jika dulunya pada 1960-an sebelum dilakukan Reforma Agraria, seluruh wilayah yang ada di Desa Sumber Brantas merupakan kawasan hutan lindung dan perkebunan. Hingga pada 1966-1967, era Orde Baru itu mulai muncul peralihahan fungsi lahan sebagai pertanian.

Bukit-bukit yang semula menjadi lahan resapan air dipapras habis dan dijadikan lahan pertanian. Tren tersebut semakin terjadi masif dan meluas hingga kini. Imbasnya, daerah resapan air semakin berkurang sehingga ribuan mata air yang ada seiring waktu menghilang,

Kawasan Sumber Brantas di Arboretum menjadi salah satu mata air yang menjadi perhatian utama PJT I untuk dilindungi. Hingga kini, ekologi kawasan itu masih tetap terjaga. Indikator keseimbangan ekologi itu terlihat pada tumbuhan lumut hingga beraneka ragamnya kekayaan hayati di dalamnya.

Suasananya juga sejuk dan dingin begitu menginjakkan kaki di sana. Dulunya, tempat ini masih terbuka untuk dikunjungi masyarakat. Namun seiring meningkatnya resiko buruk pariwisata, akhirnya kawasan ini ditutup untuk umum demi keberlangsungan upaya konservasi.

Beberapa waktu lalu, awak media berkesempatan untuk melihat langsung kondisi mata air yang juga disebut titik 0 Sungai Brantas tersebut. Mata air itu muncul dari sebuah lubang air yang dikelilingi batu-batuan besar.

Dijelaskan, lubang air itu memiliki kedalaman hingga 1,25 meter. Dari titik lubang air kecil ini, mengalirlah air hingga sepanjang 320 kilometer ke muara Selat Madura dan menghidupi sebagian besar warga Jawa Timur.

”Sebab itulah, kami terus menumbuhkan kesadaran terlibat seluruh pihak dengan berbagai macam cara untuk menjaga sumber kehidupan ini agar menjadi sesuatu yang bermakna,” pungkasnya.

 

Reporter: Ulul Azmy

Editor: Lizya Kristanti

—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID , 
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id

 

 

Tags: arboretumbatukota batu
Previous Post

Srikandi-Srikandi FEB UNISMA Lahirkan Prestasi Membanggakan

Next Post

Penanganan Pasca Banjir Bandang Rampung, Begini Kondisi Terbaru Sungai Sambong

Next Post
banjir bandang

Penanganan Pasca Banjir Bandang Rampung, Begini Kondisi Terbaru Sungai Sambong

BERITA POPULER

  • Simak cara membaca pikiran orang yang bisa dipelajari.

    7 Trik Psikologi Cara Membaca Pikiran Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ingin Jadi Laki-laki Berkarisma? Ikuti 8 Tips Berikut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 10 Makanan Pengganti Karbohidrat, Lebih Baik dari Nasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inspiratif, Pemuda di Kota Malang Bangun Bisnis Laundry Berbasis Teknologi Digital Rancangan Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dijuluki Swiss Kecil, Kota Batu Malah Krisis Kunjungan Turis Asing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

E-Majalah Agustus-September 2023

Tugumalang.id

© 2022 Tugu Malang ID - Powered by Tugu Media Group

Navigate Site

  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Form Pengaduan
  • Pedoman Media Siber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Hukum & Kriminal
  • Advertorial
  • Catatan

© 2022 Tugu Malang ID - Powered by Tugu Media Group